"Baiklah Ketua Xie, mari kita beristirahat di sana!" Biksuni Pai memimpin jalan menuju sudut pelataran kuil yang teduh dipayungi pohon-pohon persik tua."Ketua Xie!" Zhao Lu Yang tiba-tiba memanggil pria berambut putih itu dan mendekatinya. Membuat Xie Jing Cuan dan yang lainnya menghentikan langkah."Ada apa Tuan Zhao? Apakah kau akan menggeledahku juga?" Xie Jing Cuan berhenti dan menatap sang penguasa kota Tanah Bebas itu sembari tersenyum tipis."Bukan menggeledah, lebih tepatnya aku memintamu dan juga kedelapan ketua yang lain untuk tetap tinggal di sini hingga prajuritku selesai memeriksa kuil ini." Zhao Lu Yang menyahut datar ucapan Xie Jing Cuan tanpa merespon senyum sang ketua sekte yang terkesan meremehkannya."Baiklah! Kau tidak keberatan bukan jika kami duduk dan beristirahat di sana?" Xie Jing Cuan kembali tersenyum tipis kemudian melanjutkan langkahnya mengikuti Biksuni Pai diiringi para ketua pintu kematian.Zhao Lu Yang hanya menganggukkan kepalanya dan menatap kepergi
"Tuan Zhao, kami telah memeriksa seluruh kuil. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang yang mencurigakan." Kepala prajurit melapor pada Zhao Lu Yang setelah cukup lama mereka menggeledah kuil."Begitu? Apa kau yakin?" Zhao Lu Yang menyipitkan matanya, menatap kuil yang berdiri kokoh di hadapannya."Benar Tuan. Justru saya mendapatkan laporan dari beberapa prajurit mengenai wisma Lonceng Naga." Kepala prajurit menyahut lirih seraya melirik sudut halaman di mana para anggota sekte Sembilan Pintu Kematian sedang menunggu selesainya penggeledahan kuil."Begitukah? Apakah itu bisa dipastikan?" Zhao Lu Yang menatap tajam sang kepala prajurit."Iya Tuan," sahut sang Kepala Prajurit dengan yakin."Baiklah! Aku harus berpamitan dan meminta maaf pada Biksuni Pai dan juga sepupuku tersayang." Zhao Lu Yang tersenyum tipis dan meninggalkan para prajuritnya.Dia melangkah dengan berwibawa seperti biasanya, diiringi beberapa orang kepercayaannya untuk menemui Biksuni Pai dan Xie Jing Cuan.
"Nona, Ketua Xie dan para ketua pintu kematian sudah pergi." Yu melaporkan situasi di kuil pada Wenwan."Bagaimana dengan Zhao Lu Yang?" Wenwan tersenyum tipis menatap bayangan wajahnya di cermin."Tuan Zhao telah pergi. Sepertinya dia marah sekali." Yu menyahut dengan santai."Kenapa? Apa karena tidak menemukan orang yang dicarinya?" Wenwan menanggapinya dengan tenang. Dia kembali menyisir rambutnya dengan hati-hati."Karena Ketua Xie memintanya untuk tidak berbuat seenaknya di Wisma Lonceng Naga. Sepertinya orang yang Tuan Zhao cari kini berada di wisma milik Ketua Xie." Yu menjelaskan apa saja yang dilaporkan para biksuni kecil padanya tadi, sepeninggalan Zhao Lu Yang dan para prajuritnya."Begitu?" Wenwan tersenyum dan meletakkan sisirnya di atas meja. Perlahan dia berdiri dan memperhatikan kakinya yang terkilir kemarin. Masih cukup sulit untuk bergerak leluasa seperti biasanya karena kakinya masih membengkak."Nona sudah waktunya berdoa di kuil." Hu tiba-tiba saja datang diiringi
"Nona Wenwan?" Wu Hongyi menatap pelayan wisma yang baru saja melapor padanya."Benar Ketua Wu. Ketua Ang Bei baru saja membawanya kembali ke wisma. Sekarang Tuan Wu tengah memeriksa kakinya yang terkilir." Pelayan itu menjelaskan lebih lanjut apa saja yang baru terjadi di wisma."Baiklah! Pergilah ke sana dan katakan pada Tuan Wu untuk mengobati Nona Wenwan sebaik mungkin." Wu Hongyi mengibaskan tangannya, meminta pelayan itu untuk segera melaksanakan perintahnya.Pelayan itu membungkukkan tubuhnya dan bergegas pergi, kembali ke Paviliun Camelia. Sebuah paviliun yang ada di bagian depan wisma dan menjadi tempat favorit beberapa tamu karena sangat nyaman dan mudah dijangkau, tidak terlalu jauh dari aula utama dan restauran Richu."Apakah kau yakin akan tetap merawatnya?" Xie Jing Cuan mendekati Wu Hongyi dan berdiri di sebelahnya."Aku rasa itu bukan masalah. Nona Wenwan tidak akan menyulitkan kita." Wu Hongyi tersenyum tipis, melirik pria berambut putih di sebelahnya.Keduanya berada
