Ivana terpana mendengar ucapan David.
'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-laki Ivana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan. "Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja. Deg. Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin David Tapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hati Ivana bagaimana pun caranya. Gadis manis ini menarik hatinya sejak pertama kali bertemu di Bandara. "Nggak apa Ivana, tapi kita masih bisa berteman kan?" tanya David. Ia sadar, mungkin dirinya yang terlalu terburu- buru pendekatanya hingga Ivana tak nyaman saat di dekati. David mengulurkan tanganya, menyunggingkan senyum. Padahal di hati menangis. Ivana tampak ragu menyambutnya. "Eeeh iya," ucap Ivana sambil di gengam tangan David. merasakan ada kehangatan mengalir ke seluruh tubuhnya. David tersenyum saat melihat Ivana canggung. Menatap manik milik Ivana. Menyelami hati gadis pujaan hati. Ivana salah tingkah perhatian David. Tapi segera di netralisir. Fokus makan yang ada di depannya. Lisa yang berada di sampingnya, terbawa suasana ingin menjodohkan mereka tapi mendengar penolakan Ivana, lisa tak ingin berbuat lebih jauh. Mereka menikmati makan siang bersama, selesai makan siang Ivana dan Lisa hendak jalan- jalan mengelilingi kota Pontianak. Tapi David tak ingin ikut, takut kehadiranya menganggu. "Oh ya Van, aku pulang ke hotel dulu ya, kamu hati- hati ya," "Iya... " ucap Ivana menatap kosong saat punggung David berlalu dari hadapanya. Serasa ada yang kosong di hatinya. Perasaan kehilangan menyelimuti hati Ivana. "Ayo, Van. Kita ke Mall itu." Tunjuk Lisa Ucapan Lisa membuyarkan lamunan Ivana. "Eeh iya," ucap Ivana tergagap. Mereka melenggang masuk ke Mall. Pikiran tentang David menguap entah kemana. Terhibur dengan isi Mall ini. ****David berlalu dari hadapan Ivana. Kembali ke hotel untuk menenangkan hatinya yang bergejolak. Sepanjang berjalan, David berpikir bagaimana cara menaklukan Ivana. Drrrt.. Nomer tak di kenal menghubungi David. Penasaran David mengangkatnya. "Halo, siapa ini??" tanya David kurang suka di gaanggu. "Aku Rindu Mas David," ucap orang itu di telepon. Ivana masih mengenali suara itu. Reta mantan kekasihnya. Mengetahui Reta yang menelpon Segera ia menutup dan memblokir panggilan itu. "Dari mana Reta tau nomerku sih!" Geram David kemudian membanting ponselnya di bed. *****Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Ivana. Panas pipi Ivana juga kaget di tampar orang yang tak di kenal. "Kenapa kamu menampar mbak! Teriak Ivana. " Itu pantas, untuk pelakor macam kamu! Lisa dan Ivana shock mendengar tuduhan Reta. "Apa! Pelakor! Aku tak menjalin hubungan dengan siapapun bagaimana bisa jadi pelakor?! " Ooh, wajah mu aja sok polos tapi murahan!" Mendengar kata murahan dari Reta. Ivana tak Terima. Ia menjambak rambut Reta keras membenturkan ke Rak makanan di depanya. "Aooow..." Teriak Reta. "Jaga ucapan mu mbak! Aku tak mengenal mu jadi jangan menghinaku. Mengert!" Bersambung.Ivana berlari ke dalam rumah, di tanganya ada surat kelulusanya. Dia lulus predikat bagus. Walau tidak rangking satu Tapi rangking tiga dari seluruh siswa. Ivana merasa bersyukur juga bahagia. Setidaknya bisa mengurangi beban orang