*Flash back on*
Waktu berlalu dengan cepat, setelah beberapa bulan pertengkaran diantara Angel dan Bagas. Pada akhirnya kasih sayang yang kuat di antara ke duanya, mampu menemukan titik penyelesaian yang baik.Angel memutuskan untuk memaafkan kesalahan sang suami, meski perkataan itu belum sepenuhnya mampu ia jalankan dengan benar.Setidaknya, ia akan mencoba untuk bersabar, serta berupaya sebaik mungkin, memberi harapan untuk cinta mereka dahulu, dengan cara memperbaiki keretakan rumah tangga mereka.Sudah hampir dua bulan ini, mereka berusaha sebaik mungkin untuk menjadi sosok lebih sabar dan memahami pasangan.Tak ada lagi perkataan saling tuding, serta tindakan melempar tanggung jawab untuk masalah beberapa waktu lalu.Bagas membuktikan dirinya dengan memblokir no telepon WIL-nya, dan juga benar-benar menyesali apa yang telah ia perbuat.Sesungguhnya, wanita yang tak lain adalah Vanesa tersebut, tak dapat di katakan sebagai WIL milik Bagas.Sebab pria tersebut memang tidak pernah memiliki perasaan kasih sayang, untuk sosok Vanesa.Akan tetapi, karena kejadian di antara keduanya yang telah melewati batas norma, dan Angel menggaris bawahi wanita itu sebagai kekasih yang lain di hati Bagas, pria tersebut pasrah menerima tudingan tersebut.Bagas memang tak dapat berkilah, meski ia menyerukan kata hati tidak mencintai wanita tersebut, nyatanya keduanya memang pernah menghabiskan malam bersama.Dan sebagai sosok yang terluka, jelas bukan hal mudah bagi Angel untuk lupa akan kejadian tersebut.Dirinya bukan malaikat yang suci, sebagaimana makna nama yang ia sandang.Ia adalah seorang istri yang mencintai sang suami, seperti wanita pada umumnya.Angel juga tak menginginkan untuk berbagi suami dengan wanita lain.Dalam bulan-bulan terakhir Angel menjadi sosok rapuh dan melo.Bahkan ia akan menangis sedih, ketika melihat sepintas kisah sinetron lokal yang tayang di layar kaca, tentang sebuah pengkhianatan.Menyadari perubahan emosi dan kepekaan hati, sang istri yang demikian, Bagas hanya bisa bersabar menemani, dan sebaik mungkin mengalah.Entah Angel, tengah menghayati makna dari kisah di dalam tayangan sinetron, atau mengingat luka yang ia berikan. Bagas akan kembali mengingat kesalahannya.Pria tersebut bahkan, bersedia membantu mencuci piring setelah makan bersama, membantu mencuci baju mereka, merapikan tempat tidur dan banyak hal lainnya lagi, yang belum pernah ia lakukan.Yang jelas, Bagas berusaha mengambil hati Angel dan memanjakan wanita itu.Bagas berharap, dengan tindakan itu sang istri akan sedikit terhibur, dan sedikit memaafkan dirinya.Namun, apa yang tidak ia mengerti adalah, bahwa perubahannya tersebut adalah sebuah kejanggalan yang menjadi pengingat untuk Angel, tentang kesalahan yang telah ia lakukan.Ketika Bagas membantunya mencuci piring ataupun mencuci baju, wanita itu terdiam mematung menatap punggung sang suami.Dalam benak ia berpikir, bahwa tak akan hal itu terjadi jika suaminya tersebut tidak melakukan kesalahan terhadap dirinya, serta diliputi rasa bersalah.Dan dengan demikian ia akan kembali mengingat tayangan slide, yang tergambar jelas tentang perbuatan Bagas.Angel hanya ingin di berikan waktu dan ruang untuk menenangkan diri, dan ia berharap sang suami berlaku seperti biasanya.Karena semakin ia berupaya untuk menjadi baik serta menyenangkan wanita itu, semakin Angel mengingat alasan di balik kebaikan tersebut.Dan secara tak langsung, Bagas akan menjadi titik fokus alasannya mengingat kejadian buruk pengkhianatan dirinya.Meski demikian, dengan perasaan yang masih menyayangi pria tersebut, Angel menerima perubahan Bagas dengan baik.Ia menekan kuat gambaran pengkhianatan sang suami, yang selalu melintas di benak, dengan senyuman kecil yang di paksakan.Dalam hati ia selalu mengulang kalimat, bahwa ia mampu melalui ini. dan cinta mereka lebih besar dari apapun.Seperti apa yang di katakan oleh Ranti sahabatnya, ketika ia menangis di hari itu.Bahwa jika hati masih saling mencintai, maka seburuk apapun badai yang