Faisal, Dini dan Kirei tengah bekerja di cafe Haru, mereka masih harus menyelesaikan beberapa laporan yang harus diterjemahkan. Di meja yang sama, Kirei dan Dini duduk bersebelahan dan Faisal yang duduk di depan mereka. Sudah sekitar 4 jam mereka duduk di sana setelah kepergian atasan mereka.
Dini melakukan peregangan, otot-ototnya yang terasa kaku karena sudah lama sekali mereka duduk di sana. Faisal menyadari itu menyuruh Dini pulang duluan karena laporannya hampir selesai. Dini mengiyakan dan pergi duluan.
Kini hanya Kirei dan Faisal yang berada disana, Faisal bangkit dan pindah duduk menjadi di samping Kirei. Kirei yang tidak terlalu mengindahkannya masih fokus mengerjakan laporan.
Faisal menatap Kirei tanpa sadar dirinya menyunggingkan sebuah senyuman, Haru yang berada tidak jauh darisana menatap mereka tanpa berkedip.
“Oh? Kirei kamu disini?”
Jessica yang entah datang darimana tiba-tiba menyapa Kirei. Kirei terkejut melihat kedatangan Je
Siang hari begitu terik menyinari kota, Jessica hendak pergi makan siang di restoran tempat dia biasa makan, gadis itu duduk di salah satu bangku restoran. Dia mengehela napas panjang sembari melihat keluar jendela, tatapannya menerawang. Lalu iris matanya melihat orang-orang sekitar yang juga tengah makan siang di restoran itu, mereka tengah mengobrol tentang beratnya pekerjaan mereka. Jessica lagi-lagi hanya menghela napas panjang. Setelah lulus SMA, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, dan sepertinya dia sedikit menyesalinya sekarang. Mencari pekerjaan sulit sekali hanya menggunakan ijajah SMA. Tahu begini, dia kuliah di jurusan kedokteran saja seperti yang ayahnya sarankan, mungkin sekarang dia tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan. Jessica awalnya bekerja part time bersama Kirei. Walaupun tidak sebanyak pekerjaan Kirei, Jessica pernah bekerja part time di restoran cepat saji. Tetapi sekarang dia keluar dengan alasan bosan, setiap hari hanya
Faisal dan Kirei sudah sampai di villa tempat mereka menginap, mereka berdua bingung melihat jendela yang sudah berlubang dan seorang Bibi pengurus villa yang tengah membersihkan pecahan kaca yang berserakan di lantai.“Apa yang terjadi?” tanya Kirei pada Bibi yang tengah menyapukan pecahan kaca, bibi itu menghentikan aktivitasnya.“Ummm... Anu... Tadi ada yang ngelempar batu besar ke villa neng, kayanya sengaja gitu.” Ujar Bibi itu ragu-ragu.Kirei dan Faisal saling menoleh, mereka berdua sama-sama bingung, “Neng sama Abangnya ada di kamar, lagi nenangin diri,” ujar Bibi itu lagi. Kirei dan Faisal mengangguk dan segera ke kamar yang dimaksud.Kirei dan Faisal memasuki ruangan yaitu kamar Jessica dan Kirei, di sana Jessica sedang duduk dan memeluk pinggang Haru yang tengah berdiri, Kirei melihat ekspresi Haru yang terlihat seperti memikirkan sesuatu sambil menepuk-nepuk pundak Jessica menenangkan.“Kamu bai
Aku berlari di tengah keramaian orang-orang yang sedang berjalan. Pagi-pagi begini orang-orang sudah sibuk untuk memulai hari mereka dengan harapan di hati mereka hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Aku melihat jam di ponselku sambil terus berlari dan melihat bus yang pintunya sudah mulai menutup dan akan pergi. Aku harus menaiki bus itu sekarang jika tidak ingin terlambat. Jadi, aku menambah kecepatan berlariku. “Pak tunggu Pak!” Aku berteriak mencoba menghentikan bus itu. Aku berlari dengan kecepatan penuh mengejar bus yang seperkian detik yang lalu sudah meninggalkanku yang belum naik. Padahal, hari ini adalah hari penting bisa-bisanya semalam aku begadang dan makan mie instan dengan temanku hingga telat begini. Brug Bodoh, sudah telat begini aku menabrak seseorang. Aku terkejut melihat kardus-kardus yang berserakan dan segera mengambilnya. “Maaf Pak maaf.” Aku berjongkok mengambil kardus itu. Namun, mataku masih meli
