Share

BAB 5 : Mansion

Wanda di usir dari ruangan, merasa situasinya yang canggung Gisel ingin segera pergi.

“Saya undur diri dulu nyonya pertama,” sahut Gisel

Wanda yang di bawa pengawal hanya pasrah, tatapannya sangat tajam menatap sosok Jihan yang sedang bersantai di kursi.

Bahkan di kehidupan keduanya dia masih harus tunduk kepada Jihan orang yang berperan besar dalam penangkapannya, karena Jihan Bara tahu akan perselingkuhannya.

“Aku akan membalasmu Jihan, bahkan aku akan membuat Bara menceraikanmu.” Batin Wanda marah.

Pengawal melepaskan Wanda saat di luar.

“Astaga Wanda apa kamu baik-baik saja?” tanya Gisel.

Wanda menahan amarahnya, dia berbalik dengan mengepalkan tangan.

Gisel menyentuh Wanda dengan ujung jarinya. “Wanda?”

Wanda tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya yang putih pada Gisel.

Gisel yang melihatnya merasa wanda sudah gila. “Aku bisa mengantarkanmu ke rumah sakit.”

“Ah, tidak usah.”

Gisel yang melihat Wanda tersenyum membuatnya takut.

“Apa yang sedang kamu rencanakan?”

Wanda terdiam, meski Gisel adalah istri ke dua yang berpenampilan berlebihan tapi Wanda tahu bahwa dengan Gisel menjadi istri Bara maka identitasnya tidak sesederhana kelihatannya.

“Kamu terlalu banyak berpikir.”

“…” Gisel.

Jav datang dengan melihat Wanda yang sudah basah sebagian.

“Maaf saya terlambat Nyonya.”

“Aku duluan Gisel.” Wanda berpamitan dengan Gisel dan pergi mengikuti Jav.

Dari kejauhan Mansion itu terlihat seperti taman surga, karena di kelilingi dengan sungai yang mengalir dengan ikan mas yang penuh warna, di sekeliling Mansion terdapat bunga bermacam macam bentuknya. Banyak anak dari pelayan yang sedang bermain dengan hewan seperti rusa, kambing, kuda dan kelinci.

Mobil itu berhenti dan melemparkan Wanda dari pintu mobil lalu pergi.

Gerbang terbuka seorang pelayan datang dan membantu Wanda berdiri sementara yang lain berusaha tidak ikut campur karena itu memang peraturan jika masih ingin bekerja di mansion ini.

“Astaga Nyonya kenapa?” Kinan kaget saat melihat baju Wanda basah.

“Ini semua karena Nyonya pertama marah.” Wanda langsung berjalan memasuki Mansion.

Kinan mengikuti di sampingnya. “Nyonya barang yang anda beli sudah sampai.”

Angin berhembus membuat Wanda agak kedinginan, Kinan langsung mengirim pesan pada pelayan lain untuk mengambilkan handuk dan air panas untuk mandi.

Cahaya matahari sore sangat indah bahkan capung terbang tidak penuh arah. Bunga-bunga mulai bermekaran Wanda merasa damai dia melupakan masalahnya sejenak.

Pelayan membuka pintu salah satu dari pelayan memberi handuk untuk di gunakan Wanda.  Mereka berjalan ke kamar mandi dengan Wanda yang berjalan di depan.

Kamar mandi itu terlihat sangat luas dengan warna putih di sana terdapat bak mandi untuk satu orang dengan sebuah berlian yang di pasang di atap berbentuk bulat yang di rangai menggunakan benang yang terlihat bersinar saat terkena cahaya.

Di sana sudah ada tiga pelayan yang bertugas untuk membantu Wanda mandi.

“Nyonya ingin memilih aroma apa hari ini?” ucap Kinan.

“Aroma Jeruk.”

Kinan mengangguk dan memerintahkan pelayan untuk menuangkan aroma jeruk ke dalam pemandian susu. Wanda melepas pakaiannya di bantu pelayan dan berendam.  Para pelayan membantu membersihkan tubuh Wanda bahkan mengolesinya lulur agar kulitnya semakin putih dan lembut.

Wanda bersandar dan menutup matanya karena wajahnya sedang di pijat oleh pelayan.

“Nyonya mau memakai pakaian apa?” tanya Kinan.

“Tentu saja baju tidur yang berwarna putih.”

 Kinan langsung mengetiknya ke dalam ponsel menyampaikannya pada pelayan yang bertugas mengurus pakaian.

“Berati untuk malam ini Nyonya tidak akan kemana-mana?”

