Share

Nayla
Nayla
Penulis: Nayla

Bab 1

Kamar itu berantakan tak berbentuk. Pakaian yang berserak, kantung bekas cemilan yang tergeletak di lantai, juga laptop yang masih menyala dengan suara khas bahasa Korea. Namun si empunya masih tertidur pulas dengan tangan terlentang di atas tempat tidur.

        “Nayla... "

        "NAYLAAA!!”

        Suara teriakan itu seakan tidak bisa menyentuh gendang telinga gadis itu.  Ini akibat kebiasaannya yang suka begadang untuk menonton drama Korea favoritnya, padahal hari ini adalah hari pertama Nayla masuk sekolah SMA barunya. Nayla Anastasya Susanto murid pindahan dari Bandung.

Mereka memang sering berpindah-pindah kota karena pekerjaan ayahnya, dan kali ini mereka menetap di Jakarta.

         Dan kini alarm ponsel-nya setia berbunyi. Sambil bermalas-malasan Nayla meraba tangannya mendapatkan ponselnya, 6.30

        Cewek itu melompat dari tempat tidur, buru-buru ke kamar mandi, dan melakukan ritualnya. Cuci muka dan gosok gigi, kebiasaan kalau bangun kesiangan. "Oh my Gosh, bisa malu gue anak baru telat." Runtuk Nayla dengan suara melengkingnya. Setelah menyisir rambut di depan kaca, menyemprot minyak wangi, mengoles liptin ke bibirnya. Walaupun nggak mandi harus tetap on dan terlihat cantik. Cewek itu menarik tasnya lalu menuruni tangga menuju ke meja makan, dan langsung mengambil sandwich di piring.

        “Kamu mandi kan, La?” Nayla nyengir kuda menunjukan serentetan gigi putihnya mendengar ucapan ibunya. Sudah bisa ditebak.

       "Nggak ada waktu keburu telat."

        "Mama sudah teriak-teriak dari tadi, kamunya aja yang susah bangun. Anak gadis kok bangun kesiangan terus."

        "Nayla udah bangun, tapi matanya aja yang susah dibuka.” Nayla membela diri. "Nayla berangkat naik apa, Maa? Ka Bagas belum bangun." Nayla terburu-buru mengunyah sandwich tanpa berhenti.

      "Mama udah pesenin ojek, nanti pulangnya mama suruh Bagas jemput." Wanita paruh baya itu menyodorkan segelas susu putih pada Nayla. Seperti untuk anak kecil berumur 5 tahun.

      Cewek itu mengangguk lalu meneguk segelas susu sekaligus. Biasanya kemanapun Nayla pergi termasuk ke sekolah selalu diantar oleh ayahnya atau Bagas. Mereka menganggap Nayla masih anak kecil yang masih perlu pengawasan. Dua hari yang lalu mereka pindah, dan menghabiskan waktu untuk bersih-bersih rumah. Mungkin kelelahan ayah dan Bagas belum bangun. Sedangkan Nayla sebelum pindah memang sudah didaftarkan sekolah oleh ayahnya

        Belum habis sarapannya, ojek pesanan sudah sampai. Nayla berlari kecil ke luar sambil menenteng tasnya, tidak lupa sebelum pergi Nayla mencium tangan ibunya.

                     * Nayla *

        Motor ojek berhenti di depan gerbang sekolah. Dia terlambat, beruntung Bapak satpamnya baik.  Nayla diizinkan masuk walaupun gerbangnya sudah ditutup. Alasannya karena Nayla anak baru. Setelah dia melapor ke ruang guru Nayla di bawa seorang guru menuju kelas barunya.

         "Perkenalkan nama saya Nayla Anastasya Susanto.”

        Mendengar itu murid di kelas jadi ribut. Ada yang bertanya, bersiul,  memanggil dan melambaikan tangan. Tidak heran kebanyakan laki-laki di kelas menggodanya. Nayla termasuk gadis yang manis tidak bosan dipandang. Bibirnya tidak pernah lupa selalu dipoles liptint warna bibi, jadi terlihat merona. Rambut berwarna hitam berkilau sepanjang punggung itu dibiarkan terurai.