datang, pasti masih ada jalan bertahan untuk menyongsong hari baru.Dan seburuk apapun pertengkaran serta kesalahan, dengan mudah menemukan alasan memaafkan.Namun jika tak lagi mampu maka lepaskan, jangan menyakiti diri sendiri dengan bertahan, dan menjaganya paksa untuk sebuah kebersamaan, dengan rasa kecurigaan bayangan buruk.Karena itu akan menghancurkan orang yang kita cintai dan diri sendiri.Karena, sebesar apapun kasih sayang yang dimiliki, jika tanpa kepercayaan dan saling menyakiti itu bukan cinta. Melainkan keegoisan harga diri, atas pengukuhan diri orang lain untuk mewujudkan impian semu.Setelah merenung, dan berpikir tenang di waktu liburannya beberapa hari sejak kejadian itu.Angel kembali ke rumah mereka, dengan harapan untuk memperbaiki kembali hubungan dirinya dan Bagas.Dan dengan sambutan pria itu di depan rumah, kekecewaan serta kesedihan yang memenuhi hati wanita tersebut sedikit berkurang.Dalam pikirannya yang tenang, Angel berusaha menghibur diri sendiri dan berpikir secara rasional.Ia menekankan bahwa Bagas bukanlah seorang pria suci. Dan melakukan kesalahan adalah kodrat dari diri mereka sebagai manusia biasa.Meski dalam hati berontak dengan kenyataan, Angel masih mampu memikirkan penjabaran tentang makna di balik kodrat manusia, yang tak pernah luput dari kesalahan dan dosa, meskipun kenyataannya, hal itu masih membuatnya bersedih dan hancur.Dalam langkahnya yang beberapa tapak untuk sampai di depan pintu utama rumah, Angel melihat senyum hangat sang suami untuk dirinya.Sebuah senyum lembut yang tulus dan hangat, ciri khas suaminya. Dan dengan senyum itu juga, dulu hatinya takluk kepada Bagas.Sungguh ironis, saat ia melihat senyum itu lagi hari ini, dalam hati dan pikiran Angel kembali di guncang, dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyakitkan."Apakah kau juga tersenyum seperti ini kepadanya Mas?.""Apakah kau juga melakukan hubungan ranjang dengan semangat dan bahagia bersamanya, seperti yang kita lakukan?""Apakah dalam hati dan pikiranmu masih mengingat malam kebersamaan kalian?."Dan dalam sepersekian detik saja, banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang bergentayangan di otak kecilnya.Hati Angel yang mulai tenang, kembali goyah.Pikiran yang di penuhi dengan kenangan, serta pertanyaan tentang Bagas suaminya dan Vanesa, menghantui Angel hingga ke tulang sumsum.Langkah kaki yang ringan, dalam sekejap seolah di tindih gundukan gunung besar."Bisakah kami kembali seperti semula?, bisakah aku memaafkannya?." Ucap Angel dalam diam, sembari lekat menatap sosok di depannya."Kau kembali?, ayo kita masuk. Ibu dan ayah sudah pulang." Sapa Bagas lembut, dengan senyum hangat seperti biasanya.Mendengar nama ibu dan ayah di mulut Bagas, langkah kaki Angel menjadi ringan.Dengan sedikit anggukan kepala ia menjawab ajakan Bagas, untuk masuk ke rumah."Krieet.."Suara pintu di dorong dari luar.Dan benar saja, di dalam ruang utama keluarga yang bersebrangan dengan ruang tamu di rumah itu, seorang pria 50 tahunan, duduk berdampingan dengan seorang wanita paruh baya.Ketika mendengar suara pintu di buka, kedua orang tersebut yang tengah menonton acara televisi, menoleh kearah Angel.Dan dengan tatapan lembut, mata mereka menatap lekat pada sosok dirinya."Ayah...Ibu, kapan datang?." Sapa Angel sembari menyeruak kedalam pelukan sang ibu mertua, yang telah berdiri dari duduk, dan merentangkan kedua tangan untuk menyambut tubuhnya dengan pelukan.Ia mereka adalah kedua orang tua Bagas, yang sengaja pulang lebih cepat dari kampung halaman, untuk acara keluarga, setelah Bagas mengakui kesalahannya beberapa hari yang lalu, melalui telepon.Melihat sang menantu yang tampak tertekan, Hanum ibu Bagas memeluk Angel dengan erat. Ia juga tidak menjawab pertanyaan sang menantu barusan.Bukan hanya itu saja, menyaksikan kedua wanita itu berpelukan Hartono ayah Bagas, juga ikut membaur memeluk keduanya."Kau sudah pulang...Bagus..Pulang saja, jangan pikirkan apapun." Ucap Hartono lembut, sembari