Lucy menghampiri kakeknya dengan langkah yang kebingungan, wajahnya mencerminkan keraguan yang mendalam. Aldar, sementara itu, hanya mengikuti di belakangnya, wajahnya masih terlihat membingungkan.
“Kakek, dia masih hidup,” ucap Lucy dengan suara yang bergetar.
“Siapa maksudmu?” tanya kakek Lucy dengan rasa ingin tahu yang jelas terpancar dari matanya.
“Eldrick dialah yang memimpin organisasi tersebut, dialah dalang dari banyak anak muda yang menghilang,” jelas Lucy dengan nada serius.
Kakek Lucy hanya terdiam, tatapannya kosong, dan genggamannya melemah sehingga gelas yang dipegangnya terjatuh dengan suara yang gemuruh.
“Bagaimana mungkin itu bisa terjadi, dia tidak mungkin bisa selamat dari serangan napas naga,” Kilan berusaha mencari jawaban atas kejadian yang menggemparkan itu.
“Apakah kakek melihatnya mayatnya?” tanya Kilan lagi, mencoba mencerna situasi yang begitu mengejutkan.
"Tidak mungkin bisa meninggalkan jasad dengan api sebesar itu,” Kilan melanjutkan, ekspresinya mencerminkan keraguan yang sama dengan Lucy.
Lucy dan Kilan masih bingung dengan apa yang terjadi, mencoba memahami segala kejadian yang begitu tiba-tiba itu.
“Bagaimana jika dia menangkis serangan kakek?” celetuk Aldar, mencoba menawarkan satu kemungkinan di tengah kebingungan mereka.
“Dia seperti mengeluarkan jurus api yang kakek ajarkan kepadaku, tapi dengan teknik dan kekuatan yang berbeda. Dan aku bisa menangkisnya. Mungkin saja dia melakukan seperti apa yang kulakukan,” jelas Aldar, mencoba memberikan gambaran atas apa yang mungkin terjadi.
“Lalu apakah dia pura-pura mati?” tanya Lucy, masih mencoba mencerna segala kemungkinan yang terbuka.
“Kalau memang benar, siapa yang ingin dia bangkitkan?” pikir Kilan, mencoba menghubungkan semua titik yang mungkin terkait dengan kejadian tersebut.
“Siapapun dia, ketika dia menggunakan mantra itu. Dia pasti orang yang sangat berbahaya,” tambah Aldar, mencoba menekankan betapa seriusnya situasi yang mereka hadapi.
Aldar dan Lucy melanjutkan petualangan mereka, selain itu mereka juga harus mengungkap misteri dibalik kasus mereka yang terakhir.***
Petualangan mereka kali ini membawa mereka ke kota, Lucy yang masih penasaran pergi perpustakaan kota untuk mempelajari tentang Mantra pemindahan jiwa orang mati. Diikuti dengan Aldar yang sibuk membaca buku-buku kuno untuk melatih kekuatannya.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari depan perpustakaan, Lucy yang masih sibuk mencari buku kuno perhatian tidak teralihkan. Aldar keluar untuk memeriksa, rupanya ledakan tersebut berasal dari pertarungan dua penyihir. Banyak orang yang antusias menyaksikan.
“Dasar bodoh, kalian hanya dari guild lemah. Tidak mungkin bisa mengalahkan kami,” ujar Morin dengan nada meremehkan sambil mengeluarkan sihir esnya, yang membuat Daapi terhempas akibat serangannya.Meskipun terpukul, Daapi tetap berusaha untuk bangkit dan mengeluarkan bom dari tangannya. Namun, upayanya sia-sia karena bom tersebut segera membeku akibat sihir dari Morin.
Pertarungan mereka terpaksa terhenti ketika para polisi sihir turun tangan.
“Hey, kalian dilarang menyerang satu sama lain di luar pertandingan, atau guild kalian akan didiskualifikasi,” tegur para polisi sihir dengan tegas, memaksa mereka menghentikan pertarungan demi melindungi nama guild mereka.
“Apa itu guild dan pertandingan?” tanya Aldar yang masih berdiri melihat kejadian tersebut, karena Lucy tidak pernah menceritakan tentang Guild penyihir sebelumnya.
