SABRINA
Ok, semua orang membicarakan tentang annual gala dinner. Even tahunan yang diadakan perusahaan. Semua hush dan fush tentang apa yang akan dipakai untuk gala dinner nanti. Fitri salah satu stafnya yang agak selalu pengen tahu sudah menanyakan dari awal “mbak Sabrina nanti mau pakai baju apa?”.
Sejujurnya dia belum atau tidak sempat memikirkan outfit untuk dinner. Menurut ( lagi-lagi ) Fitri, even sekarang lebih spesial karena temanya adalah “red carpet moment”. Seolah-olah kita selebriti saja, pikirnya. Dia melihat e mail pemberitahuan tentang dinner ini minggu lalu, akan diadakan di salah satu hotel bintang lima yang berlokasi tidak jauh dari gedung kantor. Minimal praktis, tidak perlu berpikir akan terjebak kemacetan.
“Mbak besok kita boleh selesai lebih awal yah, harus ke salon untuk blow rambut” oceh fitri dari seberang meja.
“Sure” Sabrina mendongak ke arah Fitri sebentar dan matanya kembali fokus lagi terhadap lembaran-lembaran dokumen di depannya.
“Mbak…mbak…tau nggak? Katanya ada cewek yang lagi ngejar-ngejar Pak Samudra, Mbak Nia sampai kewalahan diteror” bisik Fitri dengan aura muka penuh dengan gosip.
Mendengat nama Samudra dan cewek, radar Sabrina langsung waspada penuh. “O ya?” responnya sedatar mungkin dengan pandangan masih tertuju kearah lembaran dokumen, walaupun perhatiannya tertuju ke arah anak buah di depannya.
“Iya mbak, kali ini sepertinya psycho bener. Tetapi cewek mana sih yang nggak meleleh sama Pak Samudra yah. Gantengnya itu loh minta ampun”.
Kali ini Sabrina tidak bisa menahan senyum, walaupun dalam hati dia membenarkan cewek mana sih yang tidak terpesona melihat bos mereka. “Kamu naksir sama boss kita?”.
“Kalau mbak Sabrina?” tanya Fitri sok menyelidik.
“Loh kok balik tanya” dan yah….saya juga terpesona dengan bos kita. Tapi pemikiran ini Sabrina simpan dalam-dalam. Tidak boleh ada yang tahu, bahkan rumput yang bergoyangpun tidak boleh tahu. kalau-kalau mereka juga bisa bergosip yang mengakibatkan seluruh dunia tahu bahwa dia naksir dengan sang bos.
Dalam hati dia penasaran seperti apa cewek yang mengejar-ngejar sang bos. Selama ini dia hanya melihat sosok Samudra dari koran atau majalah, termasuk gosip tentang sang bos adalah womanizer. “Memang bos kita itu suka gonta-ganti pacar?” dia bertanya dengan nada sambil lalu.
“Mbak sudah jadi rahasia umum. Seluruh kantor juga tahu kalau Pak Samudra itu playboy”.
Playboy yang kaya. Paduan yang sempurna tapi mematikan. Sabrina membuang jauh-jauh ketertarikan dengan bosnya, lagipula sudah ada Teddy.
Teddy yang sudah lama menemaninya, Teddy yang selalu penuh pengertian, Teddy yang selalu sabar ketika dia sedang moody, Teddy yang sekarang sedang menelpon dia. Sabrina melihat nama “mon amour” melunjak-lunjak dari layar handphonenya. “Halo”
“Hon….dinner?”
Teddy yang sepertinya punya six sense, karena dia tahu bahwa Sabrina sedang memikirkan dia. Berusaha memikirkan dia lebih tepatnya.
Saking lamanya mereka berpacaran, mereka tidak perlu lagi menyelesaikan satu kalimat, keduanya akan sama-sama tahu dengan persis apa yang dimaksud.
“Nggak bisa hari ini, lagi padat banget” Sabrina menjawab sambil menyandarkan punggung di kursi.
“Besok then, weekend kan?”
Telepon mejanya berdering, dari nomernya adalah extension Nia, sekertaris sang bos. “Emergency call dari si bos. Aku telpon lagi ok?”.
