Arland yang baru saja sampai di Rumah sakit, bergegas menuju ruangannya. Panggilan mendadak dari Rumah Sakit membuatnya harus meninggalkan meeting di kantor. Dan untungnya ada si Tristan, meskipun selama ini sobatnya itu tak pernah mau saat ia minta untuk memimpin meeting.
Terburu-buru, membuatnya tak sengaja bertabrakan dengan seseorang sampai dia terhentak ke lantai.
"Astaga!” keluhnya sambil memegangi bokongnya yang terasa nyeri.
"Maaf,” ucap Arland merasa bersalah dan membantu gadis itu untuk bengun.
"Kamu?" kaget Arland melihat siapa yang ia tabrak barusan. Yap, Kiran. Gadis yang seharian kemarin berurusan dengannya.
"Duh, dokter ... apa jangan-jangan efek mabuk semalam masih berasa, ya, dok?”
"Apa?!”
Bagaimana ia tak kaget. Kenapa Kiran bisa tahu kalau dirinya semalam mabuk?
“Permisi dokter, saya
"Loh, kamu kok ada di sini?"Kiran mengarahkan pandangannya pada seorang cowok yang menghampirinya saat langkahnya mendekati pintu.Dahi Kiran berkerut sambil berpikir. "Kamu bukannya yang kemaren ada di apartementnya dokter Arland, kan?""Tepat sekali,” sahut Tristan cepat. “Ternyata kamu masih mengingatku. Aah ... tapi sepertinya bukan aku yang kamu ingat, melainkan Arland,” godanya menambahkan.Kiran tersneyum manis mendengar penuturan Tristan. "Nggaklah, kebetulan saja masih ingat.”“Ngomong-ngomong, kok kamu ada di sini?” tanya Tristan."Lagi ngelamar kerja, tapi ternyata nggak bisa,” jawabnya dengan senyuman berat mengiringi."Kenapa?""Aku nggak punya pengalaman kerja dan statusku juga masih mahasiswi,” ungkapnya berusaha tenang, tapi dalam hatinya terasa sedih.Tristan hanya ma
Turun dari taksi, ia segera berlari untuk memasuki rumah. Tentunya dengan perasaan deg-deg'an yang sudah merasuki hatinya dari tadi. Karna ia tau pasti apa yang sudah menantinya di dalam rumah."Kamu dari mana saja?!"Pertanyaan dengan sedikit bentakan itu membuat langkahnya yang baru memasuki rumah, terhenti seketika. Pandangannya mengarah ke asal sumber suara. Wajah dengan pandangan kesal sedang menatap padanya."Kamu keluyuran terus, bukannya nyari kerjaan! Pulang sore-sore, pulang tengah malam!” bentak Dewi memandang kesal pada Kiran."Aku nggak keluyuran, kok, Ma,” bantah Kiran."Lalu, apa hasilnya?”"Aku ... aku udah dapet kerjaan,” gagap Kiran sedikit menundukkan kepalanya.Ia sebenarnya bingung, apakah menerima tawaran Arland untuk menjadi kekasih bohongan adalah sebuah pekerjaan? Tapi setidaknya, ia tak mendapatkan omelan yang lebih panjang lagi
"Kamu sekretaris Arland dengan status yang masih sebagai mahasiswi ?" tanya Kim pada Kiran seolah meragukan gadisitu."Kenapa Ma, ada masalah?" tanya Arland.''Nggak,” jawab Kim."Gimana menurut Om ... pilihan Arland nggak salah, kan?" tanya Tristan pada Alvin, seolah memang sengaja menyudutkan Kim."Ya, pilihan Arland memang selalu nggak bisa dianggap remeh. Dia memilih seorang gadis manis sebagai kekasihnya,” ungkap Alvin menunjukkan rasa kagumnya akan sosok Kiran.Di saat yang bersamaan, tiba-tiba seseorang datang dan menghampiri mereka semua."Malam semuanya,” sapanya dengan heboh.“Ceryl,” girang Kim menyambut gadis yang paling ia setujui jika bersama dengan Arland.“Kak Arland!!!”Dengan seenaknya dia langsung saja mendekat dan memeluk Arland, seolah menganggap tak ada orang di sekitarnya.''Lepas Ceryl! Apa kamu nggak punya sopan santu
