"Nah, mending kamu ikut grup qasidah nyanyi-nyanyi beginian deh daripada nonton bokep." Grace menjentikkan jarinya, merasa bidang tersebut sangat pas untuk Yvan geluti.
Dengan suara Yvan yang serak, sumbang, seret, fals dan cempreng itu akan menciptakan harmoni luar biasa yang bisa menyebabkan gendang telinga pecah, telinga bernanah dan tuli permanen. Cocok sekali buat orang-orang yang sudah lelah mendengar omongan buruk orang lain, sebab Yvan akan membuat mereka tidak bisa mendengar apa-apa lagi. Wow, bakat yang menakjubkan."Oke, kalau gitu! Aku bakal cari agensi yang siap mendebutkanku sebagai member qasidah. Aku rela kok jadi trainee bertahun-tahun biar nanti pas aku udah jadi idol qasidah, aku bisa nyanyiin kamu tiap hari." Yvan tampak sumringah."Lelaki kardus-lelaki karpet- lelaki kencrot- lelak-"Grace buru-buru menyumpal mulut Yvan dengan pinggiran pizza."Hehehe, kalau mau jadi trainee harus makan yang banyak," bohong Grace, ia hanya sayang gendang"Tapi kepala aku udah panas banget rasanya, kayak mau meledak," bantah Grace seraya mendekatkan kepalanya ke hidung Yvan, "coba deh cium. Baunya udah kayak bau sangit knalpot racing kan?""Masak sih?" tanya Yvan selagi mengendus-ngendus kepala Grace."Perasaan bau stroberi, deh.""Wah, hidung kamu kayaknya tidak beres. Jangan-jangan Covid?!""Anjing kamu!"***"Ada yang mau bantu Mama masak buat makan malam?" Ryvanoh terlihat mengintip dari balik dinding, menginterupsi Yvan dan Grace yang sedang asik menggosipkan guru pengawas ujian mereka tadi pagi."Mama mau masak apa?" tanya Yvan memberi atensi."Mmm ... Mama di kulkas ada banyak sayur, hari ini cuacanya juga agak dingin. Bagaimana kalau sayur sop? Kalian mau?" tawar Martha, sementara Yvan dan Grace yang mendengar itu langsung mengangguk penuh semangat, kemudian mereka bertiga secara bersama-sama pergi menuju dapur."Yvan, kamu mending diam saja deh. Duduk di situ sambil bantu doa." Gr
Namun, saat masih setengah jalan, Yvan tiba-tiba merasa matanya gatal, dan dengan bodohnya ia malahmengucek-ngucek matanya tanpa sadar."Ce, mataku kok kayak pedes-pedes gitu, ya?" tanya Yvan sambil mengedipkan matanya beberapa kali."Kok bisa?" Grace yang terlihat sedang memotong tomat langsung mengalihkan perhatian."Ini ... tadi mata aku gatel, terus aku kucek, tapi kok malah pedes begin-""GUOOBLOKKK!!!" maki Grace dongkol.Gadis itu lantas bergegas mengambil air dingin dari dalam kulkas, lalu menarik Yvan menuju wastafel."Cuci matanya pakai air dingin," cetus Grace sembari menyodorkan botol berisi air es tersebut.Karena panik dan matanya terasa semakin pedas, Yvan pun buru-buru mengguyur matanya dengan air dingin tersebut."Dingin, anjing!""Namanya juga baru keluar dari kulkas," tegas Grace, lalu menahan tangan Yvan yang hendak menyeka air di matanya, "kamu belum cuci tangan, nanti pedes lagi matanya."Lalu Grace pun
"Jangan ghibahi Kak Yvan, nanti pant*tnya kedutan," imbuh laki-laki itu setelah berhasil mengontrol emosi. Ryvanoh dan Grace saling menyirobokkan pandangan, sama-sama bingung dengan tingkah Yvan barusan.Biasanya Yvan yang paling bersemangat kalau diajak ghibah waktu makan, tapi kenapa tiba-tiba bilang pamali? Apakah itu termasuk bentuk dari kecemburuan?***"Kau langsung istirahat saja, Marvel," titah Carro begitu mereka memasuki kamar hotel."Aku ingin bersih-bersih dulu. Mandi. Tubuhku bau steril, aku jadi agak pusing," ujar Marvel berniat untuk melepas kancing kemejanya, namun Carro segera mencegah dengan berkata, "mandinya besok pagi saja, ini sudah sangat malam. Cukup ganti piyama yang nyaman.""Memangnya kau tidak risih dengan baunya?" tanya Marvel yang langsung direspon Carro dengan gelengan kepala."Aku sudah biasa." Carro menimpali."Sekarang lebih baik kau tidur. Pulihkan tenagamu, selama dua hari ke depan kau akan mengulangi hal yang sa