“Iya.”

 “Untuk makan malam ini Nyonya mau makan apa?”

“Aku mau makan steak daging pangangg, dan segelas anggur.”

Kinan mengirim pesan pada koki.

“Aku baru ingat siapkan anggur dan kripik karena aku akan menonton film horor malam ini di jam tuju.”

“Baik Nyonya ada lagi?”

“Aku baru ingat carikan aku penganti Jav dia melalaikan tugasnya.”

Pelayan menutup mata Wanda dengan tomat.

“Kriteria apa yang nyonya butuh kan?”

“Aku ingin pengawal yang tidak mengabaikan tugasnya, dia bisa di andalkan, dan tidak berpenampilan mencolok. Tidak terlalu tampan juga tidak masalah.”

“Aku akan mencarikannya nyonya.”

“Kamu juga bisa bertanya pada pelayan lain untuk memberikan rekomendasi siapa tau mereka kenal dengan pria sesuai dengan persyaratanku.”

“Baik Nyonya.”

Wanda mengakhiri sesi mandinya dia langsung memakai pakaiannya di bantu oleh para pelayan.

“Bawa semua barangku ke sini.”

Kinan mengangguk dan pergi, Wanda langsung merebahkan tubuhnya di kasur king z setnya.

Tidak berlangsung lama Kinan kembali dengan pelayan laki-laki yang menarik sebuah troli berisi seekor hewan.

“Kalian bisa pergi, bawa juga semua barang itu  kecuali hewan ini. Terserah  kalian menaruh barang itu di mana.”

“Tapi Nyonya itu berbahaya.”

Wanda berpikir. “Kalau gitu bawakan daging mentah untuk kucing kita.”

Kinan mengangguk dan mereka pergi.

Wanda mendekatinya melihat hewan itu sangat ketakutan.

“Sebentar lagi kamu akan bertemu dengan pemilikmu yang sebenarnya.” Ucap Wanda langsung pergi merebahkan tubuhnya ke kasur dan dia tertidur.

Malam sudah menunjukkan angka sembilan, Wanda membuka matanya saat merasakan perutnya lapar.

Dia melihat hewan yang dia beli tidur dengan meringkuk seperti bayi, di sampingnya ada sebuah nampan yang berisi sebuah minuman, tampaknya Kinan sudah menjalankan tugasnya.

Kinan melihat Wanda yang turun dari tangga tanpa menggunakan alas kaki, dia melepas sepatunya dan berlutut di depan Wanda.

“Nyonya pakailah, kaki Nyonya pasti kedinginan.”

“Terima kasih, tapi tidak usah aku suka lantai dingin.”  Wanda menepuk pundak Kinan lalu pergi.

“Mau saya siapkan makanan baru nyonya.”

“Tidak usah, bawakan aku kue, kripik, dan wiski aku mau menonton televisi.”

“Baik Nyonya,” ucapnya.

“Tunggu,” ucap Wanda.

Kinan langsung berbalik.

“Cari orang untuk mengawasi keadaan ke dua anakku saat tinggal di asrama sekolah.”

“Baik Nyonya.”

Kinan langsung mengirim pesan pada pelayan yang bertugas mengatur makanan.

Dia mendampingi Wanda, membuka pintunya bahkan sampai menyalakan televisi yang lebih di pantas di katakan seperti bioskop mini.

Seorang pelayan baru datang, Wanda memberi isyarat untuk mengatur kursinya agar dia bisa duduk dengan kaki lurus ke depan.

“Nyonya mau menonton film apa?” tanya Kinan.

“Aku mau menonton filim horor.”

Kinan mengangguk lalu menyalakan televisinya. Di samping itu salah satu pelayan datang dan membawa makanan yang di pesan Wanda.

“Kalian pergilah, aku mau sendiri.”

“Baik Nyonya.” ucap mereka lalu pergi.

Para pelayan pergi, lampu yang terlihat terang dimatikan diikuti dengan layar Televisi yang menyala.

Adegan pertama memperlihatkan seorang wanita yang di bully oleh teman-temanya lalu di kubur di hutan, beberapa tahun kemudian hutan itu berubah menjadi sebuah sekolahan. Setiap wanita yang datang ke kamar mandi dia pasti akan di ganggu oleh hantu penunggu.

Wanda memakan kripik sampil menonton film di depannya.

“Jadi ini yang di namakan kehidupan orang kaya,” ucap Wanda.

Seorang pria duduk di sampingnya bahkan Wanda sama sekali tidak menyadarinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status