tuanya. Ivana menemui ayah dan Ibunya dengan wajah ceria."Assalamulaikum ...." sapa Ivana ceria."Walaikum salam ...." balas orang tua Ivana kompak. Ivana langsung memeluk Ibunya."Ibu ... aku lulus," Ivana menyerahkan surat tanda kelulusan kepada Ibunya."Alhamdulilah." ucap Ibu bersyukur. Mata Ibu berbinar- binar karena bahagia. Tapi bayangan masa depan melintas di pikiran Ivana. Impian menjadi pramugari sudah lama dalam benaknya. "Ayah, Ibu ... Ivana ingin kuliah pramugari, apa boleh?" Tanya Ivana menatap orang tuanya bergantian. sendu wajah mereka mendengar permintaan putri sulungnya.Ivana ingin menjadi Pra
Ayah mengantar sampai Terminal. Sendu menatap putrinya sebentar lagi akan jauh darinya. Tapi kini dia telah dewasa, biarkan memilih jalan hidup.Bus datang tepat di hadapan mereka. Sebelum naik Ivana berpamitan dulu sama Ayahnya."Ayah, Ivana Pamit ya," ucap Ivana sambil mencium punggung tangan lelaki paruh baya di depanya."Hati- hati Ya ... ingat pesan Ayah,"Ivana menganguk lemah, sedih harus berpisah dengan keluarganya. Tapi ini juga demi masnya juga untuk mereka. Ia masuk ke dalam Bus dan duduk di barisan tengah pinggir jendela. Ayah melambaikan tangan, Ivana tersenyum tipis sambil melambaikan tangan untuk Ayahnya.Bus berjalan membelah jalan menuju Kota Jogyakarta. Jarak dari kampung Ivana lumayan jauh memakan waktu lima jam.Akhirnya Bus sampai di Depan kampus. Ia sejenak kagum dengan Keindahan kampus ini. Lantai tiga menjulang tinggi dengan &nb
Tiba saatnya ujian. Seluruh siswa mengikuti dengan semangat. Seminggu kemudian. Seluruh siswa lulus. Pengumuman telah di pasang. Sorak sorai mewarnai kelulusan. Mereka saling berpelukan berhasil mengakhiri masa Diklat ini.Ivana bersama segengnya berpelukan sambil menangis. Ada keharuan yang menjalar di hati. Sebentar lagi mereka akan merindukan saat- saat seperti ini.Segeng mereka ada Ivana, Norma, Ani dan Tara. Mereka merayakan kelulusan ini, menuju ke kantin. Makanan favorit mereka telah menunggu. Mereka semua suka soto daging, minum es teh."Mbok jum tolong siapkan soto daging empat ya, sama es teh," ucap Tara sopan."Baik Mbak," ucap Mbok jum sopan.Kali ini mereka di traktir Tara. Tara yang paling kaya di antara mereka. Ayahnya pebisnis eksport import.Mereka menikmati makan soto bersama."Eeh besok kita
Pov. David.Saat Aku terburu- buru melangkah menuju pesawat. Seorang Pramugari manis menabraku. Tas yang ku pegang pun sampai terjatuh. Sebelum aku mengambil tasku, dia buru meminta maaf. Suaranya terdengar merdu di telingaku. Aku langsumg mendongak melihat wajah manisnya. Mata yang jeli bulu lentik sontak menghipnotisku. Sesaat waktu seperti berhenti.Setelah meminta maaf, ia pun sepertinya terburu- buru. Ternyata dompet make upnya jatuh. Aku sempet melihat nama di tanda pengenal. Nama Ivana Anastasia."Ivana ...."Dia berhenti tapi sepertinya kesal namanya aku panggil. Ia berbalik memasang wajah datar. Aku gemes melihatnya.Melihat aku mengulurkan dompet, ia tersenyum manis. Membuatku melayang ke Nirwana. Penasaran menyapa Jiwaku. Hatiku kembali menghangat setelah hampir satu tahun mati.****