****
“Sabrina, come in”
Dia melihat sang boss duduk di sofa panjang dengan laptop dipangkuan, bukan di meja kerja seperti biasanya. Sabrina duduk di sofa yang sama, agak sedikit canggung.
“Saya meneliti detail bisnis dengan Pont Nord, sepertinya ada yang kurang pass” Samudra menaruh laptop di atas meja, ke arah Sabrina. “angka-angka ini agak kurang pas sepertinya” lanjutnya.
Sabrina menggeser duduk ke arang sang bos, agak dekat. Terlalu dekat. Dia bisa mencium aroma wangi dari Samudra, bahkan merasakan aliran hangat tubuhnya. Ssshhh…fokus Sabrina, dia mengarahkan pandangan ke laptop, ke angka-angka yang ditunjukkan sang bos.
“Ada perbedaan di sini, kurang dari yang saya diskusikan dengan Pont Nord tempo hari”.
“Saya akan telpon Paris untuk….” Pintu terbuka sebelum Sabrina berhasil menyelesaikan kalimatnya. Seorang wanita berwajah cantik dengan bibir bak Angelina jolie masuk disusul dengan Nia yang kelihatan tergopoh-gopoh.
“Halo honey, sekertaris kamu masak nggak ngebolehin aku masuk”
Aaaa…ok, mungkin ini si wanita itu. Yang mendadak popular satu kantor karena mengejar-ngejar sang boss. Sabrina melirik ke arah Samudra yang kelihatan kaget tetapi dengan cepat berganti dengan aura tenang. Laki-laki ini ternyata tidak hanya selalu tenang dalam menghandle rapat-rapat penting, tetapi juga saat ada perusuh menyerbu seperti sekarang.
Tunggu…..perusuh? O well, aku menyebutnya perusuh. Who cares…begitu pikir Sabrina.
“Christina” kata Samudra tenang dan tidak beranjak dari tempat duduknya.
Nia sang sekertaris meminta maaf sembari memberikan kode mata rahasia terhadap sang boss. Ternyata mereka mempunyai sandi rahasia.
“Sabrina, let me know if you need my help” kata Samudra setenang laut tanpa ombak.
“Terimakasih Pak, saya bisa handle. Laginpula…bapak kelihatannya sibuk” ada nada jenaka dalam omongan Sabrina yang disambut senyuman Samudra.
*****
Jam 5.30 sore. Sabrina melihat ke ruangan anak buahnya, semua tidak ada. Pergi untuk ke salon, ganti baju atau apalah. Bahkan suasana seluruh kantor sangat sepi. Semua orang bersiap-siap untuk gala dinner malam ini.
Sedangkan dia masih berkutat dengan urusan pekerjaan, terutama masalah Pont Nord yang ternyata agak bertele-tele. French with all their bureaucracy, pikirnya. Acara akan dimulai jam 7 malam, bearti dia masih punya 1.5 jam untuk menyelesaikan pekerjaan. Ok, kalau dia ngebut dia bisa mengirimkan draft agreement dengan Pont Nord. Di Paris masih jam 11.30 siang, cukup waktu untuk meneliti draft yang akan dikirim Sabrina dan dia bisa memfollow up di sela-sela dinner.
Terdengar pintu diketuk, ketika dia mendongak Samudra sang bos ada di ambang pintu as charming as always.
“Kamu masih di sini? Don’t you need to get ready or something?”
“Hampir selesai Pak, hanya perlu mengirim draft ke Paris”
“Ok, jangan telat. Sampai ketemu di dinner”
OK, plan memang selalu lebih gampang dari kenyataan. Kurang dari 20 menit sebelum dinner dimulai, Sabrina masih jauh dari siap. Dia berpikir untuk pergi dengan baju yang sama, tanpa perlu ganti. Melirik dress selutut berwarna orange yang dia pakai, is it red carpet enough? Pikirnya. Tapi siapa yang perduli.
Aaahhh….. Dia dengan terburu-buru mematikan laptopnya dan berlari menuju basement di mana dia memarkir mobil. Dia tidak ingin menjadi si newbie yang tidak tahu cara bersenang-senang.
Bersambung.....