"Hai, Paman Carro!" sapa Grace begitu memasuki mobil, pria itu duduk di jok depan, sementara ia di belakang bersama Marvel."Wah, suaminya pulang kelihatannya langsung semangat," celetuk Carro sembari menoleh ke belakang, teringat bagaimana ekspresi lucu Grace yang tak rela melepaskan Marvel di bandara tempo hari, seakan tak mau jauh-jauh."Sudah, Pak. Silahkan jalan," titah Marvel setelah menutup pintu mobil."Baik, Tuan," sahut Pak Sopir diiringi anggukan kepala, lalu mengambil rute perjalanan menuju apartemen Carro untuk mengantarnya pulang terlebih dahulu. Marvel lalu menimbrung."Kalian lagi bahas apa?""Kepo!" Grace meledek, ia lantas menepuk-nepuk pundak Carro agar kembali menoleh ke arahnya."Paman, cewek Singapura apa cantik-cantik? Apa seksi-seksi? Apa semok-semok?""Kenapa tiba-tiba tanya begitu?" Carro heran.Alih-alih menanyakan bagaimana kabarnya, Grace justru nampak seperti sedang melakukan sesi interogasi sarat kecurigaan. Gr
Alih-alih segera menjawab rasa penasaran Grace, Marvel beralih menutup pintu kamar mandi, kemudian menguncinya, memastikan tidak ada siapa-siapa yang bisa masuk ke dalam sana selain mereka."Teman kantorku," jawab Marvel sambil tersenyum, tak terlihat sesuatu yang mencurigakan dari gerak-geriknya. Grace pun mengangguk paham, lalu perlahan mulai menghampiri Marvel yang masih stagnan di depan pintu. Tanpa bicara apa pun, ia kemudian memeluk tubuh Marvel, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria tersebut sambil berkata, "kangen kamu banyak-banyak.""Benarkah?" tanya Marvel memastikan, hatinya tiba-tiba menghangat."lya, beneran," sahut Grace, semakin mengeratkan pelukannya."Memang sebanyak apa kangennya?" Marvel membalas pelukan Grace, tangan kanannya mengusap lembut pucuk kepala gadisnya itu."Sebanyak satu dibagi nol," jawab Grace.Marvel mengerutkan dahinya."Berapa itu?""Tak terhingga," sahut Grace sembari meringis kagok."Siapa yang ngajar
"Aku suka semua yang kamu masak," jawab Marvel tanpa sedikitpun keraguan."Satu saja, yang paling Marvel suka, yang kalau makan itu bisa langsung ingat aku," desak Grace agar Marvel memberi jawaban yang lebih spesifik.Pria itu tampak menatap langit-langit kamar, sedang berpikir keras. Jujur saja, semua makanan yang Grace masak itu enak dan selalu meningkatkan nafsu makannya. Jadi, ini merupakan pilihan yang sulit."Yang mana?" tanya Grace lagi."Bubur yang kamu bikin waktu aku sakit," sahutnya setelah menimang-nimang pilihan."Rasanya enak sekali, mualku jadi reda setelah makan itu.""Oh, oke!" Grace akhirnya bisa bernapas lega, ia benar-benar bisa memulai aksinya besok pagi."Kenapa tiba-tiba tanya makanan favorit aku?" Kini, Marvel ganti bertanya."Tidak apa-apa sih, cuma kepo doang," balas Grace sambil meringis.Drrttt! Drttt!"Sebentar, Sayang." Marvel beranjak duduk dari pangkuan Grace setelah merasakan ponsel yang ada di sak
"Kamu lagi banyak pikiran ya?""Tidak kok. Aku orangnya woles," jawab Grace."Kalau begitu, gimana kalau kamu ke rumahku? Mama hari ini pulang ngantor agak Awal, nanti aku minta Mama bikinin jamu biar nyeri haidnya bisa cepat sembuh kayak yang dulu-dulu."Yvan memberi penawaran, tapi Grace langsung meresponnya dengan gelengan kepala."Tidak usah, Van," tolak Grace halus."Habis ujian aku mau langsung pulang, mau nyiapin makan siang Marvel."Yvan tiba-tiba mendengus kesal."Nyesel aku kalau kayak gini ceritanya.""Nyesel kenapa?" Grace tidak paham."Dari tadi aku ngawatirin kamu, mikirin kamu ... tapi kamunya malah mikirin orang lain. Anjing lah!"***"Apa siang ini Tuan sibuk?" tanya Rebelza begitu mereka keluar dari ruang meeting. Marvel yang berjalan di sampingnya kontan menggeleng."Tidak."Rebleza lantas melirik jam tangannya."Sebentar lagi jam istirahat. Tuan mau makan siang dengan saya?""Tiba-tiba sek
"Yang kedua ini namanya Largo Gasang, usia 50 tahun, direktur JJ Fashion.""Dan yang terakhir ini." Lester menggantungkan kalimatnya.Marvel menyesap rokoknya."Ada apa dengan yang terakhir?""Tuan mengenal dekat orang ini," ungkap Lester, kemudian memutar beberapa potongan CCTV dari berbagai angle yang digabung menjadi satu video utuh."Tidak ada interaksi secara langsung, namun Kian Draizuke memang sering kedapatan mengamati Nyonya Grace dari jauh.""Apakah saya perlu menjelaskan profilnya?" tanya Lester begitu melihat Marvel menjatuhkan puntung rokoknya, kemudian mematikan bara apinya dengan menginjaknya.Raut wajah Marvel juga langsung berubah. Reaksinya berbeda ketika Lester menyebutkan dua orang lainnya. Kali ini, Marvel tampak begitu terkejut. Setengah tidak percaya."Dan menurut saya, dari ketiga orang tersebut, Kian Draizuke yangpaling sus.""Menurut saya?" Marvel mengulangi pernyataan Lester dengan seringaian yang menginti