Aldar mengikuti Morin yang sedang menuju penginapannya, rupanya Morin mengetahui bahwa dirinya sedang diikuti. Sengaja dia berhenti dan duduk dikursi taman seolah tidak tahu apa-apa. Mata mereka sempat bertemu, Aldar terkaget dan langsung membuang pandangannya.
Tapi ketika dia melihat kearah tempat duduk Aldar, dia sudah tidak ada. Tiba-tiba Morin sudah berada didepan Aldar, membuatnya jatuh karena terkejut.
“Kenapa kamu mengikutiku.? Tanya Morin kepada Aldar.
Aldar bangun dari tanah seraya membersihkan pakaiannya dari debu. “Aku hanya mau bertanya kepadamu, aku dengar kamu menyebutkan Guild dan lalu pertandingan. Apa maksudnya?”
“Dari mana asalmu, kenapa kamu bertanya hal seperti?” Morin meninggalkan Aldar tanpa menjawab rasa penasarannya.
“Hey, Aldar, apa yang kamu lakukan disini.” Lucy datang menghampiri Aldar.
“Lucy, apa itu Guild? Lalu pertandingan yang dimaksudkan?”, Aldar mencoba bertanya ke Lucy untuk menjawab rasa penasarannya.
“Aku lupa memberitahumu, Aldar. Guild adalah tempat berkumpulnya para penyihir, bisa dibilang serikat penyihir. Dan sepertinya sekarang ada pertandingan antar Guild untuk memperebutkan gelar Guild terhebat di kota ini”.
“Itu terdengar menarik, kalau begitu ayo kita menonton pertandingan itu.”
Lucy mengajak Aldar untuk melihat pertarungan sihir yang diadakan setahun sekali di kota Avaloria.
Ramainya para penonton sampai membuat stadion penuh. Aldar yang baru pertama kali melihat pertarungan sihir merasa terpana. Penyihir dari masing-masing Guild bertarung sama lain untuk meraih juara.
“Diluar sana masih banyak orang-orang kuat,Lucy." Ujar Aldar kagum. Lucy yang masih melihat Aldar terpana, tidak menjawab.
Setelah selesai melihat pertarungan sihir,mereka berjalan menuju lorong keluar arena pertandingan, tanpa disengaja Aldar bertabrakan dengan seseorang.
“Maafkan aku, aku tidak sengaja,” ucap Aldar dengan wajah yang dipenuhi rasa sesal kepada pria yang ditabraknya.
“Hey, Kamu kalau jalan pakai mata, kamu…” ocehan dari lelaki tersebut terhenti ketika dia membalikkan badannya.
“Aldar, kamukah itu. Ternyata kamu masih hidup,” ternyata lelaki itu adalah Gary.
Mendengar suara Gary, Aldar merasa jantungnya berdegup kencang, dan ekspresi wajahnya berubah menjadi campuran antara terkejut, kebingungan, dan kemarahan yang tumbuh perlahan di matanya.
