"Tuan Zhao Lu Yang, sungguh suatu kehormatan Anda mengunjungi kami!" Wu Hongyi menyapa Zhao Lu Yang dengan ramah begitu tiba di aula utama wisma."Ketua Wu, aku tidak akan berbasa-basi denganmu atau pun Ketua Xie. Aku dan prajuritku datang kemari untuk menggeledah wisma ini." Zhao Lu Yang menatap tajam wanita berambut putih itu.Tidak ada sedikit pun niatnya untuk beramah tamah atau sekadar berbasa-basi seperti biasanya. Sikapnya pun tidak seperti biasanya yang selalu santun selayaknya para tuan muda dari keluarga terhormat."Begitu? Bukankah Ketua Xie sudah memperingatkanmu sewaktu di kuil kemarin?" Wu Hongyi pun tak lagi bersikap ramah seperti tadi.Tidak ada senyum manis di bibirnya dan sikapnya pun tak lagi lemah lembut meski juga tidak serta merta bersikap seperti terhadap musuh."Ketua Wu, kau pasti sudah jelas bukan dengan peraturan Tanah Bebas?" Zhao Lu Yang bertanya padanya dengan datar."Tentu saja aku maupun Ketua Xie sangat memahami peraturan yang kau buat. Karena itu kema
"Lady Jing, maafkan aku jika telah mengganggumu!" Zhao Lu Yang berseru memanggil wanita yang kini dikelilingi asap tipis berwarna ungu mirip kabut."Zhao Lu Yang, kau sungguh keterlaluan!" Lady Jing menyahut dengan geram permintaan maaf penguasa kota Tanah Bebas itu.Salah satu majikan Istana Bunga itu sebenarnya sangat jarang terprovokasi untuk terlibat perseteruan dengan pendekar lain. Namun, sepertinya kali ini dia benar-benar terganggu dengan ulah Zhao Lu Yang dan para prajuritnya."Meimei! Tak perlu berbasa-basi dengannya!" Lady Wang Reng Wan yang memang temparemental tiba-tiba saja melemparkan selendang putihnya dan memukul Zhao Lu Yang tepat di dadanya. Membuat pria itu nyaris saja tersungkur."Kalian!" Zhao Lu Yang kembali diliputi amarah. Bagaimana pun juga dia adalah penguasa kota dan tidak mudah diremehkan oleh siapa pun apalagi oleh para tamu wisma milik sepupunya itu."Jika kau mencari seorang penjahat, kami dengan sukarela akan membantumu! Tetapi kau hanya mencari seekor
Zhao Lu Yang menutup hidungnya dengan salah satu tangannya untuk mencegah menghirup udara yang telah bercampur dengan racun yang terdapat di kabut ungu itu. Meski begitu, tindakannya tidak cukup membantunya untuk keluar dari kungkungan kabut. Apalagi jarak pandangnya juga terganggu karenanya."Sial!" Serunya setengah mengumpat. Dengan kesal ditebaskannya Pedang Giok Hijau miliknya.Udara dingin yang ditimbulkan dari kibasan pedangnya membantunya menyibakkan kabut tebal di sekelilingnya meski hanya sebentar. Setidaknya dia bisa melihat situasi di sekitarnya dan bernapas dengan bebas."Lady Jing!" Kembali dia berseru dan kali ini pedangnya menyasar adik seperguruan Lady Wang Ren Wang itu.Lady Jing menyadari serangan itu. Wanita cantik berhanfu ungu muda itu mengibaskan selendangnya. Seketika kabut ungu perlahan memudar hingga tersisa selapis tipis saja. Namun, aroma harum masih menguar di seluruh ruangan terbuka itu.Zhao Lu Yang tertegun menatap pemandangan di hadapannya setelah tidak
"Zhang Jiawu," gumam Lady Jing seraya mengibaskan pedang bajanya dan menatap sosok yang berdiri di hadapannya. Benda tipis itu bergulung pelan dan kembali pada bentuk semula, pedang setipis pita.Zhang Jiawu, ketua sekte Lotus Hitam, berdiri tegak di depan Zhao Lu Yang yang kini tertatih-tatih mencoba untuk berdiri. Luka di kakinya akibat lilitan dan sayatan pedang baja Seribu Bunga membuatnya tak berdaya."Kau masih sehebat dahulu, Lady Jing." Zhang Jiawu tersenyum dan menggerakkan satu tangannya yang tidak menggenggam pedang.Tangannya berputar pelan dan sebuah energi yang cukup kuat bak putaran angin merebak dan menyerbu kearah Lady Jing. Serpihan-serpihan kelopak bunga lotus Hitam kembali beterbangan menghujani sang Lady.Wanita berhanfu ungu itu menghindari serangan Ketua Sekte Lotus Hitam itu dengan mundur dan keluar dari aula. Zhang Jiawu tidak melepaskannya begitu saja dan mengejarnya hingga ke halaman terbuka di depan aula.Seketika para pelayan dan tamu yang tengah berusaha
