Bella sedikit bingung karena mau menyiapkan sarapan apa untuk dirinya dan juga Aaron. Entah kenapa ia ingin sekali menjadi wanita yang serba bisa di hadapan Aaron. Apa karena ungkapan sayang yang di ucapkan Aaron tadi? Bella menggelengkan kepalanya mencoba menepis semua bayangan manis tadi pagi yang membuatnya senyum-senyum sendiri sejak tadi.
“Ehh, puteri Mama rajin sekali.”
Suara lembut di belakang Bella memaksa Bella meolehkan kepalanyanya. Sang Mama sudah berjalan menuju ke arahnya dengan pakaian yang sudah rapi.
“Mama rapi sekali, mau kemana, Ma?”
“Loh, Aaron tidak memberitahumu? Mama sama Papa mau ke palembang beberapa hari.”
Bella mengernyit. “Ke palembang? Kenapa buru-buru sekali?”
“Tidak buru-buru, kami sudah merencanakan sejak sebelum kalian menikah.”
“Benarkah? Kenapa aku tidak tahu?”
“Sebagai kejutan.” bisik Shasha pada puterin
Bella masih sibuk memilihkan kemeja untuk di kenakan Aaron ke kantor ayahnya siang ini. Sebenarnya ia sedikit bingung, harus memilihkan kemeja yang bagaimana dan seperti apa, karena ini pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini.Bella merasakan sebuah lengan kekar melingkari perutnya. Kemudian sesuatu yang lembut dan basah menyentuh permukaan kulit lehernya.“Jangan menggangguku.” ucap Bella yang benar-benar merasa terganggu.“Kamu menggodaku, sayang.”“Astaga, apa yang membuatmu tergoda denganku?”“Uumm, piyama yang kamu gunakan, caramu berjinjit-jinjit dengan kaki telanjang, dan rambutmu yang setengah basah.”“Haisshh, dasar tukang nggombal. Sudah sana, aku bingung mau memilihkan kamu kemeja yang mana.”“Pilihkan saja kemeja yang membuatku terlihat tampan di matamu.”Bella tampak berpikir sejenak. “Aku suka saat melihatmu menggunakan kemeja
Samar-samar, Aaron melihat Bella meninggalkan dirinya. Wanita itu pergi begitu saja ketika dirinya kini sedang di hajar oleh seorang sinting yang tidak punya otak seperti Yogie. Issabella, istrinya itu pasti saat ini sedang salah paham padanya.Sialan! Semua ini karena si tolol Yogie.Dengan sisa-sisa kekuatan yang di milikinya, Aaron membalik tubuh Yogie hingga lelaki itu kini berada di bawahnya.“Brengsek lo! Berani lo hajar gue? Sialan!” Aaronpun tidak berhenti mengumpat kesal sedangkan tangannya masih sibuk menghajar Yogie. Aaron tidak menghiraukan wajahnya sendiri yang sudah penuh dengan darah. Yang terpenting saat ini adalah memberi si brengsek sialan ini pelajaran. Kalau Bella sampai salah paham padanya dan tidak mau memaafkannya, Aaron bersumpah akan membunuh Yogie saat itu juga.Setelah kelelahan karena baku hantam. Keduanya tergeletak lemas penuh darah masing-masing. Napas keduanya juga terputus-putus seakan menahan amarah yang
Secepat kilat Bella mendorong tubuh Aaron menjauh. Dan Aaron tertawa lebar dengan kelakuan Bella.“Ingat, aku belum memaafkanmu Aaron.”Aaron masih saja tertawa sambil melemparkan diri di atas ranjang melihat kelakuan Bella. Wanita itu sungguh menggemaskan, dari cara bicaranya ia terlihat enggan di sentuh tapi saat melihat wajahnya yang memerah, sungguh, Aaron ingin melahapnya hidup-hidup.“Kamu gila?” tanya Bella yang menatap Aaron yang masih tertawa lebar di atas ranjang.Aaron bangun dan duduk di pinggiran ranjang. “Kamu yang membuatku gila Bell.” ucap Aaron dengan nada seriusnya.“Berhenti menggombal. Pakai bajumu dan aku akan mengobati lukamu.” ucap Bella sambil melempar kaus dalam dan celana piyama untuk Aaron. Aaronpun akhirnya mengenakan pakaian tersebut.Bella kemudian duduk tepat di sebelah Aaron. Aaron menatap Bella dengan tatapan yang sulit di artikan. Bibirnya tidak berhenti menyun
“Aarrgghh...” erang Bella sedikit lebih keras dari biasanya.“Cukup sayang, astaga, suaramu membuatku ingin meledak saat ini juga.” Aaron menggertakkan gigi, menahan sesuatu yang ingin meledak dari dalam dirinya.Aaron kembali mendaratkan bibirnya pada payudara ranum milik Bella. Menggodanya, mendambanya seakan mengklaim jika itu hanya miliknya. Tubuhnya belum berhenti memainkan ritme permainan yang membuatnya semakin menggila.“Aaron, astaga, Aaarrgghhh..”Kini Aaron kembali mencumbu bibir Bella dengan panas. Kedua tangannya memenjarakan tangan Bella, membuat posisi keduanya terlihat begitu erotis. Hingga kemudian gelombang kenikmatan tersebut menghantam keduanya. Membuat keduanya saling mengerang panjang, mendesah nikmat sekaligus mandi dengan keringat yang menyatu.“Aku cinta kamu, aku sayang kamu, dan hanya kamu sejak dulu.” ucap Aaron sesekali mengecup lembut bibir milik Bella.
