Liora Elvareta, tidak pernah menduga sebuah kejadian akan menimpanya dalam satu malam. Entah apa yang telah terjadi padanya? Tiba-tiba dia bangun di sebuah ranjang bersama seorang dengan dokter tampan. Arka Diantara juga tak menyangka, kejadian seperti apa yang membawanya bisa terjebak bersama Liora? Mereka tidak pernah saling kenal sebelumnya. Namun kejadian itu memaksa mereka untuk harus menikah. Perlahan Liora mungkin bisa menerima takdirnya. Tapi bagaimana dengan Arka? Apakah Arka juga akan menerima takdir yang sudah terjadi?
View MoreMalam harinya, Ervan dan Liora bertemu di sebuah taman yang tak begitu jauh dari rumah Liora. Tentu Ervan sudah meminta ijin pada sang sahabat untuk membawa Liora ke sana, Arka tidak ikut karena atas permintaan Ervan. Ervan meminta waktu untuk berbicara berdua pada Liora."Apa yang ingin kau katakan? Cepat katakan, cuaca di sini sangat dingin. Jika kenapa-kenapa dengan bayi dalam perutku, kau akan dibunuh Arka," ucap Liora kesal. Dia tak terlalu suka jika Ervan mengajaknya ke suatu tempat hanya untuk berbicara berdua. Kenapa Arka tak boleh ikut bersama mereka?"Ini tentang Seyla, jadi aku tidak bisa mengijinkan Arka ikut bersama kita ke sini."Seyla tertegun. Kini sorotnya menatap Ervan, meminta penjelasan lebih panjang. "Apa maksudmu? Memangnya kenapa dengan Seyla? Bukannya semuanya sudah baik-baik saja?""Mungkin," jawab Ervan membuat Liora semakin tak paham. Dia kemudian kembali menjelaskan, "aku mengajakmu ke sini untuk menagih janjimu. Kemari
Pintu utama terbuka, wanita paruh baya yang baru saja keluar dari rumah seketika kaget dengan kedatangan seorang perempuan yang tak asing baginya. "Seyla?"Perempuan itu tersenyum saat sang pemilik rumah menyebut namanya. "Tante Ana, apa Seyla mengganggu waktunya?"Ana menggeleng tanda tidak. Pandangannya kini mengarah pada laki-laki yang juga ada di sana, berdiri di samping Seyla. "Ervan?"Ervan tersenyum menyapa. "Ervan datang ke sini untuk mengantarkan Seyla, Seyla ingin berbicara hal penting dengan tante."Ana mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu ayo masuk."Seyla dan Ervan menurut, mereka mengikuti Ana dan duduk di kursi ruang tamu. "Kalian mau minum apa, biar Tante minta bibi membuatkan minuman ya?"Seyla menggeleng tanda tak mengijinkan. "Tidak perlu, Seyla hanya ingin bicara dengan Tante sebentar saja."Ana tak memaksa. Dia kini duduk di kursi samping Seyla, menatap perempuan itu den
Arka mulai memasuki mobil."Apa yang ayah katakan padamu?"Arka diam tak langsung menjawab. Dia menoleh, perempuan yang duduk di jok sampingnya itu tampak memasang wajah datar. Arka hanya menghela nafas pelan. "Ayah ingin aku menjagamu."Liora mengarahkan pandangannya pada sang suami. Dia tertegun mendengar jawaban Arka. "Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ayah berkata seperti itu. Ayah sudah beberapa kali memintaku untuk menjagamu. Aku juga sudah berjanji pada ayahmu, jadi aku harap aku bisa menepatinya."Liora kembali meluruskan pandangannya, tanpa ada niat untuk menjawab ucapan sang suami. Itu bukannya memang tugas Arka sebagai suaminya untuk menjaga Liora?Arka mulai menyalakan mesin mobil, mengemudikannya meninggalkan halaman rumah David. Mereka kini saling diam, entah apa yang ada di pikiran Liora. Perempuan itu sama sekali tak mengajak Arka berbicara. Tentu hal itu membuat Arka penasaran, apakah Lior
Liora menyodorkan beberapa berkas yang sudah dia tanda tangani ke atas meja. "Dan setelah ini, jangan berikan apapun pada Liora jika ayah ingin Liora baik-baik saja."David menatap putrinya dengan sorot bersalah. Mereka saat ini berada di ruang tengah rumah David, Liora datang ditemani sang suami. Sedangkan David saat ini hanya bersama Erika di rumah, tentu Diandra masih berada di kepolisian. Kejadian kemarin juga berhasil membuat David sangat terkejut. Dan membuatnya semakin merasa bersalah pada putri kandungnya itu. "Maaf Liora, ayah selalu membuatmu menderita." Liora tersenyum kosong. "Mungkin itu adalah tanda, jika ayah dan aku memang tidak boleh dekat.""Liora -""Ayah melakukan semua ini untuk membuat Liora senang kan?" tanya Liora memotong ucapan ayahnya. Dia melanjutkan, "ayah tak perlu lakukan apapun mulai hari ini. Liora sudah sangat bahagia hidup bersama Arka. Jadi tolong jangan usik kebahagian Liora, yah.
