"Aku? Mengganggu orang? kamu gila ya?""Kamu menuduh yang tidak-tidak padaku karena kamu pengecut. Kamu pikir ada orang yang mau menikahi pria sepertimu?""Hentikan, bukankah dia sudah bilang padamu kalau aku pacarnya? Aku yang akan menikahinya!" tandas Keyra. Tidak tahan lagi dengan segala keruwetan itu Keyra akhirnya buka mulut. "Justru kamu yang akan susah menikah. Berlagak seperti orang kaya, mana ada wanita kaya yang perhitungan terhadap rumah suaminya. Setidaknya dia bilang punya bakat untuk memasak dan mengurus rumah, aku pacarnya yang kaya raya ini yang akan menafkahinya. Tidak sepertimu, menuntut banyak hal. Kamu ingin meminta nafkah darinya? Tapi kamu minta dia memasak dan mengurus rumah untukmu, lalu apa kerjaanmu sebagai istri? Dasar tidak tahu malu!""Hey nona. Bercerminlah, jika di rumahmu tidak ada cermin, silahkan hubungi aku. Aku akan membelikan satu truk cermin untukmu," Keyra menyodorkan kartu namanya. "Ingat aku orang yang kaya. Jangakan satu truk cermin, membeli
Meski hidup bergelimang harta. Hazel dan Keyra bukanlah orang yang suka menghabiskan uang hanya untuk makan sekali duduk. Tapi berkat Joe, mereka bisa merasakan nikmatnya makanan kelas atas dengan harga ratusan juga hanya dalam waktu kurang dari satu jam. "Memang ada harga ada kualitas," celoteh Keyra saat sudah selesai makan. "Key, tunggu!" panggil Joe saat Keyra dan Hazel terlihat akan segera pergi. Hazel yang mendengar sapaan Joe semakin dibuat geram. Key? Sejak kapan mereka sedekat itu sampai berani memanggil Keyra dengan sebutan Key. Dengan jelas, Hazel bisa melihat ada bau-bau pendekatan dari si Joe. "Ini, bawalah makanan penutup ini. Ini produksi terbaru kami, grade A." Joe menyodorkan Keyra sebuah box kue dengan warna denim bergaris emas dan dipadu dengan plastik transparan. Belum sempat Keyra meraihnya, Hazel sudah mendahului tangan Keyra, "Jangan membuat kami terlalu banyak berhutang budi. Cake ini aku yang bayar," Hazel mengambil segepok uang seratus ribu dari dalam ta
"Mbak Key, apa rapat tadi akan jadi rapat terakhir kita bulan ini?" Naumi melempar tanya. Beberapa hari terakhir mereka lumayan sering mengadakan rapat tentang kinerja akhir tahun. Ada banyak evaluasi dan bahkan perencanaan kerja untuk tahun berikutnya. "Tidak bisa aku pastikan, tapi kemungkinan besar iya." jawab Keyra datar. "Ah, semoga saja. Aku ingin menghabiskan sisa tahun baruku dengan tenang," sahut Nadine. Obrolan mereka terhenti saat Reyhan dan Yudha melangkah melewati mereka. Ruangan sekretaris yang berdekatan dengan ruang utama CEO menyebabkan Reyhan selalu melewati ruangan itu jika ingin ke ruangannya. Keempat bawahan Keyra menarik napas saat Reyhan lewat, "Huhhh, hah. Sudah 3 tahun aku bekerja di sini tapi masih saja gemetar jika Pak Reyhan lewat." ucap Surya. Napasnya terdengar berat setelah beberapa saat menahan napas karena keberadaan Reyhan. Keyra tersenyum lebar saat melihat kelakuan bawahannya. Senyum yang jarang terlihat itu membuat Naumi, Nadine, Rivaldi dan Su
Keyra dan Reyhan langsung tersentak setelah beberapa detik saling pandang. Keyra yang salah tingkah langsung mencari topik pembicaraan yang lain. "Wah, bagaimana bisa ada kue seenak ini." ucap Keyra gelagatan. "Iya, kue nya enak." sahut Reyhan. Reyhan memutar kotak kue itu. Di sana terpampang nama toko kue yang memproduksi kue tersebut. Nikue Rasa, begitulah tulisan brand pada kotak itu, ada informasi varian rasa dan tanggal kadaluwarsa juga pada kotak tersebut. "Sepertinya aku pernah membaca nama toko ini, tapi dimana ya?" Reyhan merasa tak asing dengan nama itu. Seakan sering melihatnya tapi tak tahu dimana. "Ahhh, bukannya ini toko di dekat jalan masuk ke kompleks ini, dekat gerbang utama, depan apotek." sahut Keyra cepat. Pantas saja nama toko itu terdengar tak asing. Setiap berangkat kerja biasanya mereka akan lewat tempat itu. "Bagaimana kalau kita beli beberapa untuk merayakan tahun baru?" Keyra melempar tanya. "Aku rasa itu ide yang bagus."Setelah menyelesaikan rencana