        "Sudah, sudah jangan ribut nanti kelas lain terganggu. Nayla kamu duduk di kursi yang kosong." Bu guru menunjukkan barisan sebelah kanan.

Terlihat kursi kosong di baris kedua sebelah kanan, di sampingnya sudah ada gadis seusianya yang tersenyum.

        Jam pelajaran pun di mulai kericuhan di kelas akhirnya terhenti. Awalnya Nayla terlihat bingung dengan pelajaran yang di terangkan. Dia belum tahu jadwal pelajaran. Cewek itu hanya melirik kanan-kiri memperhatikan semua mahluk yang akan menjadi sebangsanya. Hari ini dia nggak mau terlalu fokus belajar.

        Bosan memperhatikan wajah-wajah sekitarnya, Nayla mencoret-coret kertas putih dengan pensil 2B. Cewek itu suka menggambar, hasil gambarannya lumayan tapi selalu mendapat kritikan Bagas. Di sekolah lama Nayla nggak terlalu menonjol, termasuk murid biasa-biasa saja.  Nggak ikut geng-gengan, bukan juga murid berprestasi yang membuatnya terkenal.

        "Beka,” gadis di samping Nayla memperkenalkan diri. Cewek itu menoleh dan tersenyum, hampir lupa kenalan.

        "Hai, gue Tina," dari belakang seorang gadis ikut menyapa dengan senyum manis. Nayla menyambut kedua teman barunya itu dengan ramah.

       “Senang bisa kenalan dengan kalian,” ucap Nayla tersenyum. "Panggil Nayla aja "

        “Gue Erick, ngomong-ngomong lo udah punya cowok belum?” Erick si rambut brekele ikutan nimbrung.

          “Enggak ada yang mau kenal lo brekele, pergi sana! Jangan diladenin La, orang secantik kita jangan mau digodaiin alien kaya dia.” Beca mendorong bahu Erick

menjauh.

         “Sok kecakepan banget sih lo!" Seru Thohir. "Hati-hati La, berkawan sama cewek jutek ntar lo ketuleran jutek!” Thohir berdecak lalu pergi bersama Erick sambil tertawa kuat.

         “Bek, Lo cakep tapi dari sedotan!” teriak Erick tertawa meledek.

              “Dasar brekele! Awas aja gue kaduiin sama Rangga." Teriak Beca. Cewek berponi selamat datang itu. Sedangkan Nayla tertawa melihat perkelahian mereka.

   

         “Kita kantin yuk Nayla.” Tina hendak bangkit dari bangkunya.

          "Boleh." Nayla yang dari tadi tersenyum mendengar pertengkaran itu, menoleh pada Tina. Lalu memasukkan bukunya ke laci.

        Mereka keluar kelas menuju kantin. Tentu saja semua mata di sekeliling mereka menatap ketiga cewek itu, sebagian cewek terlihat kesal karena kehadiran Nayla. Semakin bertambah siswi yang memiliki wajah di atas rata-rata. Sedangkan kaum cowok berdecak kagum pada mereka.  Nayla sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan mereka. Di sekolah dulu Nayla sudah biasa dengan cara laki-laki melihatnya.

Kantin ini terletak paling pojok, dekat dinding sekolah.

      "Lo jalan sama kita berdua bakalan jadi pusat perhatian. Percaya deh.” Beca menyombongkan diri. Cewek itu duduk di depan Nayla setelah memesan soto.

         "Perhatian?  Emang kita badut jadi pusat perhatian," ujar Tina, merendah.

       Dari tadi Nayla sudah merasa kedua cewek ini termasuk terkenal di sekolah. Apalagi Tina, cewek itu punya fashion yang nggak main-main. Jam tangan yang terlihat mahal, jepit rambut di atas kuping terlihat cantik. Setiap Tina menjerling pada orang lain, mereka akan tertunduk. Pasti rebutan cowok-cowok keren.

        Sedangkan Beca, paling periang dibanding Tina. Wajahnya Indonesia banget,  sering digodaiin kaum Adam karena paling murah tebar senyum. Bukan tebar pesona ya. Wajahnya memang cantik membuat siapapun ingin tersenyum padanya.