"Zhang Jiawu! Selamatkan dirimu!" Teriakan memilukan memaksa Zhang Jiawu membuka matanya.Perlahan-lahan matanya terbuka dan seketika sebuah perasaan yang tak terlukiskan menyergap benaknya saat menyaksikan pemandangan di depannya. Tidak ada kupu-kupu dan aroma harum bunga serta tidak ada seorang pun selain dirinya."Apa ini?" gumamnya dalam hati seraya mencoba untuk memahami situasi yang kini dihadapinya.Ilusi Kupu-kupu merupakan salah satu jurus Istana Bunga yang mematikan selain Pedang Seribu Bunga yang juga merupakan jurus milik Lady Jing dan jurus Selendang Sutra Bunga dan Cakar Beracun milik Lady Wang. Ketiga jurus itu sulit dipatahkan dan bisa mengakibatkan seseorang kehilangan nyawanya.Ilusi Kupu-kupu sendiri merupakan sebuah jurus yang dapat membuat orang yang berada di bawah pengaruhnya berhalusinasi akan sesuatu hal yang paling menakutkan, menyedihkan atau trauma yang membawa mereka pada keputusasaan yang dalam dan berujung penyesalan hingga kematian."Jiawu, hidup merupa
"Itu hanya ilusi," gumamnya seraya mencoba untuk tetap tersadar.Namun, itu sangat sulit di situasinya saat ini. Selain mulai kehabisan tenaga, dia juga kehilangan cukup banyak darah. Matanya mulai berkunang-kunang dan kesadarannya semakin menurun."Ketua Zhang!" Sebuah seruan menyadarkannya. Sayangnya, dia sungguh-sungguh kehabisan tenaga, bahkan sekadar untuk menyahut.Zhang Jiawu membuka matanya yang terasa berat. Dengan berpegangan pada pedangnya, dicobanya untuk berdiri. Perlahan-lahan dapat dirasakannya udara segar yang semula dipenuhi aroma harum yang memabukkan sekaligus membuatnya sesak napas."Oey Xuxu," gumamnya seraya tersenyum tipis saat ekor matanya menangkap seberkas api keunguan di kejauhan."Ketua, kau baik-baik saja?" Wanita berhanfu dan bercadar ungu itu tiba-tiba saja telah berdiri di sampingnya.Kini Zhang Jiawu telah sadar sepenuhnya dari pengaruh Ilusi kupu-kupu milik Lady Jing. Majikan Istana Bunga itu kini berdiri tak jauh darinya dengan pedang setipis pita be
Manor Zhao, Tanah BebasLukisan itu tergantung di dinding ruang belajar. Sebuah lukisan seorang wanita cantik tengah memetik guzheng."Duan Xiao Jiao, akhirnya kekhawatiranku terjadi. Kau mati sia-sia." Zhao Lu Yang, penguasa Tanah Bebas, menatap lukisan itu dengan muram."Ao Yu Long masih hidup dan kau telah mati bahkan tanpa sempat dimakamkan dengan layak. Sungguh malang nasibmu." Zhao Lu Yang menyentuh lukisan itu dengan hati-hati.Duan Xiao Jiao adalah putri bungsu Tetua Duan dan adik Jenderal Duan Xiao Tian, berbeda ibu. Jiao-Jiao adalah putri dari selir, tetapi karena dia satu-satunya putri Tetua Duan, dia dibesarkan di bawah nama Nyonya Di dan dianggap sebagai putri Di Manor Duan."Kau ini konyol atau bodoh. Kau bisa menjadi seorang permaisuri tetapi kau memilih berdiam diri dan memendam semuanya hingga menjadi dendam yang membawamu dalam kematian." Zhao Lu Yang mendesah pelan.Terdengar suara langkah kaki, pelan, mendekatinya dan berhenti di belakangnya. "Tuan Zhao, ada seseor
Kedai Arak Qiutian, Tanah BebasUdara panas sangat menyengat disertai angin kering yang membawa debu berterbangan, semakin membuat gerah suasana. Orang-orang mengeluhkan musim panas yang kering dan gersang serta diramalkan akan berlangsung lebih lama."Panasnya!" Nyonya Ling mengeluh seraya mengipasi wajahnya dengan kipas dari bambu yang memiliki ukuran indah di bilah-bilahnya."Nyonya Ling, di cuaca seperti ini meminum arak krisan yang dingin pasti lebih nikmat." Seorang wanita cantik yang duduk di depannya tersenyum dan menatapnya penuh harap."Hei Nona, kau sudah minum terlalu banyak. Jika kau mabuk, aku bisa mendapat masalah." Nyonya Ling menyahut dengan kesal.Bao Yu, wanita cantik itu adalah pelanggan setianya. Hampir setiap hari dia datang ke kedainya untuk memesan arak yang terbaik. Seperti yang dikatakan Nyonya Ling, hari ini Bao Yu telah menghabiskan beberapa kendi araknya."Baiklah! Bagaimana situasi akhir-akhir ini?" Bao Yu menuangkan arak ke cangkirnya. Ini adalah kendi y