Harap dukung novel ini ya... Thankyou readers.
Blast!!Blast!! Arthur menembakkan poison airghost sebanyak dua kali dari drone Tiny Beast. Lalu.... PRAAAANKK.....!! terdengar suara kaca mobil pecah. Tak ada suara teriakan kesakitan. Hanya ada tubuh limbung dan bergelimpangan di dalam mobil itu, akibat menghirup racun dari Poison airghost. Seseorang sempat membuka pintu mobil, tapi baru berjalan dua langkah ia terhuyung lalu jatuh tak berkutik. Efek poison airghost, hanya beberapa detik setelah dihirup akan menurunkan tingkat kesadaran hingga level terendah selama dua jam. Sunyi..., tak ada lagi pergerakan. Beberapa menit kemudian datang dua mobil berisikan 5 orang dari tim bodyguard Arthur yang dipimpin oleh Bend Akiro. Mereka turun dari mobil dengan menggunakan masker khusus anti poison airghost. "Para pembuat onar ini, terus saja mengincar Mr. G. Kita habisi saja mereka," rutuk Dave. salah satu bodyguard. "No, Mr. G sudah menghubungi pihak berwenang yang memiliki jabatan tinggi untuk menangani mereka. Kita hanya perlu me
The beginning Flash back on! 13 Desember 2019 DARPA Pusat, Virginia, Amerika Serikat Pertemuan Rahasia Para petinggi untuk membahas tentang penggunaan Robot Humanoid dengan Hyper Artificial Intelegence (HAI) atau kecerdasan buatan tingkat tinggi dilaksanakan dengan menghadirkan utusan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Para petinggi DARPA, PENTAGON dan pihak Pemerintahan dari Gedung Putih, juga wakil dari para ilmuwan tak ketinggalan hadir dalam pertemuan tersebut. Geon Arthur Yildiz datang sebagai salah satu wakil dari ilmuwan neurorobotics engineer DARPA. Setelah melewati adu pendapat yang alot dan menegangkan, akhirnya kesepakatan dapat juga dicapai. Hasil Pertemuan :Penggunaan robot humanoid dengan Hyper Artificial Intelegence sebagai robot perang (robot warrior) untuk sementara ini adalah dilarang, karena alasan kemanusiaan. Adapun pengembangannya masih diizinkan dengan catatan pengembangan tersebut dibawah pengawasan Lembaga pemerintah yang berwenang. Sebagian
Dalam gelap, bermunculan sosok-sosok hitam, mereka langsung membopong tubuh Arthur. Gerakan mereka begitu cepat dan tepat, sangat mengenal seluk beluk ruangan di dalam laboratorium itu. Bahkan mereka membawa tubuh Arthur melewati sebuah lorong yang menuju pintu keluar rahasia. Pintu yang hanya diketahui oleh orang-orang dalam DARPA. . . . . Beberapa jam kemudian.... "Bangunkan dia!" Arthur terlonjak kaget saat merasakan wajahnya basah oleh bulir-bulir air yang dipercikkan seseorang yang masih terlihat samar-samar dalam pandangannya. Sosok tinggi besar, berkulit hitam, tampak dingin dan sangar, berdiri di hadapan Arthur. "Selamat datang Mr. G. Semoga anda suka dengan sambutan kecil kami." Arthur masih merasa sedikit pening, "Ternyata kau rupanya Robert Kanumba, pecundang!" desis Arthur dengan rahang mengeras. Wajah Robert Kanumba semakin dingin mendengar kalimat Arthur. "Mmm..., aku puas melihatmu ta berdaya seperti ini Mr G." Arthur tak tahu berapa lama ia pingsan. kini len
Arthur terdiam, jika sudah menyangkut keselamatan kedua orang tua dan adiknya, ia tak berani bertaruh. "Baiklah, aku berikan apa yang kalian minta," ucap Arthur akhirnya. Dalam hatinya merutuk kesal, dia sudah berupaya keras untuk menyembunyikan identitas pribadi dari publik demi keamanan orang-orang terdekatnya, tapi The Shadow berhasil menguak semua itu."Hmmm..., keputusan yang tepat. Terimakasih anak baik. Hahahahaha...! Gustavo, pasangkan masing-masing satu gelang minibom di lengannya." Robert Kanumba menarik rambut Arthur dengan kasar.Salah satu personil The Shadow mengerjakan perintah Robert dengan cekatan. Sebuah gelang baja kini telah melingkari kedua pergelangan tangan Arthur. Gelang ini bisa diledakkan kapan saja oleh pemegang kontrol ledaknya. Posisi Arthur kian terpuruk, mau tidak mau harus mengikuti semua keinginan Robert Kanumba."Andai saja sejak awal kau membawa ASTROGUN untuk bekerja di bawah perintah Barbara Clarkson, pasti kau tidak akan berakhir seperti ini, Mr
