Terimakasih untuk semau readers yang sudah mengikuti Evellyn Arkan hingga bab ini. sehat dan bahagia untuk kalian semua para reader.
Bab. 124 "Kira-kira kita kasih hadiah apa untuk Azalea, Mas?" tanya Evellyn, dia bersandar di dada bidang lelaki tampannya. "Aku juga gak tau, kamu pilih 'lah," ujar Arkan. "Apa ya?" pikiran Evellyn berkelana. "Jahilin Azalea yuk, Mas," ucap Evellyn. "Jangan... Kamu jahilin aku aja." Arkan menarik tangan Evellyn dan menempelkan pada benda yang selalu membuat Evellyn berteriak nikmat. Iisshhh.... Evellyn menarik tangannya, tetapi di tahan oleh Arkan. Bibir Arkan melengkung ke atas melihat Evellyn berusaha menarik tangan tetapi tak berhasil. "Aahhh... Pasrah aja deh, silahkan, Tuan," Evellyn langsung naik ke atas tubuh suaminya. Dan Arkan tertawa renyah. Bahagia punya istri yang penurut. Akhirnya mereka mengarungi surga dunia, tetapi ketika Arkan dan Evellyn hampir mencapai puncak tangisan El terdengar. El yang tidur di dalam box terbangun. Membuyarkan kenikmatan yang hampir mereka rengkuh. "Sayang, El bangun, udah dulu nanti sambung lagi." Evellyn mendorong tubuh lelakiny
Bab 125"Carla what are you doing?" tanya Ivan kikuk, karna Azalea melihat dengan tatapan membunuh. "Ketemu di sini, mau ke mana?" Carla melirik pada Azalea. "Rupanya udah punya yang baru makanya gak pernah berkunjung lagi?" tanya Carla tanpa tedeng aling-aling. "Kenalin ini, calon istriku," Ivan memperkenalkan Azalea, yang sejak tadi diam mematung. "Carla." Carla menyodorkan tangan, tetapi Azlaea tak menanggapi. Gadis blasteran ini pergi meninggalkan Ivan masuk ke dalam mobil."Carla jangan begini, mulai hari ini dan kapan pun, anggap kita tidak kenal, Carla!?" ucap Ivan tegas."Tapi kamu sudah janji, akan mengeluarkan aku dari tempat itu," tagih Carla. "Sedang aku pikirkan, akan sulit karna kamu tak memiliki kemampuan apapun, nanti setelah kamu keluar, kamu musti bekerja di mana sedang aku pikirkan," jawab Ivan gelisah, pasalnya Azalea sudah menunggu di dalam mobil. "Aku tinggal dulu," Ivan menuju mobil. "Sudah temu kangennya?" tanya Azalea dengan raut kesal. Ivan tersenyum
Bab 126 Deg .... Aryanti berjalan lamban menuju wastafel. Kelopak matanya memejam beberapa saat, menetralkan detak jantung yang tiba-tiba berdenyut. "Kenapa? Aku salah berucap ya? Maaf ya, tak usah dipikirkan masalah anak. Nanti kalo sudah waktunya juga pasti diberi!" Ervan mengelus wajah ayu Aryanti. Wanita ayu ini hanya mengangguk. Tersenyum walau di paksa. Ervan melihat jelas ada beban yang di sembunyikan Aryanti. Netra lelaki tampan ini menyorot jalanan yang padat merayap, setiap pagi beginilah situasi kota Jakarta. Apakah kamu menyembunyikan suatu rahasia lagi Ar? Pertanyaan bersarang di kepala lelaki tampan ini. Kenapa kamu penuh rahasia Ar? Jikapun kamu jujur aku pasti akan mengerti keadaanmu, aku mencintaimu tulus Ar, guman Ervan. Walau netranya fokus pada jalanan, tetapi pikirannya berkelana. "Ada apa denganmu?" tanya Arkan saat keluar dari dalam mobil. Melihat Ervan menyambut dengan tak bergairah. "Ribut lagi? Tak usah di pikirkan, itu bumbu rumah tangga," mere
Bab 127"Ar, mulai saat ini ibadah jangan di tinggal, ya," Ervan mengecup puncak kepala Aryanti setelah mereka selesai beribadah bersama. Aryanti mengangguk, setelah beribadah memang hatinya terasa tentram, jiwanya tenang. Sedikit demi sedikit dia bisa melupakan masa kelamnya. Ervan memberikan cinta dengan sepenuh hati. Tetapi apakah cinta Ervan tak akan berkurang jika lelaki tampan ini tau jika rahimku bermasalah, 'pikir Aryanti. Aryanti terus bermunajat pada Tuhan sang pencipta kehidupan. Memasrahkan diri, entah apa yang nanti terjadi, akan dia hadapi. Setelah melakukan ibadah menjelang tidur Ervan mengajak Aryanti tidur. "Ar, jika kamu punya beban yang ingin kamu keluarkan, keluarkanlah," Ervan menatap lekat netra indah Aryanti. Wanita ayu ini tak dapat beradu tatap dengan netra lelaki tampannya. Dia mengalihkan pandangan. "Udah yuk tidur, besok tugasku padat, soalnya tadi banyak pasien yang di cancel." Ervan tak lagi membahas, dia pun Membaringkan tubuh di sebelah Aryanti