‘Buuggghhhh’Sekuat tenaga aku membanting tubuh itu ke atas matras yang sedang ku injak. Kemudian secepat kilat aku menguncinya, membuat tubuh tegap itu tidak bisa bergerak di bawahku.“Bagaimana Pa? Saya sudah bisa, bukan?” tanyaku dengan menyunggingkan senyuman kemenanganku.“Belum.” jawab Papa Ramma yang sontak membuatku mengernyit. Dan aku tidak bisa berpikir lagi ketika tiba-tiba tubuh di bawahku tadi membalikku dan mengunciku hingga kini aku yang berada dalam kuasanya. “Satu hal yang harus kamu tahu, jangan pernah merasa menang sebelum kamu melihat lawanmu menyerah.”Papa kemudian melepaskan kunciannya. Dia berdiri dan mengulurkan tangannya padaku seperti biasanya.“Kamu sudah lebih baik.” Dia berkata sambil menepuk-nepuk bahuku.Ya, tentu saja. Setiap minggu aku di hajar habis-habisan bagaimana mungkin aku tidak lebih baik. Tubuhku kini bahkan lebih berotot lagi dari
-SDN 1 Jakarta. - Kelas VI A.-Bella masih sibuk menata paralatan sekolahnya ke dalam laci meja kelasnya. Ini adalah hari pertama dirinya masuk kelas 6 SD yang tandanya dirinya harus belajar lebih giat lagi supaya bisa lulus dengan nilai terbaik. Walau tahun lalu dirinya sudah menjadi juara umum namun tidak ada kata santai pada kamus Bella.Issabella Aditya, seorang anak perempuan cantik di sekolah nya dengan kepintaran diatas rata-rata.... pendiam, cuek, jutek dan tidak punya banyak teman. Mengikuti segala macam organisasi salam sekolah, lebih memilih membaca buku di kelas saat istirahat."Hai Bell..." itu adalah suara yang sangat di kenali Bella, suara jail yang bertahun-tahun ini mengganggunya. Bella mengangkat wajahnyan dan sudah mendapati Aaron duduk di mejanya dengan senyuman mengejeknya."Akhirnya kita sekelas ya." Kata Aaron penuh Arti."Kamu itu nggak lulus, dan tinggal kelas, masa mala
Bella benar-benar tidak habis pikir dengan Brandon, Brandon tentu tahu bagaimana bencinya ia dengan Aaron, tapi nyatanya Brandon dengan sengaja menyuruhnya untuk menjemput iblis satu ini. Dan Aaron, astaga, untuk apa ia kembali ke negeri ini? Sial! benar-benar sial!!.“Bell, ajak aku keliling kota ya nanti, aku sudah nggak hapal jalanan ibu kota.” Aaron berkata dengan nada menggodanya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe tak jauh dari bandara.“Aku banyak kerjaan.” jawab Bella dengan cueknya.“Aku bisa menyuruh Brandon meliburkan kamu dan memberikan waktu liburmu untuk menemaniku.”Bella hanya memutar bola matanya jengah. Ahh Sial! tentu saja Aaron bisa melakukan apapun, bukankah saat ini ia bekerja sebagai bawahan dari Brandon, kakak Aaron? dan secara tidak langsung ia juga menjadi bawahan Aaron. Sial!!“Terserah.” hanya itu jawaban dari Bella.Aaron tersenyum melihat sikap B
Bella dengan cepat menghabiskan sarapannya. Tadi malam Brandon meneleponnya, dia berkata jika pagi ini akan ada Meeting penting dengan client dari luar. Dan tadi pagi ia sedikit kesiangan.“Kenapa buru-buru sekali? Ini belum jam tujuh.” Ramma, sang papa membuka suara melihat puterinya yang sedikit tergesa-gesa tidak seperti biasanya.“Kak Brandon ada Meeting penting pagi ini, dan aku kesiangan.”Ramma tersenyum melihat puterinya yang saat ini sedikit lebih disiplin dengan waktu.Issabella Aditya, Puteri tunggalnya tersebut adalah sosok yang cantik, mirip dengan Mamanya. Gadis ini pintar, kepintaran yang tentu saja menurun darinya, cantik menurun dari sang Mama, belum lagi keterampilan bela dirinya yang di latih langsung olehnya.Namun sayang, Bella memiliki sedikit sikap buruk. Gadis ini cenderung cuek, dingin, jutek, tidak suka menghiraukan orang-orang di sekitarnya, dan dia susah sekali di atur.