Senja pergi ke pos utama. Ia menulis di dalam surat ijin masuk hutan sebagai relawan pendukung jagawana. "Waah, apa kubilang, Sen sangat tertarik untuk menjadi jagawana di Hutan Sungai Hitam, hahaha. Apa kau diam-diam merekrutnya, Bay? " Kata Sam"Bapak ketua Tim, sepertinya anda sangat bersemangat hari ini. Bagaimana kalau kita berpatroli bersama. Bukankah peraturan tidak membolehkan relawan bertugas tanpa pendampingan dua jagawana Senior?" Kata Bayu yang sengaja mengajak Sam "Bay, aku sedang libur. Tak bisakah kau tidak menggangguku?" Kata Sam sangat malas"Tenang saja. Area patroli ku bukan tebing atau tanah gambut. Aku hanya akan ke berkeliling di lembahan dan pungggungan bukit yang kemarin terbakar, aku akan mengecek satwa disana," Kata Bayu"Baiklah. Tapi dengan satu perjanjian. Porsi makanku dua kali lebih banyak daripada kau, haha," Kata Sam"Oke. Tidak masalah," Kata Sam yang kemudian mengemasi tas dan mengisinya dengan peralatanBayu memandu Senja untuk mengecek bawaanya s
Di Kota. Fajar yang baru saja mendengar suara Senja, hatinya begitu lega. Ada rindu yang tetiba merayap di harinya. Sedih karena ia tak bisa menjelaskan apapun saat kepergiannya. Kini sekalinya ia tahu bahwa Senja masih hidup, Fajar tak memiliki kesempatan sedikitpun untuk berbicara. "Aku sangat merindukanmu," lirih Fajar yang masih terpaku. Hatinya mendadak kacau. Selama lima tahun terakhir. Fajar sama sekali belum pernah mengenalkan Senja pada orang tuanya. Sepengetahuan Senja, Fajar adalah fotografer freelance yang menjual jasa nya pada beberapa media. Namun, selama ini ia tak pernah tahu jika Fajar adalah anak dari Pak Santoso atasannya. Fajar mendapatkan misi dari ayahnya untuk mendekati Prita. Hal itu karena kecurigaan Pak Santoso tentang penggelapan uang kantor yang dilakukan oleh Prita. Penyesalan yang dirasakan Fajar adalah ia seharusnya memberitahukan saja tentang tujuannya mendekati Prita. Namun, kebiasaan buruk reporter di kantor itu yang tak pandai menyimpan rahasia,
Sesampainya di asrama. Senja merasa hatinya sungguh tidak tenang. Ia memain-mainkan tongkatnya, tak peduli apa yang terjadi. Lamunan akan kejadian yang ia lihat membuat hatinya tercabik-cabik. Bayu yang melewati kamar Senja melihat seklebat cahaya yang terang berkali-kali. Ia mengira Sen sedang mencoba sesuatu dengan energi baru yang dimilikinya. "Sen, apa yang kau lakukan?" Kata Bayu yang dengan tiba-tiba membuka pintu kamar Senja yang tidak terkunci"Ada apa!? Kau membuatku kaget saja," Kata Senja"Apa yang kau lakukan, apa kau sengaja menarik perhatian dengan memainkan kekuatan mu? Aku melihat kilatan cahaya berkali-kali, aku pikir kau sudah gila melakukannya disini," Kata Bayu"Ah Maaf. Aku hanya melamun dan tidak berpikir sejauh itu, semoga tidak ada orang lain yang melihat hal itu," Kata Senja"Aku tidak bisa menjamin! Semua tempat di sini seperti memiliki telinga dan mata di mana-mana, kau harus berhati-hati," Kata BayuSeketika Senja berwajah muram. Ia sepertinya memang mela
Berkenalan Dengan Mahluk Hutan (17) Ke esok an harinya. Senja begitu bersemangat untuk ikut patroli dengan Bayu. Sebelum waktu sarapan, ia sudah lebih dulu berolah raga dan mengisi tas nya dengan perlengkapan gunung. "Waah kau sangat bersemangat hari ini?" Kata Sam"Tentu saja. Karena aku akan dapat bimbingan langsung dari Ketua Tim," Kata Senja meledek Sam"Haha. Bagus. Hari ini kita akan patroli di jalur lembahan dengan tebing, bukan lagi punggungan datar seperti sebelumnya, hehe. Belajarlah dengan baik muridku," Kata Sam membalas nya"Sen!" Teriak Bayu dari bangunan asrama"Coba lihat, siapa yang memanggilmu?" kata SamSenja melambaikan tanganya ke arah BayuSen dan Sam yang sedang berolahraga mendongak ke arahnya lalu berlari menghampirinya. Keduanya beradu cepat untuk sampai ke atas. Keduanya sampai dengan nafas ter engah-engah. Bayu yang melihatnya menggelengkan kepala. "Apa yang kalian bicarakan semalam?” tanya Senja"Dia hanya basa basi saja, atau mungkin memang mengecek a
