Rumor mengenai keberadaan Sara membuat para pembeli banyak yang berdatangan, dan menarik simpati banyak orang, sudah sampai di telinga Zea. Raut wajahnya pun menggambarkan kecemasan tanpa sebab, sesekali berusaha menarik napas, lalu membuangnya. Bersikap biasa-biasa saja menjadi jalan ninja agar tidak terlihat cemas.
‘’Bagaimana mungkin hanya karena seorang pelayan … apa dia mempunyai ilmu marketing yang jauh di atasku?’’ Tanya Zea pada dirinya sendiri, setengah tidak percaya dengan kenyataan yang ada di depannya. Keberhasilan Sara dalam menarik minat pembeli, menciptakan teka-teki khusus untuk Zea.
‘’ Apa cuma karena dia cantik? ’’ Lagi-lagi ia bertanya pada diri sendiri. Tidak dapat dipungkiri, bahwa diam-diam dirinya juga mengakui kecantikan Sara. Bahkan sesekali ia membandingkan dirinya sendiri dengan Sara. Namun tetap saja, ia tidak
HALLO Semua!!! Saya adalah penulis baru di sini, mohon kritik dan sarannya ya kak :) Biar penulis bisa lebih banyak belajar, pedes juga gapapa kok, asal membangun. Terimakasih :)
‘’Mas, are you okay? Hallo!!’’ ‘’Oh ya, ini mbak uangnya!’’ Dengan segera Anda menyulurkan uang berwarna biru tua, yang ia ambil dari dalam dompetnya.Kali ini, matanya masih tidak bisa terpental dari wajah Sara. Meskipun Andra melamun, ia tetap sadar dan mendengar dengan jelas nominal yang Sara ucapkan tadi. ‘’Terimakasih,’’ ucap Sara pada Andra dengan sedikit mengukir senyum di bibirnya.Mempunyai alis tebal berwarna hitam pekat, justru semakin menghiasi wajah Sara. Bagi Andra, setiap kali Sara tersenyum, setiap itu juga ia merasa jatuh hati berulang kali. Sebuah bibir yang memiliki warna merah merekah, membuat senyuman itu terlihat seperti bunga mawar yang baru saja mekar.Sebenarnya ada tanda tanya yang tertanam di benak Sara saat ini, mengenai sikap Andra yang seringka
Sara memberikan handphone itu kepada Andra, ia juga mengetahui kalau handphone yang ia temukan bukanlah barang murah, tentu saja ia sangat berhati-hati untuk menjaganya, sampai pemilik asli handphone tersebut datang untuk mencarinya.Sara bukanlah orang yang cacat teknologi, ia sangat tahu bahwa brand terkenal yang berpusat di California itu, tentunya mempunyai harga belasan juta. Terlebih lagi handphone tersebut menyongsong type terbaru di kelasnya. Di lain sisi, Sara cukup pintar untuk menelitik sesuatu berdasarkan pengamatannya.Dengan lihainya, Andra sengaja mengecek handphone miliknya dengan detail, ia tidak mau Sara sampai curiga kalau sebenarnya dirinya hanya berpura-pura. ‘’Aku akan membalas budi, dengan memberikan handphone yang serupa seperti yang kamu temukan,’’ tutur Andra
‘’Ada apa ini? Suara kalian kedengaran sampai dalam,’’ tanya Zea yang hadir diantara mereka. ‘’Ini nih, Kak, salah satu karyawan di toko ini ada yang jadi pencuri,’’ ucap Ratri sambil melempar lirikan tajam kepada Sara, gadis tersebut seakan-akan memberi kode kakaknya bahwa yang ia maksud sebagai pencuri adalah seseorang yang berada di sampingnya itu. ‘’Omong kosong! Hentikan omong kosongmu itu, apa yang kamu tuduhkan sama sekali tidak benar,’’ ucap Sara sambil mengangkat jari telunjuknya. Zea menatap Sara dengan ketat, sepertinya ia ingin membaca pikiran Sara melalui kedua matanya. Sementara itu, kosentrasi Zea mend