Saat ini Arland dan beberapa sahabatnya sedang berada di sebuah club, tepatnya di ruang privat yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul.“Sepertinya dokter kita ini sedang menghadapi sebuah masalah yang amat berat,” ujar Jeremy melirik Arland."Pasti masalah Ceryl lagi,” tebak Sandy."Mending kalian keluar dulu deh. Daripada ni orang ngamuk dan kalian pulang hanya balik nama doang,” peringatkan Tristan.Sandy dan Jeremy yang paham, seketika melarikan diri dari ruangan itu. Karna mereka semua juga tahu, bagaimana reaksi dan sikap Arland di saat emosinya memuncak. Sangat berbanding terbalik lah dengan tampang kalem nya itu.Tristan melirik Jefry yang masih anteng dengan minumannya."Apa, gue kan nggak ikut-ikutan,” respon Jefry dengan lirikan tajam Tristan."Jef ...""Oke, oke ... daripada yang pulang cuman nama gue doang,” gerutu Jefry meninggalkan Arland bersama Tristan.Arland sudah
Arland mengantarkan Kiran untuk pulang ke rumah. Sebenarnya kepalanya berasa pusing karena tadi ia sempat minum, tapi berusaha ia tahan. Sangat tidak lucu kalau sampai dirinya harus tergeletak untuk kedua kalinya dan di bawa pulang oleh orang yang tak dikenal lagi.“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Kiran saat melihat ekspressi tak baik di wajah Arland.“Hmm,” angguknya.Sampai di depan gerbang ruamh Kiran, Arland melirik ke arah gadis yang ada di sampingnya ini. Dia seolah tak berniat untuk turun.“Kenapa?”"Aku takut . Mama pasti akan ...""Apa aku perlu mengantarkanmu sampai ke dalam rumah?" tanya Arland ."Tidak ... tidak perlu,” sahut Kiran cepat. “Dan makasih banyak sudah menolong dan mengantarkanku pulang,” tambahnya.Hanya dibalas dengan anggukan. Ya, sepertinya dia bukan cowok yang akan membalas dengan senyuman manis ataupun kata-kata manis. Dan jangan berharap
"Kiran!” Teriakan menggelegar seantero rumah. Padahal ini masih pagi buta, loh. "Mama! Mama ngapain, sih, manggil Kiran? Dia udah nggak ada disini.” Dinda yang keluar dari dalam kamar dan menghampiri Mamanya di ruang makan."Oiya, Mama lupa. Habisnya udah kebiasaan, sih,” respon Dewi."Dan mulai sekarang Mama harus biasain nggak manggil namanya di rumah ini.""Iya, iya ... dan juga Mama ingin tanya sam kamuDinda. Apa yang terjadi semalam? Apa semuanya berhasil?”Dinda menghempaskan bokongnya di kursi dengan malas. "Semua rencanaku berantakan, tapi setidaknya dia tidak disini lagi.""Berantakan?""Ya, rencana yang aku b
Kiran yang menerima sebuah ciuman di bibirnya dari Arland, sampai mencengkeran pinggiran kemejanya karena shock. Seolah waktu dan napasnya ikut terhenti saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Arland.Berharap ini semua tak terjadi, tapi apa? Arland malah benar-benar melakukan tantangan yang diberikan Ceryl. Berniat mengakhiri adegan ini, tapi Arland malah menahannya untuk tetap lanjut. Benar-benar ... apa yang dilakukan cowok ini di luar pemikirannya.Semua yang menyaksikan adegan itu terdiam dan terpana. Lebih tepatnya mereka semua kaget karna Arland benar-benar melakukan itu. Terlebih para sahabatnya."Kakak jahat!” pekik Ceryl. “Dan aku membenci kalian berdua!” sambil menunjuk Kiran dan Arland bergantian.Sontak, suara melengking Ceryl membuat Arland langsung mengakhiri semua itu. Ada yang aneh dengan perasaannya. Kenapa ia bisa melakukan ini semua. Berniat hanya memberikan bukti pada Ceryl, tapi entah kenapa saat bersentuhan, membuat
"Parah, lo bener-bener nyium Kiran.""Tris, lo udah bilang itu ke gue berkali-kali,” balas Arland sedikit kesal."Habisnya gue nggak nyangka kalo lo bakal lakuin itu, Land ... gue shock. Apa jangan-jangan lo beneran suka sama Kiran?" Tristan mencoba menebak, meskipun tebakannya cuman sekedar tebakan."Heh!”Tristan bersidekap dada dihadapan Arland. “Land, lo nyentuh cewek aja ogah-ogahan. Dan sekarang sama Kiran, lo kayaknya iklas-iklas aja bersentuhan sama dia. Dan ciuman dong.”"Dia cuman pacar bohongan, jadi gue mesti total dong ngikutin permainan itu.""L