David mencoba melupakan kisah masa lalunya. Kini ia bisa berjalan tegak. Meninggalkan sisi kelam dalam hidupnya.Drttt..."Haloo Bos, saya udah di Bandara. Sebentar lagi sampai kantor."Oke, saya Tunggu David,"" Baik Bos," ucap David segera mengambil Tas. Melangkahkan kakinya menuju kantor Bosnya.Di kantor ia segera menemui Bosnya. Bos David menyambut dengam ramah."Hai David ...." sapa Bos George. Bos David orang Belanda. Tapi dia pandai Bahasa Inggris."Hai juga Bos ...."Mereka duduk di sofa empuk ruang kantor. Bos menyerahkan berkas pengambilan Kapal. Bos George membeli kapal baru dari jepang. Ia menyerahkan berkas untuk pengambilan kapal pada David. Tanpa berkas itu kapal tak bisa di ambil.Bos George juga membelikan tiket ke Jepang. Menyerahkan kepada Davi
Reta datang ke rumah David. Mama enggan menerima Reta masuk. Merasa muak melihat Reta wajah Reta."Siang Tante? David udah pulang ya?""Tau dari mana David udah pulang? Kamu kayak wartawan aja. Tau berita akurat !"Reta hanya senyum. Kemaren Mamanya David masih ramah. Tapi kenapa sekarang ketus? Reta mencari wajah teduh Mamanya David. Tak di temukan di sana. Yang ada aura kesal terpancar di wajahnya.Tanpa di suruh Reta duduk di sofa."Ada apa Reta? Dari mana kamu tau David pulang? Tanya Mama David."Dari Ardi Tante?"Lah terus kenapa masih kesini? Kata David kalian udah putus?Reta menelan ludah. Binggung harus menjawab apa. Sesuatu menganjal di hati Reta. Penyesalan memang selalu datangnya belakangan. Ingin mencoba meraih hati David kembali. "Aku hanya ingin minta maaf sama David Tante," ucap Reta mengiba."Ooh ...." ucap Mam
David gelisah, bayangan wajah Ivana mengoda pikiranya. Kangen menyelinap dalam dada. Hasrat ingin ketemu lagi begitu kuat mengoda David. Ia berdiri di balkon kamarnya menikmati kopi hitam kesukaanya. Tiba- tiba ada ide untuk menemui Ivana di Maskapai tempatnya bekerja. Ivana bekerja di Maskapai Nasional.'Ahh ... kenapa baru kepikiran? aku harus ke Maskapai itu' batin David.David mendongak ke atas, langit cerah. Malam bersinar sempurna. Terang memenuhi malam. Malam ini terasa syahdu ketika teringat Ivana. 'Seandainya dia di sini, aku pasti kan memeluknya' batin David. Ia tersenyum sendiri membayangkan hal itu."Udah malam David, kamu nggak tidur? Kenapa senyum - senyum sendiri?"David kaget mendengar suara Mamanya."Ya Allah, Mama Ngagetin aja!" David memegangi dadanya."Lagian udah Malam malah senyum- senyum sendiri nggak jelas," Omel Mama.David
David masih duduk di belakang kemudi. Mengambil masker untuk menutupi wajahnya. Jantung berdegup kencang, menurut orang lain merasa konyol menghampiri wanita di tempat kerjanya. tapi demi rasa yang menghantuinya setiap hari ia sanggup melakukan ini. David turun dari mobil hitamnya. Seorang satpam menyapa David ramah."Selamat pagi Mas?" Sapa Satpam paruh baya itu."Pagi pak," balas David ramah."Maaf Mas ada perlu apa?" Tanya Satpam tak kalah ramah.David gelagapan binggung harus ngomong apa. Terlintas mencari pekerjaan dalam pikiranya."Eeem ... saya mau mencari pekerjaan pak," ucap David mengusap keringat dingin yang tiba- tiba keluar pelipisnya."Ooh ... Mas sedang mencari pekerjaan? Kebetulan masih ada lowongan menjadi Asisten pilot. Nanti akan di tempatkan di Papua. Mas membawa berkas lamaran?"David melongo kemudian mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal. &nb