Kirei sejak tadi sibuk menelepon ponselnya yang tadi pagi tertukar dengan seorang Bapak yang tidak sengaja dia tabrak. Tapi nihil, di seberang sana tidak ada yang menjawab ponselnya. Kirei mendesah frustasi. “Bukannya sudah ke kantor Polisi? Apa katanya?” Ujar Jessica, sahabatnya sekaligus teman serumah yang tengah menonton drama korea melalui laptopnya tidak tahan melihat sahabatnya itu terlihat gelisah seperti kucing tidak diberi makan 3 hari. “Sudah, aku kesana berharap ayah dari sahabatku tercinta yang seorang polisi membantuku. Tapi kamu tahu ayahmu bilang apa?” “Karena ponsel dia juga ada padamu jadi ini tidak bisa disebut pencurian, jadi tunggu saja sampai orang itu menjawab,” Ujar Kirei menirukan nada suara Pak Polisi yang sekaligus ayah dari teman di depannya ini. Keduanya tertawa. “Malang sekali nasibmu hari ini, bertemu dengan mantanmu yang ternyata atasanmu hingga ponsel tertukar. Bukankah itu ponsel baru?” Jessica menghampiri sahabatnya i
Hari ini adalah akhir pekan, Kirei tengah berolahraga di taman. Ini adalah caranya melepas penat dan mengembalikan energinya. Minggu ini sedikit melelahkan bagi Kirei terlebih karena setiap hari dia harus satu ruangan dengan Faisal, atasannya. Kirei sudah sekitar hampir 1 jam berlari mengelilingi taman dia mendudukan dirinya di salah satu bangku taman itu, dia menarik napasnya dan menghembuskannya. Udara segar pagi hari memenuhi indra penciumannya. Tiba-tiba seseorang dengan memakai baju olahraga berwarna ungu muda mendekatinya, Kirei tidak bisa melihat jelas orang itu karena orang itu memakai kacamata hitam dan masker hingga akhirnya dia membuka kacamata dan maskernya lalu duduk di samping Kirei. Dia adalah Renata rekan kerjanya. Kirei yang mengenalinya tersenyum “Ibu juga olahraga di sini?” sapanya ceria, wanita itu menatap Kirei terlihat wanita itu sama sekali tidak berkeringat. Apakah dia kemari untuk olahraga? pikir Kirei. “Jangan panggil Ibu kal
Sudah beberapa hari berlalu sejak hari dimana Kirei meluapkan emosinya pada Faisal. Walaupun Faisal tidak tahu dengan jelas apa salahnya, dia menuruti perintah Kirei untuk tidak membahas masa lalu. Beberapa hari Kirei bekerja bersama Faisal, Faisal tidak pernah membahas hari itu ataupun masa lalu mereka hanya membahas mengenai pekerjaan. Kirei sedikit bersyukur. Kirei melangkahkan kakinya menuju ranjang single size nyamannya, dia membaringkan tubuhnya melepas penat usai seharian bekerja. Kirei memejamkan matanya namun tiba-tiba pintu kamar terbuka membuat Kirei membuka matanya dan terkejut melihat sahabatnya Jessica masuk dengan penampilan yang tidak biasa. Jessica mengenakan mini dress hitam ketat yang panjangnya diatas lutut, Kirei menatapnya bingung. “Kamu darimana? Pulang-pulang make up menor begitu.” Tanya Kirei sembari memposisikan dirinya menjadi duduk. “Ayo kita ke bar!” serunya tiba-tiba, Kirei bingung sekaligus terkejut ternyata pertanyaannya salah
Jessica baru saja keluar dari toilet, dia berjalan keluar untuk kembali ke tempatnya bersama Kirei dan Renata. Dia melihat sekeliling mencari keberadaan sosok yang ingin dia temui lagi. Dia berpikir jika pria yang menyelamatkannya hari itu berharap bisa dia temui lagi di sini. Jessica terdiam melihat seseorang yang tidak jauh darinya, bukan karena menemukan sosok pria yang dia cari melainkan karena dia melihat sosok mantan pacarnya yang saling rangkul bersama seorang gadis dengan mesra, pria itu berjalan kearahnya. Jessica panik dia melihat kanan dan kiri untuk mencari tempat bersembunyi. Sebuah tangan tiba-tiba menarik lengannya, menyudutkannya ke tembok. Jessica mau protes karena badan pria yang menariknya itu terlalu dekat dengannya tapi dia terpaku saat mendongak melihat wajah pria itu. Pria yang dia cari-cari. Di depan wajah Jessica sekarang adalah dada bidang lelaki itu, jantungnya rasanya seperti sudah jatuh ke perut sekarang. Lelaki itu sedikit menund
Semua karyawan perusahaan Hanseung tengah makan siang bersama di kantin, termasuk Kirei. “Pak Faisal aneh banget, dia tidak pernah makan lagi sama kita. Kira-kira kenapa hari itu dia mau makan sama kita?” Seorang karyawan wanita tiba-tiba menggosipkan Faisal. Kirei diam saja mendengarnya, dia teringat kejadian di restoran. Dia memperingati Faisal untuk berpura-pura tidak mengenalnya dan hanya membahas pekerjaan. Faisal sangat menuruti perkataan Kirei. Kirei melihat sosok Faisal yang tengah berjalan keluar, dia jadi merasa bersalah. ... Faisal duduk di sebuah restoran, dia tengah makan siang sendirian. Memesan satu porsi nasi goreng dan memakannya dengan santai. Seorang gadis memasuki restoran itu dia hendak memesan makanan tetapi matanya melihat sosok Faisal, gadis itu terlihat terkejut. Dia berjalan mendekati Faisal.