Sam baru saja akan mengeluarkan peralatannya. Angin bertiup begitu kencang, dedaunan tertiup hingga saling berkatup. "Sam, sebaiknya kita turun lewat jalan lain," Kata Bayu"Apa kau takut? Ini bukan hujan, ini hanya angin," Kata Sam"Kita bawa pemula, ini terlalu berbahaya," Kata BayuSam tersenyum tipis. Ia tetap mengeluarkan tali karmantel dari tasnya. Ia ternyata sudah sangat berniat mengajari Sen. Tali dinamis dipasang pada advice rock climbing. Senja memperhatikannya dengan seksama. "Pakai seat harness dulu," Kata Sam Sam mengaitkan carabiner pada pengaman Senja. Kali ini Senja terlihat bodoh karena ia harus turun pertama kali. "Heh, ia mungkin tidak tahu bagaimana cara melakukannya," Kata Bayu"Lebih baik aku dulu yang turun," Kata Bayu"Ehm, kenapa kau begitu khawatir, Bay. Aku benar-benar jadi curiga," Kata Sam"Bagaimana cara melakukannya?" Tanya Senja bersemangat"Nah begitu dong, kamu bisa turun perlahan. Gunakan tangan kananmu untuk menahan tali ke belakang, satu tang
Bayu masuk ke kamarnya. Karena lelah mengalami banyak hal hari itu, ia langsung tidur dan melewatkan makan malam. Begitu juga Senja. Saat tengah malam, Senja biasanya akan bangun hanya sekedar untuk minum. Kali ini, ia membuka matanya, pohon rambat mengikat tangannya. Ia tak bisa melepaskannya. Senja mencari gunting atau alat appaun di sekitarnya untuk memotong pohon yang menjalar kemana saja. Karena gerakannya terbatas, ia mulai panik dan takut. "Bay! Bay! Tolong aku!" Teriak SenjaBayu yang sedang tidur di kamar sebelahnya lalu bangun dan segera datang ke kamar Senja. Tanpa pikir panjang, ia membuka pintunya yang memang tak pernah Senja kunci. "Senja, apa ini?" Tanyanya yang jugaa terkejut melihat pohon menjalar mengikat tangan Senja"Aku tidak tahu, saat aku bangun, semua ini sudah mengikatku," Kata SenjaBayu keluar kamar. Ia mengambil parang lalu menebasnya. Namun ternyata pohon itu terus tumbuh lagi. "Apakah mereka tumbuh dari tanganmu, Sen?" Tanya Bayu"Ntahlah, aku meman
"Maksud anda?" tanya Bayu"Bukankah kalian membutuhkan seorang mentor? Aku di sini untuk membimbing kalian," kata orang ituMata Senja melebar dan senyumnya mengembang. Ia sangat senang bukan kepalang, karena keinginan untuk mencari guru seolah dikabulkan. Ia hendak berdiri dan mendekatinya. Namun Bayu segera mencegatnya, menahannya untuk tetap duduk ditempat semula. "Maaf, bagaimana kami bisa percaya pada anda sebagai orang asing yang tiba-tiba mengaku akan menjadi guru?” tanya Bayu yang kemudian diikuti anggukan setuju oleh Senja. "Lihatlah siapa yang ada dibelakang ku saat ini," kata laki-laki ituKemudian munculah Afreda dan Euan yang merupakan roh pelindung Bayu. Baik Senja dan Bayu terkejut sehingga tidak ada kata-kata yang bisa mereka keluarkan saat itu. Keduanya mencoba mencerna apa yang sedang terjadi sebenarnya. 'Apakah Afreda dikendalikan oleh orang ini?''Apakah selama ini Euan anak buah orang ini?'"Hahaha, kalian berdua salah. Hahaha, roh pelindung kalian lah yang mem
Keesokan harinya Senja dan Bayu pergi berpatroli. Bayu yang sedari malam sudah terganggu dengan pesan yang dikirim Fajar untuk Senja. Saat keluar dari kamar, ia bertemu dengan Senja yang hendak membersihkan diri. Tanganya merogoh ponsel disakunya, lalu menjulurkan benda itu ke wajah Senja. "Kali ini kamu harus buat mantan pacarmu diam, atau dia akan menggangguku sepanjang malam," kata Bayu kesal"Hahaha, maaf. Aku akan bilang tidak usah menghubungiku terlebih dahulu," kata Senja santaiMereka lihat ke kanan kiri. Suasana tampak lengang. Asrama terasa kosong tak ada seorang pun selain mereka berdua. "Hari apa ini? Kemana semua orang pergi?""Ntahlah, biasanya juga tidak begini," jawab Bayu"Apakah terjadi bencana tapi kita tidak tahu?" tanya Senja lagiKeduanya langsung berlari menuju pos utama. Disana ada seorang rekan yang sedang mengamati sebuah komputer. Seseorang sedang terbang dengan drone. "Apa yang terjadi?” tanya Bayu padanya"Aku tidak tahu. Tapi ketua tim meminta kami untu