Geon Arthur Yildiz merasa tak lagi mengenali dirinya sendiri. Hidupnya kini bagaikan hanya menunggu mati.Selama 24 jam non stop selalu dalam pengawasan dan todongan senjata api. Ia tak diizinkan beristirahat kecuali malam hari. Setiap kali terlihat lelah dan lambat dalam menyelesaikan pekerjaan , anak buah khan Zaada langsung memberinya pukulan bertubi-tubi.Fisiknya tak terurus, dekil dan penuh luka infeksi pada sebagian besar tubuhnya. Bahkan wajah Arthur terlihat bengkak pada pipi sebelah kanan. Kulit putihnya seakan tenggelam oleh memar dan daki tebal. Ditambah lagi rambut, kumis,serta jenggotnya yang panjang dan berantakan, dia sama sekali tak terlihat seperti seorang Geon Arthir Yildiz ilmuwan DARPA, ataupun sang Ceo Astrogun.Hanya ingatan tentang Ayah, Ibu dan Adiknya yang membuat Arthur terus bertahan.Pekerjaan Arthur setiap harinya memperbaiki senjata-senjata rampasan yang rusak, merakit senjata baru yang datang dan memberikan fitur-fitur tambahan pada beberapa machine gun
"Galea, Apa kau baik-baik saja?!" Suara Athena memburu dan menegang manakala tak mendapatkan jawaban dari Galea. Ia meniup kepala alat komnikasi nirkabel yang terhubung dengan helmnya, untuk memastikan alat itu masih berfungsi. Tubuhnya semakin berayun-ayun kencang dengan arah terbang helikopter yang tak beraturan. Sekuat tenaga ia mempertahankan tubuh Mr. G yang lemah agar tetap dekat dengannya."Athena!! Putuskan talinya segera!" perintah Galea tiba-tiba dalam keputus asaan."Lakukan saja pendaratan darurat. Heli ini sudah berasap, aktifkan parasutmu dan terjunlah!!" Athena meraung tanpa pikir panjang menarik bayonet Gerber Mk.2 dari sarungnya. Kemudian ia menggunakan tangan kiri untuk memotong tali pengikat tubuhnya sekuat tenaga..Sementara tangan kanannya berpegangan kuat pada tali yang melilit Mr. G. Setelah tali yang mengikat melilit tubuh Athrna terputus, kini tubuhnya menggelantung pada tali yang sama dengan Mr. G, kemudian ia kembali mengarahkan bayonet Gerber Mk.2 , kal
Lembah Panjshir , AfghanistanMusim dingin, 19 Februari 2020Sang waktu beranjak pagi, badai salju telah pergi. Menyisakan berton-ton tumpukan salju di sepanjang lembah.‘’Hei, bangunlah!" pekik Athena berulang-ulang membuat Mr.G terperanjat.“Kalau ingin lekas sembuh, cepatlah makan.” Athena menyodorkan sepotong roti kepada Mr. G, satu-satunya roti yang tersisa di kantong celananya.Arthur memandang roti itu dengan bernafsu, bak menemukan tumpukan ide brilian di otaknya saat ia sedang menghabiskan waktu di laboratorium. Perutnya sudah sangat lapar, terlebih lagi perasaan nyaman karena terbebas dari siksaan dan todongan senapan membuatnya kian menyadari kalau lambungnya sudah sangat kosong keroncongan.Ingin rasanya ia segera melahap roti di tangan 'si gadis hijau', tapi harga dirinya sangat besar. “Kamu saja yang makan, aku belum lapar," ujarnya datar.“Tentu saja aku sudah makan bagianku." Athena berbohong. Ia sangat iba melihat kondisi pria dihadapannya yang tampak kurus dan peny
"Hei, apaan? Tidak perlu gila seperti itu." Mr. G meneriaki Athena yang mulai bangkit untuk mengikutinya. Mr. G mengernyit dengan perasaan aneh. "Sudahlah jangan menolak, aku harus memastikan keamananmu," tukas Athena."Tidak perlu! Aku sudah membawa pistol pemberianmu tadi." Arthur menolak sambil terus berjalan mencari tempat yang aman dan tersembunyi untuk menunaikan panggilan alamnya. Ia tahu Athena membuntutinya di belakang. 'Aku ingin lihat sampai mana kamu mengikutiku, gadis gila." Ia membatin.Beberapa saat kemudian.... "Dasar gadis gila! Hei..., stop di sana! Aku akan melakukannya di sini," teriak Arthur memberi kode agar Athena berhenti mengikutinya.Mendengar itu Athena langsung berbalik ke arah lain, itu karena ia yakin jarak mereka tidak terlalu jauh, jadi ia masih bisa menjangkau Mr. G jika terjadi apa-apa."Aaakh, lepaskan aku!" Suara seorang wanita menyita perhatian Athena. Tampak tiga orang laki-laki menyeret paksa seorang wanita cantik saat mereka sedang melewati h