Matanya beradu dengan Gary, mengisyaratkan akan terjadi pertempuran di antara keduanya. "Tatapanmu semakin tajam, Aldar," kata Gary, mendekati Aldar yang memancarkan aura kebencian. “Orang lemah sepertimu tidak pantas berada di sini, sebaiknya kamu menghilang seperti ibu dan adikmu,” bisik Gary dengan nada meremehkan kepada Aldar. Aldar menahan amarahnya, namun api kemarahan tampak membara di matanya. Aldar merasa marah mendengar perkataan Gary, hendak mengeluarkan sihirnya, namun tangan Lucy yang tiba-tiba menahannya. Aldar berjuang untuk menahan diri, menyadari bahwa kekuatan sihirnya bisa memicu bencana di tempat itu. “Maafkan pengikutku tuan karena telah menabrakmu,” ucap Lucy, tetapi ada ketegangan yang terabaikan di balik senyumnya. “Lucy? Bukankah kamu Lucy, penyihir yang terkenal itu,” ucap salah satu teman Gary, kebingungan. Ekspresi wajahnya mengisyaratkan ketidakpercayaan. “Kalian terlalu berlebihan, aku tidak sehebat dan seterkenal itu,” balas Lucy merendah. Gary
"Hidupmu adalah keputusanmu, aku tidak berhak mencampurinya," ucap Lucy dengan suara lembut, tetapi penuh dengan kebijaksanaan yang dalam.Aldar mengangguk perlahan, ekspresinya mencerminkan keraguan dan kegelisahan. "Aku mengerti, hanya saja...""Kamu tenang saja, kamu akan tetap menjadi muridku, Aldar," tambah Lucy, tangannya menepuk lembut bahu Aldar, memberikan dukungan yang tulus."Terima kasih untuk segalanya, Lucy. Tapi aku masih butuh bantuanmu, aku tidak tahu guild mana yang harus ku masuki," Aldar berkata dengan suara terbata-bata. “Darian Swift adalah teman lamaku, dia master di guild Arden Tall. Aku rasa kamu akan nyaman disana," ujar Lucy, matanya bersinar dengan keyakinan yang mendalam.“Arden Tall...," gumam Aldar, merenung sejenak, ekspresinya berubah menjadi lebih terbuka dan optimis. "Terdengar bersahabat. Aku mengikuti saranmu, Lucy.""Baiklah, besok kita akan kesana," kata Lucy, senyumnya hangat, membawa kedamaian pada Aldar yang gelisah.***Mereka tiba di Arden
Darian dan Lucy, dua pengembara yang tidak pernah lelah menjelajahi dunia demi mencari tingkat sihir yang sejati. Namun, bagi Darian, esensi sejati dari sihir adalah kebersamaan dengan keluarganya. "Kekuatan sejati terletak pada perlindungan yang diberikan kepada orang-orang tercinta, karena itulah yang menghasilkan kekuatan sihir yang sejati," ucapnya tulus kepada Lucy. Akhirnya, setelah serangkaian petualangan, Darian membuat keputusan besar untuk bergabung dengan Guild, tempat di mana ia berharap menemukan arah yang lebih jelas bagi dirinya. Sementara itu, Lucy tetap setia pada panggilan petualangannya yang belum selesai, mencari makna yang belum ditemukan di luar sana. Dan kini, setelah perjalanan panjang, Darian telah mencapai puncaknya sebagai Master Arden Tall. Kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh para pemimpin sebelumnya tidak sia-sia, karena jiwa Arden yang kuat telah membimbingnya melalui setiap langkah perjalanan hidupnya.”Darian menyambut Lucy dengan senyuman hanga
Setelah Morin dan Aldar mengobrol sebentar, mereka memutuskan untuk bergabung dengan beberapa teman mereka untuk berlatih sihir di lapangan terbuka. Sinar matahari terik menyinari mereka sementara mereka mengarahkan energi sihir mereka ke target-target yang telah mereka tentukan."Kamu sudah semakin mahir dalam mengendalikan sihir, Aldar," ujar salah satu teman mereka, seorang penyihir bernama Elara. "Saya bahkan harus mengakui bahwa kamu mungkin sudah melebihi saya dalam beberapa aspek.""Aku pasti tidak bisa sampai sejauh ini tanpa bantuan kalian semua," jawab Aldar sambil tersenyum. "Dan tentu saja, tanpa bimbingan dari Master Darian."Sementara itu, di sudut lapangan, Darian sedang duduk dengan tenang, memperhatikan anak-anaknya berlatih. Meskipun kelihatannya seperti dia hanya duduk diam, tetapi ada aura kebijaksanaan dan pengawasan yang tak terbantahkan di sekitarnya."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Darian tiba-tiba, membuat semua orang berhenti berlatih dan memperhatik
