Hari ini, adalah hari dimana Felicia dinyatakan lulus. Selama kurang lebih 3 tahun, akhirnya Felicia telah melepas status putih biru. Felicia memakai kebaya pink dan memakai balutan hijab berwarna kuning keemasan. Jika ditanya bagaimana perasaannya? Sungguh sangat bahagia, akhirnya ia bisa melanjutkan masa putih abu-abunya.
H-2 sebelum wisuda
Hubungan Felicia dengan Arden terbilang baik-baik saja dan harmonis. Kemarin saja ia baru mengantarkan Felicia pulang. Namun setelah hari dimana pasangan muda ini bertukar sandi akun media sosialnya, Felicia segera log in memakai akun media sosial milik Arden. Selepas pulang sekolah, Felicia memilih duduk santai di teras depan rumah.
Ia sibuk berkutat dengan ponselnya, mencoba mengetik sandi akun sembari menutupi matanya. Ia sangat gugup, apa saja yang ada di dalam akun media Arden? Dan boom! Felicia berhasil log in, ia masih membiarkan tampilannya berada di beranda. Lalu mulai menscroll perlaha
Banyak orang yang bilang gua itu cool. Cakep. Keren. Yaelah gua udah keren sejak embrio haha, canda. Btw zodiak gua libra, ada yang samaan gak nih? Udah tau kan karakter dari si libra gimana? Ah, kalo belum ikutin cerita gua sampai habis. #Bag 1 Kenalin gua Alexandra Dion Baskara, kelahiran tahun 2000 bulan 9 tanggal 26. Ini perjalanan gua pokoknya, apapun itu, dimulai dari gua waktu SMP. Jadi dulu gua sekolah di salah satu sekolah swasta di kota tempat gua tinggal. Gua cukup terkenal karena selalu menjadi idola pemain basket di sekolah, atau perut kotak-kotak yang gua punya haha. Gua selalu pamerin perut kotak gua sewaktu selebrasi karna tim basket gua menang. Selalu. Rasanya jadi idola di sekolah adalah hal yang sangat menyenangkan. Hidup gua jadi lebih berwarna. Dikerumuni cewe-cewe setiap hari, mungkin lebih banyak adik kelas yang selalu tergila-gila karena penampilan gua.
Maxim yang tersadar Dion sudah menghilang di hadapannya, langsung bergegas berlari menuju kantin sekolah.Di cari-carilah sosok pria bermata kucing itu. Ditengoknya kanan ke kiri sambil membulatkan tangannya, seolah-olah tangannya adalah teropong pengintai.Setelah beberapa detik Ia menemukan pria sipit tersebut. Dia sedang menunduk melihat layar ponsel miliknya. Dan Maxim yang sudah senang mendapatkan Dion ada disana, langsung bergegas menghampiri dan menepuk pundak Dion dari belakang.Dion tidak merespon, raut wajahnya kesal dan terus melihat layar ponselnya, seakan-akan ada urusan penting. Maxim yang menyadari itu nampak kebingungan, "Dion ini kenapa..." gumamnya."Bas, kenapa si lu? diam-diam aja" tanya Maxim."Dih" cibir Dion."Baskaraaa gua salah apa Ya Allah Ya Tuhan Yesus" teriak Maxim sambil mengacak-acak rambutnya."Haha gak jelas!" tawa Dion lirih."Bas, gua yakin lu bakal terkenal
Malam harinya seusai pelatihan shuffle di taman kota itu, mereka berdua tiba di kediaman Dion. Dion yang baru saja memarkirkan motornya di halaman depan rumah, di ikuti Maxim di belakangnya."Mah, Dion udah balik" Ucap Dion memberi salam."Tante, Maxim pulang" teriak Maxim sembari melepas helm di kepalanya.Bu Sisi yang mendengar suara anaknya dan Maxim, segera keluar dari kamar tidurnya. Dan menyambut mereka dengan pelukan hangat."Sini makan, lapar pasti. Kalian habis dari mana aja?" tanya Bu Sisi."Tadi Dion habis latihan dance shuffle mah, kaya biasanya." sahut Dion."Habis anterin cewek juga tante." ledek Maxim sambil mengunyah ayam di mulutnya."Bener itu Dion?" tanya Bu Sisi."Iya mah, adik kelas doang kok. Kasihan tadi gak ada yang jemput" timpal Dion.Maxim yang mendengar jawaban Dion itu hanya berdehem, mengkode Bu sisi jika Dion itu berbohong. Tetapi Bu Sisi hanya mengangguk
Maxim yang sudah sampai terlebih dahulu di kelas, dan disusul Dion. Mereka berdua duduk di satu bangku yang sama, dan asyik bermain dengan ponselnya masing-masing.Dari luar tanpa sadar Zelen datang, memasuki ruang kelas Dion. Dan menghampiri Dion yang sedang menunduk melihat layar ponselnya, suasana di kelas cukup hening. Ada beberapa siswa yang sadar Zelen masuk ke dalam ruang kelasnya, dan sisanya sibuk dengan dunianya sendiri.Zelen yang sudah mendapati Dion di depan matanya itu, langsung membalas kecupan di pipi kirinya. Suatu kecupan lembut mendarat, membuat Dion tidak fokus dan menoleh.Terkejut dan sempat kebingungan, Zelen hanya tertawa kecil melihat respon Dion yang aneh. Sementara Dion baru mengingat ia pernah memberikan first kiss kepada Zelen beberapa hari yang lalu.Lalu tangan Dion mengelus pipi sebelah kanan Zelen dan mencubitnya pelan, dan berkata"Habis balas dendam ya?" sembari tertawa kecilZelen hanya t
