Setelah pertengkarannya dengan Cataline, Rich tidak pulang ke rumah. Pria itu memilih bermalam di sebuah hotel untuk menenangkan diri dari semua masalah yang mengganggunya. Dia tak ingin pergi ke vila, sebab tak mau menambah masalah jika Cataline tahu dia tinggal bersama Jovanka.Siang itu ada meeting dengan Bastian, membahas cabang perusahaan baru yang akan segera dibuka di luar kota. Sebastian menunjukkan semua laporan, tetapi Rich hanya diam tanpa tanggapan. Sebastian tahu ada yang tidak beres dengan sahabatnya, tak biasanya Rich tidak fokus seperti ini."Rapat ditutup, akan kita bicarakan di pertemuan selanjutnya." Bastian menutup rapat itu segera.Setelah memastikan semua orang keluar dari ruang rapat, Sebastian menatap Rich serius. "Ada apa kali ini? Semua orang bersemangat dengan cabang perusahaanmu, tapi kau seperti tidak memiliki gairah. Ada masalah yang baru?" Bastian membuka perbincangan.Rich melirik sekejap, kemudian dia letakkan punggung pada sandaran tempat duduknya. P
Rich memarkir mobilnya sembarangan dan langsung turun mencari Jovanka. Dia berbaur dengan para mahasiswa di lapangan kampus, mencari gadis itu di antara mereka. Tapi sampai lelah, Rich tak juga menemukan sosok yang sedang dicarinya. Segera dia menghubungi sopir pribadi yang ditugaskan mengantar jemput Jovanka, untuk memastikan apakah gadis itu sudah keluar dari kampus. "Di mana Jovanka, dia sudah bersamamu?" tanya Rich tak sabar. "Tuan, Nona Jovanka pergi ke kafe seberang jalan bersama istri Anda. Aku tidak diizinkan mendekat, Nyonya Cataline membawa beberapa orang dengannya. Apakah Cataline sudah gila? Terang-terangan dia menemui Jovanka bahkan membawa beberapa orang. Jangan bilang dia berencana untuk menculik Jovanka. Sedang di dalam kafe itu Jovanka masih duduk terdiam, mendengarkan setiap perkataan Cataline tentang rencana aborsi. Mengakhiri kontrak sampai semua selesai ada harapan Jovanka. Dia sudah mendapatkan beasiswa dari kampus, juga uang yang diberikan pasangan itu bah
Ketika Jovanka berlari, orang-orang yang Cataline suruh pun langsung bergerak. Mereka berpencar untuk meringkus gadis itu, membuat Jovanka menjadi takut. Dia tak boleh tertangkap atau janin di dalam perutnya akan diaborsi."Tangkap gadis itu, Bodoh!" Cataline terus berteriak sampai orang-orangnya berhasil mengepung Jovanka. Gadis itu ketakutan, sekarang dia berada di dalam lingkaran yang diciptakan enam pria suruhan Cataline."Nyonya, jangan seperti ini. Suami Anda akan marah jika sesuatu terjadi pada janin ini, dia sangat mengharapkannya," kata Jovanka menyadarkan Cataline.Raut ketakutan tergambar jelas di wajah Jovanka, saat salah satu dari mereka maju untuk menangkapnya. Dia menatap Cataline sangat mengiba, berharap wanita itu sadar bahwa janin yang akan digugurkan ini adalah darah dagingnya sendiri. "Tapi aku tidak mengharapkannya. Cepat bawa dia ke mobil sekarang!" Itulah jawaban yang keluar dari mulut wanita di depan sana, membuat Jovanka tak percaya. Pandangannya mengabur
"Kau tak mengapa?"Rich bertanya begitu dia tiba di mobil, dia duduk di sebelah asisten yang menyupir mobilnya. Jovanka menggeleng cepat dan matanya sibuk melihat ke luar sana. Pria itu mengikuti arah pandangan Jovanka dan dia mengalihkan wajahnya ke depan. "Jalan, Ken," kata Rich, mengabaikan apa yang barusan dia lihat.Di luar sana terlihat Cataline berlari. Kakinya tak mengenakan alas seperti orang yang sangat putus asa. Jovanka menjadi sungkan, dia berpikir pasangan suami istri itu pasti baru saja berdebat, sehingga Cataline mengejar suaminya."Tuan, Nyonya Cataline ada di sana, kita tak boleh meninggalkannya," kata Jovanka.Tapi Rich mengabaikan perkataan Jovanka, memilih fokus menatap ke depan.Berpikir pria itu mungkin tak mendengar, Jovanka sedikit maju agar suaranya terdengar oleh Rich, dia mengulangi perkataannya lagi."Tuan, istri Anda mengejar mobil. Apa pun masalah kalian, Anda tak boleh meninggalkannya begiu saja-""Diam lah, Jovanka!" bentak Rich keras. "Jangan berpik