‘’Jika kamu tidak salah, lalu dari mana kamu mendapatkan handphone itu, Nona?’’ Amar rupanya tidak menelan mentah-mentah omongan dari Ratri, untung saja ia masih bisa berusaha adil, dan menjadi penengah mereka. Hebatnya lagi, dalam situasi seperti ini, ia masih bisa mempertahankan kewibawaannya dengan tidak mudah terpancing dengan hasutan orang. Zea masih terdiam membeku, sorot matanya kali ini menggambarkan rasa kagum pada hatinya. Sifat Amar yang tegas, cara bicaranya yang tertata, semakin memperlihatkan bahwa ia adalah orang yang berpendidikan.‘’Saya mendapatkan Hp ini dari seorang pria, Pak! Dia adalah salah satu customer tetap toko ini. Kemarin handphone dia ketinggalan di sofa depan, dan aku tidak sengaja menemukannya. Selang beberapa jam,
‘’Saya yakin, pencuri yang sebenarnya adalah orang yang baru saja bekerja di sini.’’ Semua orang menatap ke arah Ratri, dan Sara. Karena dibandingkan dengan yang lain, mereka berdua adalah keluarga baru di bakery ini. ‘’Apa dia tidak mempercayai penjelasanku?’’ batin Sara dalam hatinya. Yang ia takutkan saat ini adalah kehilangan pekerjaan, sekaligus tempat tinggalnya, karena dituduh mencuri. Jika hanya dituduh oleh Ratri, ia tidak terlalu kepikiran. Yang jadi masalah adalah ketika Amar, sang pemilik toko meragukan kejujurannya.Imajinasinya bekerja dengan bebas, ia membayangkan bagaimana sesuatu yang tidak-tidak bisa menimpa dirinya. Namun ia tetap bersikap tenang, dan yakin kalau Tuhan akan berpihak kepada orang yang benar. Bahkan ia juga bersiap-siap jika nantinya harus menghadi
‘’Tidak perduli apa alasanmu, karena tidak ada pembenaran untuk suatu kejahatan,’’ Amar sangat geram dengan sikap Zea yang seolah-olah membenarkan perbuatannya itu.Dipandanginya wanita berkulit sawo matang itu, ada perasaan iba di hati Sara. Meskipun perbuatannya salah, bagaimana pun juga dia adalah orang yang pertama kali menerima kedatangan Sara. Namun dirinya tidak bisa apa-apa, membela pun percuma, karena memang Zea sudah terbukti salah. Seandainya Sara tahu kalau sebenarnya Zea juga tidak menyukainya, dan mempunyai niat buruk kepadanya, belum tentu perasaan ibanya masih ada. Bisa jadi alasan tersebut bisa mengubah perasaan Sara menjadi rasa benci. &n
‘’Bukankah Tuan memiliki karyawati bernama, Sara?’’ tanya Anton, dengan menempelkan siku kanannya pada tangan kirinya. ‘’Apa yang menarik dari gadis, itu?’’ ‘’Menurut saya, dia adalah gadis yang jujur. Sara juga bukan orang pendendam, lagipula dia lumayan pintar daripada karyawan yang lainnya,’’ jawab Anton. ‘’Kau berbicara seperti itu bukan karena kau menyukainya, kan?’’ ‘’Usia saya sudah tak lagi muda, meskipun saya seorang duda, tapi saya masih tau umur. Lagipula, bukankah saya lebih cocok menjadi seorang paman baginy
‘’Tidak masalah. Asisten saya yang akan mengajarimu langsung,’’ ucap Amar sembari melempar tugas kepada Anton.Anton melirik ke arah Amar dengan lirikan tidak biasa. Ada keheranan dalam hatinya, tidak biasanya ia memasrahkan tugas, untuk mengajari karyawannya. Karena selama ini, Amar selalu terjun langsung jika berkaitan dengan pekerjaan. Ada yang lain darinya.Sara sudah kehabisan akal, dia tidak bisa mengelak dari keinginan bosnya itu. Tidak ada stok kata lagi untuknya.‘Ya Tuhan … lindungilah saya dari monster egois ini,’ besit Sara dalam hati. Terbesit perasaan ragu dalam dirinya, apalagi jika harus menghadapi temperamen buruk bosnya itu. ‘’Ini adalah ruangan kamu. Tugas kamu selain membuat laporan penjualan, juga harus saling membantu anggotamu apabila sedang mengalami kesulitan. Yang perlu