Liora terdiam mendengar permintaan Arka. Seharusnya dia bisa melepas perusahaan itu jika sudah melihat Diandra menderita di penjara seperti ini."Benar Liora, ini juga demi kebaikan kamu. Kamu sudah menjadi istri Arka, ayahmu sudah tidak wajib lagi memberikan semuanya padamu. Tapi suamimu yang berhak memberikan semuanya padamu," ucap Ana meyakinkan sang menantu. Arka menatap perempuan itu dengan sorot serius. "Demi anak kita juga."Tujuan utamanya menikah dengan Arka karena ingin mendapat perusahaan itu. Tapi, jika pada akhirnya perusahaan itu tak akan menjadi miliknya lagi Liora pikir mungkin itu adalah jalan Tuhan mempertemukannya pada Arka hingga jatuh cinta seperti saat ini.Liora akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, aku akan menuruti perintahmu sayang."Perlahan kedua sudut bibir Arka terangkat, mengukur senyum senang. Arka kembali menarik Liora ke dalam pelukannya, sesekali dia memberikan kecupan singkat ke pucuk kepala perempuan i
"Jangan khawatir ya Liora."Liora mengangguk pelan. Bagaimana dia tak khawatir, sedangkan saat ini nyawa janinnya sedang diincar oleh Diandra.Tapi setidaknya, sekarang dia bisa sedikit merasa lebih aman setelah Ervan mengantarkannya ke rumah Raditiya. Saat ini Liora dan Ana duduk di ruang tengah. Sedikitpun Ana tak ingin melepas pelukannya pada sang menantu. Dia terus mengusap lembut punggung Liora, dan membiarkan perempuan itu bersandar di bahunya. Ana terus berusaha memberikan rasa nyaman pada Liora, agar menantunya itu bisa lebih tenang.Tak lama, Raditiya datang dari arah pintu utama mulai menghampiri mereka. "Bagaimana pa, tidak ada tanda-tanda jika mereka akan ke sini kan?" tanya Ana yang juga ikut merasa waspada. "Tenang ma, papa sudah memperketat keamanan di sekitar rumah kita. Jangan khawatir, anak buah David atau Diandra pasti akan kalah dengan anak buah kita."Ana sedikit merasa lebih lega. "Syukurlah. Juj
Sorot laki-laki itu menatap tajam. Diandra meneguk ludahnya sesaat, jantungnya mulai berdebar takut. "Kau? Bukannya Seyla -""Memberikan obat tidur untukku?" Arka tersenyum puas setelah berhasil membuat Diandra kebingungan. "Sayang sekali sepertinya obat itu tidak bereaksi padaku."Diandra menggeleng tak percaya. Tidak mungkin obat itu tidak mempan pada Arka. "Sekarang kau mencari Liora kan?"Diandra hanya diam. Menahan rasa takut dan kebingungannya tentang apa yang telah terjadi saat ini. "Jujur, sejak awal walau Liora membencimu aku tetap berusaha bersikap sopan padamu. Karena bagaimanapun kau adalah ibu mertuaku. Tapi, melihatmu semakin bersikap seperti ini pada istriku, itu membuatku semakin tidak menyukaimu."Diandra mengukir senyum bengis. Dia suka laki-laki tampan itu mulai mengeluarkan sifat aslinya."Sebenarnya aku tidak akan melakukan semua ini pada Liora, jika dia mau mengikuti keinginanku."
"Jadi, kamu akan tetap di sini berpura-pura sudah tertidur karena obat tadi?"Arka mengangguk mengiyakan pertanyaan Seyla di sampingnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil Arka, namun mobil itu masih tetap berada di parkiran kafe tadi."Kamu yang mengatakan, Diandra memintamu untuk membuatku tidur dan kamu akan menelpon Ervan lalu mengatakan aku ditangkap anak buah Diandra. Jadi, kita akan mengikuti apa yang telah direncakan Diandra."Seyla mengangguk paham."Ervan akan kemari, tunggulah di tepi jalan. Kita harus membuat Ervan seolah-olah tidak melihat keberadaan mobilku." "Baiklah kalau begitu, aku akan keluar."Seyla nyaris saja keluar mobil, namun Arka segera menahannya. Membuat Seyla terhenti, dan kembali menatap Arka dengan sorot tanya. "Kenapa Ar?""Jika kamu mengatakan pada mereka aku telah meminum obat itu, dan kamu akan pergi dengan Ervan. Apakah dua pria di luar itu akan pergi juga?"
Ponselnya mendadak berdering. Ervan kembali meraih benda pipih itu dari dalam saku jaketnya. Dia mengernyit penasaran saat sang sahabat tiba-tiba mengirimkannya pesan. Ervan kemudian membacanya sambil mengemudi mobil.Tak lama setelah mendapat info penting dari Arka, dia mengukir senyum jenaka. Lalu berucap, "ini lucu sekali."Liora yang sejak tadi masih duduk di jok belakang, kini mengarahkan pandangannya pada Ervan dengan sorot aneh. "Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu?""Mungkin sebentar lagi kau juga akan mendapat pesan yang sama denganku, dari suamimu."Liora mengernyit tak paham. Dia segera mengambil ponselnya di dalam tas, lalu menyalakan monitor kecil tersebut. "Tak ada -"Notifikasi pesan masuk. Mata Liora membulat, apa yang dikatakan Ervan benar. Tak menunggu lama, Liora bergegas membuka pesan yang suaminya kirim kepadanya. Dia mulai membacanya sesaat."Ternyata benar dugaan Arka kemarin, ibumu menemui
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.