mengusap kepala sang menantu."Ayah...Ibu, kapan datang?." Sapa Angel sembari menyeruak kedalam pelukan sang ibu mertua.Wanita paruh baya itu, telah berdiri dari duduk, dan merentangkan kedua tangan untuk menyambut tubuhnya dengan pelukan.Ia mereka adalah kedua orang tua Bagas, yang sengaja datang dari kampung halaman, setelah pria tersebut, mengakui kesalahannya beberapa hari yang lalu.Melihat sang menantu yang tampak tertekan, Hanum ibu Bagas memeluk Angel dengan erat, tanpa menjawab pertanyaan sang menantu barusan.Bukan hanya itu saja, menyaksikan kedua wanita di sana berpelukan Hartono ayah Bagas, juga ikut membaur memeluk keduanya."Kau sudah pulang...Bagus..Pulang saja, jangan pikirkan apapun." Ucap Hartono lembut, sembari mengusap kepala sang menantu.Entah mengapa begitu tubuhnya yang lelah, menerima kehangatan pelukan dari Hanumi, air mata yang ia tahan kembali meleleh.Bulir bening tersebut, seolah ingin berteriak kepda kedua orang tua di sana, dan mengadukan keburukan Bagas putra mereka.Sebagai seor
Ada sedikit kebimbangan dalam benak Bagas saat ini. Namun, perkataan sang ayah memang benar adanya.Bagaimana mungkin, ada orang lain yang berada di ruangan itu, yang bahkan leluasa mengambil gambar kejadian di malam tersebut.Bagas kembali mengingat rekaman gambar Vidio, di telepon genggam Angel. Ia memikirkan dari sudut mana pose Vidio dirinya dan Vanesa di ambil.Dan dalam sekejap saja wajah Bagas menghitam, dadanya bergemuruh hebat."Sial...sial...ternyata ini benar ulahnya. Sial...sial.."Rahang Bagas mengeras, telapak tangan itu rapat mengepal menahan kemarahan yang besar atas kebenaran yang baru ia sadari.Dengan cepat, ia meraih ponselnya di dalam saku celana, menempelkan sidik jari jempol kanan miliknya pada layar ponsel.Ia membuka deretan kontak disana, setelah menemukan apa yang di cari, jarinya bergerak membuka kembali pemblokiran pada sebuah nama kontak yang tertera di layar."Tut...Tut...Tut..." Nada ponsel menyambungkan ke suatu alamat IP seseorang. "Ceklek...Hallo..
Meskipun harus memandikan sang putra dengan air comberan, ia tidak peduli.Hanum berpikir itu sah-sah saja, karena Bagas putranya memang telah menyelam dan berenang di dalam comberan tersebut.Sementara itu, mendengar setiap detil pembicaraan ibu dan istrinya dari luar. Wajah Bagas menghitam dengan kemarahan.Dan tentu saja, itu tidak di tujukan untuk kedua orang di balik pintu, melainkan untuk sosok di luar sana.Tangan besarnya yang kokoh mengepal kuat, Bagas mengingat air mata serta kekecewaan di mata Angel beberapa waktu lalu, ketika menerima Vidio dari sosok tak di kenal.Bagas mengakui segalanya adalah kesalahan bodohnya, yang berpikir bahwa ia akan dapat mencuci segalanya, dengan pengakuan dan permintaan maaf.Ia naif sesaat, bahwa semua akan mudah bagi mereka jika mengaku dan memohon pengampunan. Namun, yang tidak ia sadari, bahwa luka itu akan selalu bersama sang istri di sepanjang hidup ini.Bagas mengacak rambut cepak rapi miliknya kasar. Pria tersebut frustasi atas kesediha
Meninggalkan kedua pria disana, dengan percakapan serius tentang usaha menyelamatkan biduk rumah tangga Bagas, dan beralih di suatu sisi tempat lain.Di sebuah rumah mewah, berlantai dua dengan gaya klasik, kokoh serta halaman yang luas, seorang wanita cantik dengan penuh kebahagiaan meraih kunci mobil di atas meja."Akhirnya kau bersedia menemui ku, lihat apa kali ini kau akan bisa menghindar?." Ucap Vanessa, sembari mengusap lembut perutnya yang rata.Vanessa Aditama Prawirya, seorang wanita modis, dengan materi kelengkapan yang berjut-jut melekat di tubuhnya, setiap kali ia berdandan.Baju, tas, sepatu, bahkan mungkin juga dalaman, semuanya adalah barang-barang ekslusif terbaik di brand-nya.Sosoknya yang tegas, cantik, ramping semakin membuatnya bersinar dengan balutan barang-barang kece bade, yang akan menggetarkan jiwa-jiwa cemburu kaum hawa di sekitarnya.Maklum, terlahir dengan sendok emas di tangan memang membuatnya semakin percaya diri.Ingin ini gesek, ingin itu gesek, tak a