"Tuan Zhao Lu Yang, sungguh suatu kehormatan Anda mengunjungi kami!" Wu Hongyi menyapa Zhao Lu Yang dengan ramah begitu tiba di aula utama wisma."Ketua Wu, aku tidak akan berbasa-basi denganmu atau pun Ketua Xie. Aku dan prajuritku datang kemari untuk menggeledah wisma ini." Zhao Lu Yang menatap tajam wanita berambut putih itu.Tidak ada sedikit pun niatnya untuk beramah tamah atau sekadar berbasa-basi seperti biasanya. Sikapnya pun tidak seperti biasanya yang selalu santun selayaknya para tuan muda dari keluarga terhormat."Begitu? Bukankah Ketua Xie sudah memperingatkanmu sewaktu di kuil kemarin?" Wu Hongyi pun tak lagi bersikap ramah seperti tadi.Tidak ada senyum manis di bibirnya dan sikapnya pun tak lagi lemah lembut meski juga tidak serta merta bersikap seperti terhadap musuh."Ketua Wu, kau pasti sudah jelas bukan dengan peraturan Tanah Bebas?" Zhao Lu Yang bertanya padanya dengan datar."Tentu saja aku maupun Ketua Xie sangat memahami peraturan yang kau buat. Karena itu kema
"Lady Jing, maafkan aku jika telah mengganggumu!" Zhao Lu Yang berseru memanggil wanita yang kini dikelilingi asap tipis berwarna ungu mirip kabut."Zhao Lu Yang, kau sungguh keterlaluan!" Lady Jing menyahut dengan geram permintaan maaf penguasa kota Tanah Bebas itu.Salah satu majikan Istana Bunga itu sebenarnya sangat jarang terprovokasi untuk terlibat perseteruan dengan pendekar lain. Namun, sepertinya kali ini dia benar-benar terganggu dengan ulah Zhao Lu Yang dan para prajuritnya."Meimei! Tak perlu berbasa-basi dengannya!" Lady Wang Reng Wan yang memang temparemental tiba-tiba saja melemparkan selendang putihnya dan memukul Zhao Lu Yang tepat di dadanya. Membuat pria itu nyaris saja tersungkur."Kalian!" Zhao Lu Yang kembali diliputi amarah. Bagaimana pun juga dia adalah penguasa kota dan tidak mudah diremehkan oleh siapa pun apalagi oleh para tamu wisma milik sepupunya itu."Jika kau mencari seorang penjahat, kami dengan sukarela akan membantumu! Tetapi kau hanya mencari seekor
Zhao Lu Yang menutup hidungnya dengan salah satu tangannya untuk mencegah menghirup udara yang telah bercampur dengan racun yang terdapat di kabut ungu itu. Meski begitu, tindakannya tidak cukup membantunya untuk keluar dari kungkungan kabut. Apalagi jarak pandangnya juga terganggu karenanya."Sial!" Serunya setengah mengumpat. Dengan kesal ditebaskannya Pedang Giok Hijau miliknya.Udara dingin yang ditimbulkan dari kibasan pedangnya membantunya menyibakkan kabut tebal di sekelilingnya meski hanya sebentar. Setidaknya dia bisa melihat situasi di sekitarnya dan bernapas dengan bebas."Lady Jing!" Kembali dia berseru dan kali ini pedangnya menyasar adik seperguruan Lady Wang Ren Wang itu.Lady Jing menyadari serangan itu. Wanita cantik berhanfu ungu muda itu mengibaskan selendangnya. Seketika kabut ungu perlahan memudar hingga tersisa selapis tipis saja. Namun, aroma harum masih menguar di seluruh ruangan terbuka itu.Zhao Lu Yang tertegun menatap pemandangan di hadapannya setelah tidak
"Zhang Jiawu," gumam Lady Jing seraya mengibaskan pedang bajanya dan menatap sosok yang berdiri di hadapannya. Benda tipis itu bergulung pelan dan kembali pada bentuk semula, pedang setipis pita.Zhang Jiawu, ketua sekte Lotus Hitam, berdiri tegak di depan Zhao Lu Yang yang kini tertatih-tatih mencoba untuk berdiri. Luka di kakinya akibat lilitan dan sayatan pedang baja Seribu Bunga membuatnya tak berdaya."Kau masih sehebat dahulu, Lady Jing." Zhang Jiawu tersenyum dan menggerakkan satu tangannya yang tidak menggenggam pedang.Tangannya berputar pelan dan sebuah energi yang cukup kuat bak putaran angin merebak dan menyerbu kearah Lady Jing. Serpihan-serpihan kelopak bunga lotus Hitam kembali beterbangan menghujani sang Lady.Wanita berhanfu ungu itu menghindari serangan Ketua Sekte Lotus Hitam itu dengan mundur dan keluar dari aula. Zhang Jiawu tidak melepaskannya begitu saja dan mengejarnya hingga ke halaman terbuka di depan aula.Seketika para pelayan dan tamu yang tengah berusaha