         Nayla tersenyum sumringah melihat Beca dan Tina yang ada di depannya. Hari pertama sudah dapet temen, membuat hatinya senang. Mata Nayla mulai menelusuri tiap sudut kantin yang sudah dipenuhi serumpunan orang.

         Kini matanya tertuju pada sosok laki-laki berpakaian olah raga, bajunya basah karena keringat. Laki-laki itu sesekali meminum orange juice ditangannya, lalu  asyik bersenda gurau dengan kawannya.

       Nayla sempat terpesona dengan cowok bertubuh tegap dan tinggi itu.  Kulitnya tidak terlalu putih. Tapi, jauh dari kata hitam. Hidungnya mancung. Wajahnya cukup mewakili cowok tampan.

      "Reno Pratama, ketua OSIS kita yang jago maen basket." Beca ikut memandang ke arah yang sama dengan Nayla.

Nayla memalingkan wajahnya. Tidak mungkin dia jujur bilang tertarik karena  wajah tampan cowok itu.

         "Oh itu... Bingung aja keringetan gitu malah berbaur sama orang. Kan kasian orang yang cium bau keringat dia." Nayla mencari alasan.

         "Astaga Nayla... Jangan kan bau keringet. Enggak mandi 7 hari 7 malem juga tuh cowok nggak bakalan dijauhin. Fansnya banyak. Gantengnya itu nggak luntur,” ucap Beca melirik ke arah Reno. Nayla manggut-manggut tanda setuju, seperti dia yang jarang mandi nggak akan ada yang tahu.

        "Bukan cuma dia yang keringatan. Kawannya juga." Tina mengarah pada sekeliling cowok itu. Semua teman dia pakai baju olahraga yang basah karena keringat. Bisa dibilang sekolah ini gudangnya cowok-cowok ganteng. Hari pertama saja udah cuci mata.

        "Mereka team basket kita."

       Reno melihat ke arah Nayla. Mungkin dia merasa diperhatikan oleh Nayla dan kawan-kawannya, atau langsung tahu kalau ada anak baru karena Nayla belum pernah dia lihat. Cewek itu mengalihkan pandangannya saat mata mereka bertemu pandang.

       "Oia, lo mau ikut ekskul apa? Ikutan sama kita mau nggak." Tina melihat Nayla sambil memasukkan batagor ke mulutnya.

      "Emang kalian ikut apa?" Nayla balik bertanya.

       "Naik gunung!" seru Beca dengan bangganya. "Kita anak pecinta alam." tambahnya.

        "Naik gunung ?" ulang Nayla tidak percaya. Di balik keanggunan dan kemodisan mereka ternyata ada jiwa pecinta alam juga. "Serius? Kan bahaya naik gunung. Banyak binatang buas, pohon-pohon besar. Capek lagi. Gue nggak kebayang deh bisa ikutan."

       Tina menghela nafas, ucapan Nayla ada benarnya. "Justru yang lo takutin itu daya tariknya." Ujar Tina. "Lo nggak pernah kan minum air gunung dari mata airnya? Lihat matahari dari tempat tinggi?" Nayla menggeleng. "Nah itu, ikut deh biar nggak nyesal."

      "Ikut aja La, itung-itung olahraga. Mau yaa.."  Ujar Beca penuh harap.

        "Gue mesti nanya orangtua gue dulu,” jawab Nayla ragu-ragu. Hal yang tidak mungkin diperbolehkan. Tapi penasaran juga rasanya naik gunung sama temen sekolah.

      "Lo tahu nggak, dimana gudang cowok terkeren sejagad raya? Genk-genk bad boy lewat. Anak basket lewat. Biangnya cowok terhot plus machoo ya di pecinta alam. Alumni-alumni sekolah ini dari yang jelek sampe limited edition semua kumpul di PA." Beca bicara dengan terkagum-kagum seakan yang dibicarakan ada di depan mereka.

Nayla dan Tina bersahutan tertawa mendengar ocehan Beca dengan mulut yang berisi makanan. Ekskul di SMA Budi Mulia yang paling menonjol adalah pecinta alam (PA) hanya orang-orang yang suka tantangan dan punya keberanian yang mau bergabung di ekskul itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status