SAMUDRASambil menyapa satu grup ke grup lainnya dia meneliti ballroom hotel tempat gala dinner diadakan. Tidak ada Sabrina. Tidak bayangannya, apalagi sosok yang nyata. Apa dia terlalu keasyikan bekerja dan telat ke acara sosial kantor pertamanya?Samudra mendongakkan kepala setiap ada sosok masuk dari pintu luar. Sudah jam 7 lewat Sabrina masih tidak kelihatan batang hidungnya.Salah satu anak buah Sabrina menjawab “belum datang Pak” ketika Samudra menanyakan keberadaan sang manager. Mungkin dia harus menelpon, memberikan sedikit omelan kenapa dia belum datang padahal acara akan dimulai beberapa menit lagi. Walaupun yang sebenarnya Samudra hanya ingin memastikan kehadiran Sabrina.Dia berjalan ke arah pintu keluar sembari merogoh handphone dari dalam kantong suitnya. Mencari nomor Sabrina dari kontak handphonenya. Sebelum dia sempat menekan tombol “telepon” di layar handphonnya dia melihat sosok itu.
SABRINASenin pagi seperti biasa. Sibuk!Orang cenderung agak stress di hari senin. Why? Bukannya setiap minggu orang selalu bertemu dengan hari senin, sama dengan bertemu dengan hari selasa, rabu kamis dan selanjutnya? Paling tidak untuk Sabrina hari senin menyenangkan. Hari senin ini lebih tepatnya. Dia tidak berbohong, kadang dia juga merasa stress dan berat untuk berangkat bekerja di hari senin. Tapi sepertinya masa-masa itu sudah berlalu, sekarang dia merasa lebih bersemangat ke kantor.Tidak ada alasan untuk stress.Seperti pagi ini. Sudah ada respon dari Paris untuk proposal bisnisnya. Ini akan menjadi bisnis deal terbesar dia selama beberapa bulan bergabung dengan SAP group. Kata sang bos, ini akan menjadi deal terbesar untuk team A selama ini. Jadi belum lama dia bergabung dengan SAP group sudah membikin break through. Salah satu alasan untuk happy.Oh ya, sang bos yang super duper ganteng itu. Layakny
SAMUDRAAnother nice morning!Samudra bersiul ringan memasuki walk in closet nya yang berukuran besar. Meneliti deretan kemeja dan jas yang tergantung rapi. Dia memilih setelan jas kotak-kotak warna biru dipadankan dengan kemeja warna biru muda. Meneliti deretan koleksi jam mahalnya, kali ini dia memilih silver rolex favoritnya.Menyeruput secangkir kopi yang dia racik sendiri dari mesin kopi yang di pesan khusus dari Italy. “It’s another good day” gumamnya ringan. Tiba-tiba dia membayangkan seandainya ada orang lain yang menemaninya memulai pagi, berada di sisinya ketika dia bangun, bersama menyeruput kopi pagi. Seandainya ada orang lain.Seandainya ada Sabrina di sisinya setiap hari.Dia tersenyum kecil. Tidak lama lagi dia akan bertemu Sabrina. Walaupun hanya di kantor, bisa memandang wajah Sabrina membuat dadanya membuncah penuh kebahagiaan.Dengan ringan dia berjalan ke
SABRINAPak Samudra dengan Cora?Wow.Dia tahu bahwa bosnya adalah playboy kelas ulung, tapi Cora ada di level berbeda dengan para perempuan yang pernah dikencani bosnya. CORA!Dia salah satu penyanyi papan atas untuk saat ini, sangat bertalenta, dengan suara emas yang sangat unik. In a short, very impressive! Bahkan Sabrina ngefans berat dengan Cora. Selama ini penyanyi ini selalu bersih dari gossip, dan tahu-tahu…BAM! Foto dia dengan bosnya ada di mana-mana. Tentunya dia bukan siapa-siapa dibanding dengan Cora, pikirnya agak kehilangan kepercayaan diri. Lah memang kenapa pakai membandingkan diri dengan Cora segala?Tapi lagi-lagi siapa yang bisa menolak pesona sang bosnya. Dia bisa saja playboy, tapi dia muda, ganteng dan kaya. Bahkan Sabrina sendiri luluh lantak kesengsem dengan sang bos, tapi sekarang sudah terang benderang, seperti tengah hari yang terik sang bos berpacaran dengan Cora. Dia tersenyum asem, seperti