-Angel-Pagi harinya Angel terbangun, ia bingung dia sedang tidur dimana. Ia melihat sekeliling dan memilih untuk duduk.Setelah beberapa menit, ia tersadar sedang berada di hotel tak jauh dari tempat club semalam. Ia juga sadar bahwa malam sebelumnya sedang bersama Dion. Ia syok dan segera menghubungi Dion, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi semalam sampai ia berada di hotel tersebut.Tapi sebelum ia menelfon Dion, ia melihat secarik kertas di atas meja kecil di sebelah kasurnya. Kertas berwarna putih dengan tulisan singkat, dibacanya, yang isinya'Hai Angel lo ga gua apa-apain, semua tagihan hotel udah gua bayar semalam. Jan lupa sarapan dulu sebelum check out, sorry.'Membaca pesan itu hati Angel merasa lega, walaupun belum sepenuhnya. Ia tak jadi menelfon Dion, ia percaya Dion tidak melakukan hal aneh kepadanya.Tanpa pikir panjang Angel segera mandi dan breakfast lalu pulang, seperti yang Dion ucapkan.
Keesokan harinya. Hari ini hari jumat, biasanya tidak diadakan pelajaran khusus, melainkan kegiatan pramuka yang dipimpin oleh para Dewan Penggalang (DP). Salah satu dari anggotanya adalah Dion. Dewan Penggalang yang dingin, dan tidak banyak bicara. Itu lah Dion disaat berperan menjalan tugasnya di sekolah.Dimulai dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 02.00 siang. Akan diisi dengan kegiatan PBB.***"Sayang, kamu kuat berangkat sekolah hari ini? Ada kegiatan pramuka loh biasanya, atau kamu mau izin dulu?" ucap Bu Sisi menyambut kedatangan Dion yang sedang menuruni anak tangga ke lantai 1Dion yang sedang berjalan menanggapi kekhawatiran ibunya, menghampiri dan memeluknya, dan berkata"Gak apa mah, Dion kuat. Pamit dulu ya, nanti kalo ada apa-apa aku kabari." sembari mencium tangan Bu SisiLalu berjalan menuju halaman rumah, dan menaiki motornya sambil melambaikan tangan ke arah Bu Sisi.***Akhirnya sampai
Hujan mulai turun, hari sudah sore. Padahal jalanan licin sekali, rawan kecelakaan. Tetapi Dion tak peduli, ia terus mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.Ia basah kuyup, dari atas sampai bawah. Air hujan terus mengucur deras dari pakaiannya. Sesekali ia berhenti di lampu merah, membuka benik baju seragamnya itu, membiarkan perut kotaknya terlihat. Dingin pasti, tetapi jarak antara rumah Zelen dan Maxim cukup jauh.***Setelah hampir setengah jam perjalanan, ia tiba di rumah si Max. Langsung memarkirkan motornya di halaman depan, dan mengambil ponselnya di dalam saku celana.Ponselnya basah, alhasil tidak bisa menyala. Akhirnya mau tidak mau, ia harus memencet bel rumah Maxim sampai di buka kan pintu rumahnya.'Ting tong ting tong ting'"Keluar bangke! Gua menggigil." umpatnya di dalam hati"Siapa? Hujan-hujan tidak menerima sumbangan." terdengar suara Maxim dari dalamDion yang
Dinner time dengan keluarga Bu Mala sudah selesai. Makanan semua ludes, apalagi bakwan gorengnya, Dion yang paling ketagihan. Sampai-sampai Bu Mala rela menggorengkannya lagi untuk Dion bawa pulang, alih-alih sebagai buah tangan untuk Bu Sisi. Campuran yang sangat perfect, bakwan dan cabai rawit di dalamnya. "Tante makasih banyak loh, sampai sengaja goreng bakwan baru buat Dion." ucap Dion "Sama-sama mas, hitung-hitung ini buat cemilan sambil nonton televisi sama keluarga di rumah." terbentuk senyuman kecil di bibirnya "Baik banget nyokap lu Max, tapi anaknya beda jauh." ledek Dion "Iya gua soalnya anak pungut, di tempat sampah nyokap nemu gua." jawab Maxim yang terlihat kesal di raut wajahnya itu Bu Mala dan Dion tertawa lepas mendengar jawaban Maxim yang ketus. *** "Ya udah tante, Dion pamit pulang ya udah malam jam 21.00 takut mamah khawatir." ucap Dion sembari berpamitan mencium tangan Bu Mala