Bab 128."Kakak ngado apa?" tanya Azalea penuh selidik. "Buka aja. Pasti bikin kalian senang," ucap Evellyn pelan, walau pelan, tetap kedua pria ini mendengar. Arkan mengernyit, bertanya lewat pandangan mata, kado apa yang diberi? "Udah gak usah kepo," ujar Evellyn pada Arkan. Mereka tertawa. Ervan pun hadir bersama Aryanti. Tak ketinggalan Aksara dan juga Indah hadir di sana. Ternyata perusahaan yang dipimpin Aksara memiliki kerjasama dengan perusahaan yang dikelola Ivander.Mereka reuni di tempat pernikahan Azlaea. Tamu-tamu undangan eksekutif berdatangan. Banyak juga kolega yang Arkan kenal. Aryanti, Indah juga Evellyn bercengkrama. Tak ada lagi rasa cemburu di hati Aryanti pada Indah. Toh Indah kini memiliki hubungan dengan Aksara, 'pikir Aryanti. "Mau cemilan apa? Aku ambilin," tanya Aryanti pada kedua teman bicaranya. "Apa aja 'lah," jawab Evelly. "Aku mager buat bangun, Dok. Sorry ya," kekeh Evellyn. "It's oke." Aryanti menautkan jari jempol dan telunjuk.Indah masih s
Bab 129.Sepasang pengantin sudah berada di dalam kamar. Azalea sengaja membawa bungkusan kado yang diberikan Evellyn. Dia begitu penasaran apa isi kado yang diberikan mantan kaka madunya itu. Gadis blasteran ini sudah berada di atas ranjang. Tangannya lihai membuka kotak berbungkus kertas koda motif bunga tulip. Ivander masih di dalam kamar mandi, membersihkan diri. Azalea terlihat kesulitan membuka bungkus. Dia foto kado yang masih tergeletak. [Kak susah di buka]. Send.Tak berapa lama notif pesan masuk. [Berusaha dong].Berikutnya emot menangis yang gadis blasteran ini berikan. Ivander keluar hanya dengan melilitkan handuk di pinggang, membuat Azalea tercekat. Gadis ini memalingkan muka, lalu merebahkan tubuh membelakangi Ivander. "Kok gak jadi di buka?" tanya Ivander saat melihat bungkus kado masih tergeletak di atas tempat tidur. "Susah gak,bisa di buka," suara Azalea terdengar kesal. Ivander mencari sesuatu untuk membuka kotak kado yang dibungkus lakban. Lelaki bule ini
Bab 1 : pertemuan. “Ada apa ini!!” Evellyn terburu turun dari mobilnya, menghampiri beberapa orang berbadan besar yang terlihat sangar sedang mengintimidasi ibunya di depan pintu rumah. Para pria berbadan besar dan berkulit hitam menoleh ke sumber suara. “Kami mencari keberadaan Pak Dani Sudrajat. Kami sudah mencari di kantornya, tapi nggak ketemu.”“Ayah saya sedang keluar kota, kalau beliau pulang, nanti saya sampaikan kalau kalian mencari, semua kewajiban akan kami selesaikan dengan segera,” ucap Evellyn tegas pada deptcolector. “Pak Dani Sudah menunggak kewajiban beberapa bulan, kalau nggak segera diselesaikan, segala agunan akan kami sita. Bahkan rumah ini pun sudah menjadi agunan. Kalian bersiaplah untuk segera mengosongkan rumah,” seru deptcolector berbicara dengan nada ketus tak ramah. Tanpa menunggu jawaban dari Evellyn, beberapa pria berperawakan seram itu meninggalkan kediamannya.“Apa yang terjadi Eve? Kenapa dengan perusahaan Ayah?” tanya Ibu meminta penjelasan kepad
Bab 2. Tanda tangan kontrak. “Hallo Nona.” Ervan mengulurkan tangan ingin menjabat tangan. Namun ditolak. Evellyn hanya menangkupkan tangan di dada dan menganggukkan kepala. Ervan tersenyum, masih ada cewe begini, di jaman yang sudah seperti ini pikirnya. Dia duduk menghadap Evellyn. “Nona silahkan pesan makanan yang kau suka. Sebelum kita memulai pembicaraan kita,” ucap Ervan ramah. “Maaf saya datang ke sini bukan untuk makan, jangan buang waktu saya. Karna beberapa hari ini jadwal saya padat,” ucap Evellyn tanpa ragu. “Upsss. Maaf Nona, baiklah, perkanalkan saya Ervan Attarazka.” Ervan mengutarakan maksud mengundang Evellyn. Dia siap membantu memulihkan perusahaan ayahnya. Asalkan Evellyn mau mengikuti apa keinginannya. “Tuan pernikahan itu sakral, tak bisa dibuat main-main, anda salah orang!” ucap Evelyn. Ia mengangkat tubuhnya, berniat pergi meninggalkan meja. “Tunggu Nona, saya hanya memberi panawaran sekali ini. Ingat ayah ibu dan adik-adik anda yang sedang membutuhkan