SAMUDRAParis.Sudah lama dia tidak ke sini, serasa sudah puluhan tahun yang lalu. Walaupun the city of love ini pernah sangat dekat dengannya. Samudra menghabiskan dua tahun di sini, dua tahun dalam hidupnya yang sangat membekas. Bertahun-tahun belakangan dia memilih menghindari kota ini, walaupun sebagai pebisnis dia banyak melanglang buana tetapi Paris adalah kota yang dia hindari.Trip kali ini adalah ide yang begitu tiba-tiba, tanpa rencana sebelumnya. Dengan qualiti sehandal Sabrina, kehadirannya tidak terlalu dibutuhkan. Tanpa diapun Sabrina akan berhasil menutup deal dengan mulus.Tetapi kenapa tidak? Kehadirannya adalah nilai plus dari sisi bisnis dan bisa berdua dengan Sabrina selama beberapa hari, walaupun itu harus di Paris.Nia sang sekertaris agak curiga ketika Samudra terkesan sangat picky dengan hotel. Dengan sangat tegas dia meminta hotel dengan the best view di paris, dan lagi-lagi Nia sang
SAMUDRASabrina memang manager yang sangat handal, seperti sudah dia prediksi, dia bisa menutup deal dengan sangat mulus. Mereka berdua berjalan ke arah hotel selesai makan malam bersama klien bisnis merena. “Well done Sabrina” puji Samudra, “tidak hanya sukses dengan deal satu ini bahkan sudah ada lampu hijau untuk bisnis yang lain. I am impressed”“Saya tidak akan berusaha untuk modest. I know what I am doing” kata Sabrina jenaka tetapi penuh percaya diri. Samudra tersenyum ke arah Sabrina, dia terlihat agak sedikit menggigil, mungkin jacket yang dia kenakan tidak cukup untuk menangkas udara malam musim gugur yang mulai dingin. Samudra membuka coat panjang yang dia pakai, dan mengenakannya ke pundak Sabrina. “There…this should keep you warm”.Agak kaget dia memandang ke arah Samudra, jelas-jelas tidak mengharapkan sikap dari sang bos. “Thank&
SABRINADia melangkah agak canggung di samping Teddy, celotehan Teddy hanya dia tanggapi dengan “e hem” atau “ya”. Merasa sangat bersalah dengan Samudra, dia bisa melihat jelas tatapan tidak suka Samudra ketika melihat Teddy yang walaupun dia coba tutupi dengan senyum ramah. Dia juga takut Teddy akan tahu bahwa dia sudah berselingkuh darinya.Jadi begini rasanya. Ini adalah pengalaman pertama dia berselingkuh dan dia bersumpah dia tidak ingin berselingkuh lagi. Tapi Samudra?It was so good and so right ketika dia bersamanya. Nggak tahu kenapa. Ternyata dia juga memendam rasa ke Sabrina, bahkan dia bilang dia mencintainya.Sabrina seperti terbang ke langit ke tujuh, kalau benar ada langit ke tujuh. Intinya dia Bahagia, super duper Bahagia. Dan sekarang dia setengah mati takut ketahuan.Aaarrgghh kenapa jadi complicated begini.“Hon…sudah sampai. Kamu dari tadi melamun terus&
SABRINA“Mau mampir ke tempatku?” tanya Samudra ketika mereka sedang “dinner rahasia” di tempat yang tidak terlalu rahasia.“Ada apa di tempat kamu?”“Mmmm…aku….and my foot prints all over the place”“Tidak terlalu menarik” kata Sabrina jenaka sambil menyendok makanan terakhir dari piringnya.“So….sudah berapa banyak wanita yang masuk ke apartmen kamu” Sabrina bertanya ketika mereka sedang di dalam lift menuju apartment Samudra.“Hmmm….kamu benar-benar pengin tahu?”. Sabrina mengangguk. “Aku nggak pernah menghitung”“Wow….that many eh?”Samudra merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, “tapi tidak ada yang sespesial kamu?”.“Ya…ya….semua playboy bilang begitu”“Kamu menyesal…dengan…ak