Suara yang tiba-tiba menggema membuat Aldar dan Darian terkejut. Dengan cepat, keduanya melihat ke sekeliling, mencari sumber suara yang tak biasa itu. "Jangan mengalihkan perhatianmu, Master?" ucap Aldar dengan nada tegang.Darian mengangguk, ekspresinya penuh perhatian. "Anak nakal itu akhirnya pulang juga," gumamnya serius. "Ayo lanjutkan, Master. Aku belum kalah!" teriak Aldar, semangatnya masih membara.Namun, Darian dengan lembut menolak, "Maafkan aku, Aldar. Kamu sudah kalah. Kamu tidak bisa melanjutkan pertarungan sihir."Aldar menyerap energi alam, bersiap untuk mengeluarkan napas naga, namun sebelum ia bisa melakukannya, Darian menyerang dengan serangan petirnya. Kilatan cahaya menyambar Aldar, membuatnya gagal mengeluarkan napas api.Aldar merasa kecewa pada dirinya sendiri, dan kekecewaan itu semakin dalam ketika Darian meninggalkannya begitu saja, membiarkannya terdampar dalam keputusasaan.Tiba-tiba, dari kejauhan, terlihat sesuatu yang mengejutkan. Sebuah awan besar yan
“Azurael?” Darian terkejut mendengar penjelasan dari Aron, “Azurael hanya cerita legenda, bahkan kebenarannya pun belum tentu benar.”“Aku mengerti keraguanmu, Master. Tapi aku menemukan buku kuno yang menjelaskan keberadaan Azurael Dewa yang terkutuk.”Aron memberikan Darian sebuah buku sejarah kuno, disana dijelaskan awal kemunculan Azurael ke bumi. Azurael adalah dewa penyihir yang terkutuk, awal kemunculannya di Bumi terjadi dalam sebuah kejadian mistis yang dipercaya oleh banyak orang sebagai pertanda kehancuran. Konon, Azurael pertama kali muncul di sebuah ritual kuno yang dipraktikkan oleh para penyihir kuno untuk memperoleh kekuatan tak terbatas. Namun, ritual itu tidak berjalan sesuai rencana, dan kehadiran Azurael membawa malapetaka bagi dunia.Kemunculan Azurael ditandai dengan fenomena alam yang aneh, seperti badai gelap dan gemuruh yang menakutkan. Kehadirannya membawa ketakutan dan kekacauan di seluruh negeri, dan orang-orang memandangnya sebagai lambang kekuatan gelap
Darian memperhatikan dengan cemas saat Aldar menantang Aron untuk bertarung. Dia menyadari betapa pentingnya pertarungan ini bagi Aldar. "Kuberikan kamu waktu dua hari untuk bersiap," ujar Aron.Tanpa berkata apa-apa, Aldar meninggalkan ruangan, siap untuk menghadapi pertarungan tersebut. Selama dua hari berikutnya, Aldar berlatih dengan tekun. Dia hampir tidak pernah istirahat demi mengalahkan Aron, penyihir terkuat nomor dua di Arden Tall.Para teman Aldar takjub melihat kesungguhan dan ketekunan latihannya, meskipun mereka tidak tahu alasan sebenarnya Aldar mengikuti pertarungan sihir tersebut. "Aldar, kamu berlatih dengan sangat keras," ucap Morin, salah satu temannya, yang sedang memperhatikan Aldar berlatih.Aldar yang hampir kehabisan tenaga tidak menjawab, fokus pada upayanya memperkuat kemampuan sihir api dan fisiknya. Tiba-tiba, Aldar jatuh ke tanah karena kelelahan. Latihan keras yang dilakukannya telah menguras semua energinya."Sepertinya kamu sudah mencapai batasmu, Alda
Dengan mata berkaca-kaca, Darian memperhatikan pertarungan yang semakin intens. Hatinya berdegup kencang, lalu dia mengisyaratkan kepada Aron untuk menghentikan pertarungan. Akan tetapi, Aldar berusaha bangkit meskipun tubuhnya terasa remuk oleh serangan-serangan Aron. Dia mencoba mengumpulkan sisa-sisa energi yang tersisa dalam dirinya untuk melawan, namun kekuatannya semakin melemah.Para penonton, termasuk teman-teman Aldar, menatap dengan ketegangan yang tak terkatakan. Mereka merasa tidak kuasa melihat Aldar menderita begitu hebat di tangan Aron.Namun, tiba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Saat Aron hendak memberikan pukulan terakhir yang akan mengakhiri pertarungan, Aldar tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Matanya yang tadinya redup mulai bersinar dengan keberanian yang baru.Dengan kekuatan terakhir yang dimilikinya, Aldar mengumpulkan sisa-sisa energinya dan melancarkan serangan terakhirnya. Dengan kejutan yang tak terduga, serangan terakhir Aldar malah