Suasana tahun baru tetap terasa kental meski keluarga Reyhan merayakannya di Indonesia. Ketika di Eropa biasanya mereka akan makan besar dan melakukan beberapa kegiatan, di Indonesia pun sepertinya akan sama saja. Reyhan sekilas melihat jadwal tahun baru keluarga besarnya. Pria itu menghitung jam, mau bagaimana pun dia telah berjanji akan menghabiskan waktu tahun baru dengan Keyra. Reyhan tidak akan bisa mengikuti rangkaian acara keluarga sampai selesai seperti yang ia lakukan dari tahun ke tahun. Langkah Reyhan perlahan masuk ke rumah besar kediaman Dirgantara. para pelayan terlihat sibuk menyiapkan makan besar mereka. Reyhan yang telah masuk ke ruang makan langsung duduk di sebelah keponakannya. "Apa yang kamu baca?" tanya ipar Reyhan. "Jadwal kita hari ini," jawab Reyhan singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari rundown kegiatan yang diberikan ketua pelayan rumah besar Dirgantara. "Untuk apa dibaca? Bukankah setiap tahun sama saja?" tanya iparnya lagi. "Yah, begitu," jawab s
"Cepat sekali acara makan di keluargamu?" Keyra melempar tanya saat mendapati sosok Reyhan memasuki ruang makan mereka. Hasil diskusi Reyhan dan Keyra sebelumnya menunjukkan bahwa Reyhan akan kembali ke rumah pada malam hari. Sehingga mereka akan menghabiskan waktu untuk makan malam bersama dan keluar bermain di malam harinya. Tapi fakta yang terjadi adalah Reyhan telah kembali rumah saat sore hari. "Pertemuan keluargaku memang selalu cepat," jawab Reyhan bohong. Padahal Reyhan sendiri yang menarik diri dari acara tahun baru keluarganya. Biasanya mereka akan makan hingga larut malam. Kemudian dilanjutkan dengan perayaan tahun baru sampai tengah malam. Reyhan membuka setelan jasnya, kemudian menaruh sembarang di atas sofa ruang tamu. Aslinya Reyhan sangat ketat terhadap diri sendiri. Perihal jas biasanya harus Reyhan taruh pada tempatnya semula, yaitu di kamar, tak boleh ia taruh di sembarang tempat. Tapi melihat Keyra yang sedang asik di dapur membuat Reyhan seakan-akan tertarik o
"Undangan nikah, lagi?" Keyra mendengus pelan saat membuka surat yang ia terima dari resepsionis kantor. Kepalanya menengadah ke atas disusul matanya yang sedikit mengerling. Ini sudah surat undangan pernikahan ke-14 yang Keyra terima tahun ini. Dan dari ketigabelas undangan pernikahan sebelumnya, tidak ada satupun yang Keyra hadiri. Bukan tidak mau, setiap kali hendak pergi ke acara pernikahan temannya, Keyra selalu saja tak punya waktu, seakan waktu luangnya susah digerogoti habis tak bersisa oleh monster-monster yang disebut sebagai Pekerjaan. "Undangan sialan ini bisa membuatku terlambat!" maki Keyra kesal. Pasalnya ia dalam kondisi terburu-buru ke ruangan CEO. Jam 9 tepat ia sudah harus melaporkan segala jadwal dan beberapa berkas penting. Tapi langkahnya harus terhenti karena sebuah undangan yang katanya penting harus Keyra terima langsung dengan tangannya sendiri. Umur Keyra sudah memasuki 28 tahun ini. Kebanyakan teman-teman di masa perkuliahannya sedang berlomba-lomba mele
Reyhan terperanjat mendengar teriakan Keyra. Mulutnya terkatup beberapa saat hingga akhirnya ia buka suara, "Keluar dari ruangan saya, nanti kita bicarakan lagi!" kandasnya memberi perintah. Keyra dengan emosi menggebu-gebu segera keluar dari ruangan CEO. Menyisakan Reyhan yang menatapnya tajam di kursi kerja. Reyhan tak habis pikir. Menurutnya selama ini, Keyra adalah sosok yang sepemikiran dengannya. Mereka adalah rekan yang berada salam satu kapal. Visi dan misi serta problem solving mereka akan suatu hal relatif sama. Reyhan tak habis pikir dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Sejak Keyra menjadi bawahannya 4 tahun yang lalu mereka tidak pernah terlibat cekcok apapun. Ini pertama kalinya mereka adu mulut. ***Empat tahun silam. Keyra yang baru berumur 23 tahun langsung mencari kerja saat ijazah S2 sudah mendarat di tangannya. Dengan kemampuan komunikasi yang cakap disertai dengan lisensi kuat yang ia punya, membuat gadis sebatang kara itu dengan mudahnya menjadi karyawan d