Di rumah makan Palma.Vanesa yang datang lebih cepat 10 menit, tampak tengah menikmati minuman dingin yang ia pesan.Maklum dengan rasa gerogi yang ia miliki, tenggorokannya seolah jauh lebih cepat kering.Bahkan belum sepuluh menit ia duduk di sana untuk menunggu kedatangan Bagas, minuman dingin yang ia pesan telah tinggal sepertiganya saja."Kau sudah datang." Sapa nya lembut, ketika melihat sosok Bagas mendekat."Mengapa tidak memesan ruangan pribadi?." Tanya balik Bagas dengan datar, sebagai tambahan, rasa kurang puasnya untuk wanita itu.Sebenarnya tadi ketika baru datang, Vanesa hendak memesan ruangan pribadi untuk mereka.Akan tetapi, entah mengapa ia urungkan itu.Vanesa tidak tersinggung dengan perkataan Bagas barusan, ia hanya tersenyum kecil dan menjawab."Baik...kita pindah."Setelah memanggil pelayan rumah makan, dan memintanya mengatur ruangan khusus di sana, keduanya dengan dipandu pelayan tadi, menuju ruangan khusus rumah makan tersebut."Ingin memesan apa?, apa aku yang
"Mengapa kau lakukan itu?, apa tujuanmu?."Suara Bagas terdengar dalam, serta penuh penekanan.Vanesa terkejut sejenak, namun dengan cepat berusaha menghilangkan perasaan takut yang mulai hadir di hati, dan kembali berkata. "Apa lagi?, aku cemburu melihatmu begitu perhatian kepadanya."Vanesa mengakui itu tanpa menutupi sama sekali."Aku pikir semua akan baik-baik saja, selama kau memberiku sedikit perhatian, tapi Aku ingin lebih, aku menginginkan yang sama seperti dirinya."Mendengar perkataan itu, Bagas melebarkan mata tak percaya, ada kemarahan semakin membesar dalam hatinya.Kemarahan untuk sosok di depannya, dan kemarahan untuk diri sendiri. Ia menyesal telah bermain api dan telah tergoda, untuk datang ke sangkar madu Vanesa."Bukankah di awal kau tidak menyebutkannya, mengapa sekarang jadi seperti ini?." Bagas."Iya..Aku tahu semua memang salahku. Tapi kenyataannya, aku semakin menginginkanmu." Vanesa.Wajah itu berusaha dengan kuat menjadi tetap tenang, sehingga yang tersampaika
"Mari kita akhiri semuanya sampai di sini, aku tak bisa melihatnya menangis lagi." Lanjut Bagas, sembari hendak berdiri dan beranjak pergi dari sana.Semakin lama ia di sana, semakin mungkin untuk lebih membenci wanita itu.Vanesa yang melihat gelagat Bagas, segera meraih tangan itu dan kembali berkata. " Lalu...lalu bagaimana dengan aku?, aku juga bersedih dan menangis, apa itu tidak berarti untukmu?."Tangan Vanesa memegang kuat pergelangan tangan Bagas, ia tak ingin pria itu beranjak pergi."Jangan membuat segalanya semakin sulit, sejak awal semuanya salah, kita berdua yang salah, dan..." Suara Bagas terjeda sejenak, seolah ia tengah membawa beban berat yang sulit ia tanggung."Dia belum memaafkan ku." Tambahnya lirih.Mendengar perkataan tersebut, Vanesa merasa lucu dalam sekejap. Di sini dirinya seperti pengemis memintanya untuk tinggal, sementara Bagas bersikukuh untuk segera pulang, dan mengemis pengampunan dari istrinya.Apakah ia yang seorang Vanesa Prawirya kalah dengan sosok
*Kembali ke cerita*Di dalam salah satu kamar rawat inap rumah sakit, Angel tergolek lemas di atas ranjang.Matanya yang tampak sayu, seolah enggan menatap apapun yang berada di sekelilingnya, terutama untuk sosok yang kini duduk dengan wajah memancarkan kecemasan untuk dirinya.Bagas sampai disana, setelah pihak rumah sakit atau lebih tepatnya Handoko mengatasnamakan dirinya sebagai pihak rumah sakit, dan memberi kabar tentang hal yang menimpa wanita tersebut.Handoko mendapat nomor Bagas, dari ponsel Angel, yang mensepesialkan kontak miliknya dengan id kontak "Husband" di sana.Namun, keistimewaan nama itu tidak lagi dapat menjamin, kehangatan di antara mereka ke depan.Pasalnya, meski wanita itu telah siuman ia masih bungkam untuk suaminya tersebut."Cekleek." Pintu ruangan di buka dari arah luar.Hanum dan Hartono segera menyeruak masuk, dan mendekat kearah ranjang.Hanum sudah tak tahan dengan air mata yang mulai merembes, terlebih melihat keadaan dan ekspresi sang menantu, yang s