Darian memperhatikan dengan cemas saat Aldar menantang Aron untuk bertarung. Dia menyadari betapa pentingnya pertarungan ini bagi Aldar. "Kuberikan kamu waktu dua hari untuk bersiap," ujar Aron.Tanpa berkata apa-apa, Aldar meninggalkan ruangan, siap untuk menghadapi pertarungan tersebut. Selama dua hari berikutnya, Aldar berlatih dengan tekun. Dia hampir tidak pernah istirahat demi mengalahkan Aron, penyihir terkuat nomor dua di Arden Tall.Para teman Aldar takjub melihat kesungguhan dan ketekunan latihannya, meskipun mereka tidak tahu alasan sebenarnya Aldar mengikuti pertarungan sihir tersebut. "Aldar, kamu berlatih dengan sangat keras," ucap Morin, salah satu temannya, yang sedang memperhatikan Aldar berlatih.Aldar yang hampir kehabisan tenaga tidak menjawab, fokus pada upayanya memperkuat kemampuan sihir api dan fisiknya. Tiba-tiba, Aldar jatuh ke tanah karena kelelahan. Latihan keras yang dilakukannya telah menguras semua energinya."Sepertinya kamu sudah mencapai batasmu, Alda
Dengan mata berkaca-kaca, Darian memperhatikan pertarungan yang semakin intens. Hatinya berdegup kencang, lalu dia mengisyaratkan kepada Aron untuk menghentikan pertarungan. Akan tetapi, Aldar berusaha bangkit meskipun tubuhnya terasa remuk oleh serangan-serangan Aron. Dia mencoba mengumpulkan sisa-sisa energi yang tersisa dalam dirinya untuk melawan, namun kekuatannya semakin melemah.Para penonton, termasuk teman-teman Aldar, menatap dengan ketegangan yang tak terkatakan. Mereka merasa tidak kuasa melihat Aldar menderita begitu hebat di tangan Aron.Namun, tiba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Saat Aron hendak memberikan pukulan terakhir yang akan mengakhiri pertarungan, Aldar tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Matanya yang tadinya redup mulai bersinar dengan keberanian yang baru.Dengan kekuatan terakhir yang dimilikinya, Aldar mengumpulkan sisa-sisa energinya dan melancarkan serangan terakhirnya. Dengan kejutan yang tak terduga, serangan terakhir Aldar malah
Hari pertarungan sihir di kota Alvoria telah tiba, dan atmosfernya dipenuhi dengan aura magis yang tegang. Guild-guild terbaik dari seluruh kota berkumpul untuk memperebutkan gelar kehormatan. Arden Tall, salah satu guild terkuat, tidak diragukan lagi menampilkan kehebatannya dengan mengirimkan lima penyihir terbaiknya.Pertarungan semakin memanas ketika Morin, dengan sihir esnya yang memukau, mengirimkan gelombang dingin yang membelah udara. Kristal es terbentuk di sekitar musuh-musuh mereka, mengunci mereka dalam penjara es yang tak terhindarkan.Sementara itu, Elara, dengan keanggunan dalam memanipulasi bayangan, menyelinap di balik kegelapan untuk menyerang musuh-musuhnya. Dari bayangan yang tak terduga, serangan-nya menyapu lawan-lawannya, meninggalkan kebingungan dan ketakutan di antara mereka.Tidak jauh dari Elara, Asher, dengan ketajamannya sebagai sniper sihir, mengarahkan serangannya dengan presisi yang mematikan. Dengan fokus yang tak tergoyahkan, ia menembakkan energi sih
Lalu Aldar melompat ke arena pertarungan, diikuti oleh Elara, Asher, Aric, dan Ember. Namun, tak disangka, empat anggota Vanguard juga melompat ke dalam arena. Suasana menjadi sangat tegang, seolah-olah akan terjadi pertempuran dahsyat."Kamu sangat kejam, Gary!" teriak Aldar, matanya memancarkan kemarahan yang membara."Aku tidak melanggar aturan. Aku menyerah, dan Arden Tall mendapatkan satu poin," jawab Gary licik dengan senyum mengejek, memicu kekecewaan yang mendalam dari Aldar."Aku hanya lelah, oleh karena itu menyerah," tegas Gary, menyulut kemarahan lebih lanjut dari Asher yang mendengarkan dengan geram.Mendengar jawaban Gary yang meremehkan Arden Tall, bahkan Darian hampir meledak karena amarahnya. Namun, Aron menghentikannya dengan tegas, "Jangan campur tangan, Master. Biarkan mereka menyelesaikannya."Darian kembali duduk di kursinya, menggigit bibirnya dengan kesal. Sementara itu, tiba-tiba Aldar bersiap-siap, matanya memancarkan kemarahan yang membara, hendak mengeluark
"Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Aldar," ujar Lucy dengan senyum kecil, mencoba memberikan semangat pada temannya."Kamu benar, Lucy," semangat Arden Tall kembali," jawab Aldar dengan suara pelan, tetapi ekspresinya menunjukkan rasa lega.Aldar merasa lega melihat Morin dan rekan-rekannya telah kembali bersemangat meskipun mengalami kekalahan, "Lihat, disana ada Lucy," teriak Morin, dengan nada ceria."Benar, itu Lucy," jawab yang lain, wajah mereka juga terpancar semangat."Lucy, Aldar, mari kita bicara di ruangan," ajak Darian dengan nada serius.Lalu mereka pergi menuju ruangan Darian. Di ruangan Darian, atmosfer menjadi lebih tenang. Mereka duduk bersama di sekitar meja besar, menatap satu sama lain dengan serius, suasana tegang mulai terasa."Terima kasih, Lucy, telah menghentikan Aldar," ucap Darian dengan rasa lega dan terima kasih yang tulus.Lucy tersenyum menanggapi ucapan terima kasih dari Darian, "Aldar, sekarang kamu mengerti kenapa aku tidak mengizinkanmu
“Kamu benar, Darian, kekuatan api hitam bukan hanya cerita legenda. Tapi, kekuatan itu memang benar-benar ada.? jawab Lucy sambil menatap Darian serius.Konon, api ini berasal dari kedalaman neraka, tempat di mana kegelapan dan kekuatan gelap bertemu, membentuk api yang tak terkendali dan mematikan.Menurut cerita, hanya penyihir yang paling hebat dan paling bijaksana yang dapat menguasai dan mengendalikan Api Hitam ini. Mereka harus menjalani ujian yang sulit dan mempelajari ilmu sihir yang paling dalam untuk dapat memahami cara mengendalikan kekuatan yang begitu ganas ini.ada seorang penyihir bernama Malakar, yang terkenal akan kebijaksanaan dan kekuatan sihirnya yang luar biasa. Dia dipercaya sebagai satu-satunya yang mampu mengendalikan Api Hitam. Malakar dianggap sebagai penjaga dan pemelihara kekuatan ini agar tidak jatuh ke tangan yang salah.Namun, kekuatan Api Hitam tidak hanya membawa malapetaka, tetapi juga kekuatan besar yang bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan.
Aldar dan Lucy berjalan beriringan menuju danau di pinggir kota Alvoria. Danau itu cukup luas, dengan pemandangan yang indah membuat siapa pun terpesona. Aldar merasakan ketenangan yang menyapu hatinya saat melihat keindahan alam di sekitarnya.Di tengah obrolan mereka, Lucy memuji perkembangan Aldar yang sangat pesat. "Hanya dalam satu tahun, kamu sudah menjadi penyihir kelas A, Aldar. Itu luar biasa!" Mata Lucy berbinar-binar, terpancar rasa bangga dan kagum pada sahabatnya itu.Aldar tersenyum lebar, rasa haru memenuhi dadanya. "Terima kasih, Lucy. Semua itu berkat bimbingan Master Darian. Dia benar-benar luar biasa dalam mengajarkan sihir dan membimbingku menjadi lebih baik." Aldar tulus mengakui peran penting sang mentor dalam perjalanannya."Kamu memang beruntung memiliki Darian sebagai mentormu," ujar Lucy, tangannya menggenggam lengan Aldar dengan lembut. "Karena kamu memang memiliki kemampuan yang sangat istimewa."Aldar terdiam, seolah pujian itu menggugah semangatnya. Namun
Saat Aldar duduk di bawah pohon yang rindang, sinar matahari pagi menyinari wajahnya dengan lembut, menciptakan bayangan yang menari-nari di sekitarnya. Dia merasakan angin sejuk yang mengelus pipinya, sambil mendengarkan alunan riang burung-burung yang bermain di pepohonan di atasnya. Sentuhan alam yang hangat dan bau tanah basah dari tanaman yang baru disiram menambah kebahagiaannya. Aldar pergi ke hutan seperti biasa untuk mencari kayu bakar, ditemani oleh Milo, anjing kesayangannya. Aldar sengaja mengambil jalur yang lebih jauh supaya tidak diganggu oleh anak-anak bangsawan yang suka berlatih sihir. Namun, takdir berkata lain, Aldar kembali bertemu dengan mereka. Aldar merasa seolah hidupnya akan selalu berada di bawah bayang-bayang para bangsawan penyihir. “Hai, Aldar, kita bertemu lagi!” sapa Gary dari arah timur, tempat perumahannya berada. “Tapi kali ini aku akan membiarkanmu lolos.” Aldar mengeritkan dahi sejenak, tanda tidak terlalu paham. Namun, karena takut Gary aka