Ya. Rich pasti tengah bercanda atau sedang menguji Jovanka. Baru berapa hari yang lalu pria itu mempertanyakan kembali tentang tuduhan Cataline yang mengatakan Jovanka memasuki kamar tidur mereka. Rich pasti belum bisa mempercayai semua penjelasan Jovanka saat itu, sehingga dia menguji seperti ini. Mungkin, Rich berpikir Jovanka akan langsung menunjukkan wajah senang, merasa dirinya sudah berhasil merayu pria itu. Jika benar seperti itu, Rich salah besar. Jovanka sama sekali tidak menunjukkan wajah bahagia, justru dia merasa seperti orang bodoh."Hahaha!" Gadis itu tertawa terbahak-bahak, bahkan air matanya ikut keluar oleh tawa keras yang keluar dari mulutnya."Tuan Cullen, jika Anda bercanda, sungguh itu tidak lucu. Dan jika pun Anda serius mengatakannya, aku tidak tertarik sama sekali. Setelah bayi ini lahir, aku akan pergi dan kita tak punya urusan lagi. Bahkan menjadi baby sitter sekali pun aku tidak akan mau mengurus bayi Anda."Jovanka membalikkan kalimat yang pernah Rich kat
"Nona Jovanka, jangan membuat Tuan Rich marah. Masuk lah ke dalam dan biarkan bunga-bunga itu."Seperti yang Rich katakan, Ken tidak lagi ikut ke kantor menemani tuannya. Mulai hari ini dia ditugaskan menjaga Jovanka mulai berangkat ke kampus sampai gadis itu kembali ke vila lagi. Ken pikir pekerjaannya akan menjadi ringan, ternyata gadis di depannya juga sangat merepotkan."Nona Jovanka, tolong dengarkan perkataanku," ulang Ken, dan hanya dilirik oleh gadis itu."Tenanglah, Tuan Kendrick, ini hanya sebentar. Aku akan masuk begitu selesai dengan bunga-bunga ini, mereka sangat menyedihkan."Menyedihkan? Ya, sejak tadi itu lah yang Jovanka katakan. Bunga-bunga yang tidak terurus di pinggiran pagar dia anggap kasihan, karena tidak tumbuh subur seperti yang lainnya. Dan satu lagi, setiap kali Jovanka selalu memanggilnya dengan sebutan tuan, membuat Ken tidak nyaman."Aku akan memanggil tukang kebun esok, Anda tak perlu melakukannya. Ingat pesan Tuan Rich, Anda harus menjaga bayi itu baik
"Jovanka, hei, aku tidak bermaksud begitu."Rich mengikuti Jovanka dari belakang, berbicara di belakang gadis itu. Dia sudah salah bicara dan membuat Jovanka tersinggung. Tapi, Jovanka tidak mengatakan apa pun dan masuk masuk ke dalam vila, mengabaikan Rich di belakangnya."Jovanka... ayolah, jangan hanya diam. Katakan kau sudah tak marah, aku salah bicara," kata Rich lagi, mengikutinya sampai ke depan pintu kamar.Gadis itu berhenti, melihat ke belakang dan berkata, "Aku akan masuk, Tuan, jangan mengikutiku.""Tapi masalah kita belum selesai, Jovanka. Kau tidak boleh pergi sebelum menyelesaikan masalah."Jovanka tanpa ekspresi pun menjawab, "Kita tak ada masalah, Anda yang berlebihan."Dia masuk dan menghilang dari pandangan, begitu pintunya kembali tertutup."Hei, kenapa sesulit itu dia mengerti?" Kesal Rich tak dipikirkan oleh Jovanka, hanya peduli dengan kesalnya sendiri. Padahal seharusnya Rich lah yang marah karena gadis itu melakukan sesuatu yang... bisa membahayakan janin di
Tidak. Tidak. Meski pun pria itu memiliki saudara kembar, tidak mungkin datang ke depan Jovanka untuk meminta maaf. Pria itu tentulah Rich.Gila. Yang pertama kali muncul di benak Jovanka adalah menduga Rich mungkin mulai gila, karena masalah yang dihadapinya dengan Cataline. Bisa saja begitu, kan?Lihatlah, Rich masih berlutut di depan Jovanka dengan buket yang tadi dibawa pria itu, dia menatap Jovanka lama sampai gadis itu merasa dirinya pun akan ikut gila sekarang."Tuan Cullen, apa yang Anda lakukan? Ini tidak lucu, tolong berdiri lah," kata Jovanka kemudian, melihat Rich yang masih tetap berdiri."Aku tidak akan berdiri sebelum kau memaafkanku, Jovanka." Rich memasang wajah memelas, sungguh membuat Jovanka semakin bingung."Kenapa Anda meminta maaf? Berdiri lah, jangan membuat aku dalam keadaan sungkan."Melihatnya tak kunjung berdiri, Jovanka berinisiatif membantu Rich berdiri. Dia pegang lengan pria itu agar tidak terus berlutut di depannya. "Tolong lah berdiri, Tuan, tubuh An