Share

Bab 4

Nada menelan berat salivanya sendiri sambil sekali lagi melirik Ethan yang memakai wewangian di depan kaca rias kamar itu. Bagian atasnya yang bertelanjang membuat Nada jadi salah tingkah dan bingung bagaimana berbuat.

“Nada?” panggil Ethan heran dengan pandangan Nada dan menyudahi pemakaian colognenya di dekat leher.

“Ehem! Tidak,” geleng Nada menolehkan pandangan ke arah lain dan berpura-pura bersikap tenang. Meskipun begitu, tingkahnya yang gugup tentu saja disadari oleh Ethan sehingga pria itu tersenyum kecil.

Nada pun mencari-cari pembahasan apa yang sebelumnya sempat dipikirkannya, namun terhenti dan buyar karena melihat tubuh seksi Ethan. Nah, sekarang dia ingat harus membahas apa dengan pria itu.

“Ethan,” panggil Nada. Dia membiarkan Ethan mendekatinya di ranjang. Namun, dia bingung bagaimana memulai percakapan di antara mereka.

“Hemmm.” Ethan duduk di ranjang dengan menyisakan sedikit jarak di antara mereka.

“Em … ini soal pernikahan itu,” sahut Nada sambil mengulumkan bibirnya.

“Ah, ya.” Ethan dengan cepat merespon. “Aku tau,” selanya. “Aku tau kamu sebetulnya keberatan dengan sebuah pernikahan.”

“Bukan. Bukan itu maksudku,” sanggah Nada menggerakkan tangan mengelak. “Aku hanya belum siap untuk itu. Kamu tau, sejak dulu aku ingin menikah dengan pria yang tepat untukku,” jujurnya. Pembelaan terhadap keyakinannya kuat dan meyakinkan.

“Lalu, kamu sama sekali tidak ingin menikah denganku?” Ethan menautkan alisnya.

“Tidak juga.” Lagi-lagi Nada membantah dengan cuek. Entahlah, perasaannya saat ini benar-benar campur aduk. “Kamu tau, aku tipe orang yang tidak mau terburu-buru mencari alasan untuk menolak pernikahan. Aku hanya … ya, begitulah. Masih ragu akan segalanya.” Suara Nada berangsur lirih.

Ethan yang menyimak perkataan Nada pun berganti mengulum bibirnya. Sedikit banyak, pria itu kini tau dan bisa merasakan kegelisahaan Nada, terutama dari gerakan gugupnya dan pola bicaranya saat ini.

“Tapi, aku ingin mengatakan satu hal padamu, Nada, tapi kamu harus menanggapinya dengan serius,” pungkas Ethan yang masih membiarkan bagian atasnya bertelanjang dada.

“Apa itu?” Wajahnya terangkat, sorot matanya langsung menangkap netra Ethan yang menjurus padanya.

“Aku tidak membutuhkan pernikahan ini, Nada, tapi mengapa kita tidak tetap bersikap romantis satu sama lain saat berada di luar?”

Nada cukup terdiam dengan pertanyaan mendadak itu. Mengapa tiba-tiba Ethan bicara soal sandiwara romantis? Tadinya dia hanya ingin menyampaikan bahwa dia tidak bisa menjamin akan percaya diri dengan pernikahan mereka dan menerimanya dengan sepenuh hati, tapi kini lelaki itu malah tiba-tiba bicara soal sebuah kesepakatan agar mereka bisa bersandiwara menjadi sepasang suami istri yang bahagia dilihat oleh orang-orang di luar sana.

“Apa maksudmu?” Nada mengerinyitkan dahi.

“Kupikir selama ini kamu dan aku sepakat untuk saling bekerja sama, menguntungkan satu sama lain.” Ethan menaikkan bahu.

“Kupikir argumenmu tidak salah. Aku setuju dengan prinsipmu soal hubungan kita. Kita bisa bersikap romantis di depan orang-orang untuk menghilangkan kecurigaan.” Nada mengungkapkan persetujuannya.

“Tapi satu hal yang harus sama-sama saling kita batasi,” susul Ethan lagi.

“Apa itu?” Nada kembali mengerinyitkan dahi.

“Jangan mencampuri urusan pribadi masing-masing!” tekan Ethan dengan raut wajah serius dan penuh penekanan. “Aku tidak akan mengganggu kehidupan pribadimu, begitu juga kamu harus sebaliknya, mengabaikan kehidupan pribadiku. Kita hidup berdampingan, tapi memiliki batas yang harus sama-sama kita jaga.”

Nada menghembuskan napas pelan saat mendengar pernyataan dari Ethan. Dia merasa kalah, seharusnya dia duluan yang mengatakan hal itu, tapi Ethan sudah mendahuluinya. 

“Baiklah, aku merasa bahwa ide itu sama sekali tidak buruk,” tukasnya kemudian. “Aku sangat sepakat!”

“Tapi kamu mungkin masih akan tetap membutuhkan aku untuk suatu urusan privasimu,” ujar Ethan teringat akan suatu hal. Matanya menatap tubuh indah Nada dari atas sampai bawah.

“Urusan privasi, maksudmu?” Mata Nada membulat, beberapa detik kemudian mengernyit.

Ethan nyengir kecil namun itu justru membuat senyumannya begitu tampan dan menggoda. “Apakah kamu tidak ingin memenuhi kebutuhan fisikmu sebagai istriku?”

Dengan cepat tentu saja Nada mengetahui maksud dari ucapan Ethan. Pria itu bilang bahwa kebutuhannya sebagai wanita serta istri yang pasti ingin dinafkahi lahir dan batin layaknya pasangan suami istri lainnya.

Begitu tau maksud dari Ethan, mendadak pipi Nada muncul semburat merah yang entah berasal dari mana. Wanita itu menoleh ke arah lain sambil menempelkan punggung tangannya pada pipi, mengecek seberapa panas wajahnya saat ini, saat Ethan bertanya lagi sambil mendekatkan tubuhnya.

Ethan yang melihat wajah Nada begitu merah kini mengulas cengiran kecil di bibirnya. Baginya saat ini Nada benar-benar menggemaskan, lucu dan ternyata asik untuk digoda.

“Aku tentu saja bisa memuaskanmu kalau kamu mau dan mengizinkannya, Nada,” tukas Ethan dengan suara lirih menggoda. “Meskipun kita tidak benar-benar menikah, namun aku tentu saja akan memenuhi tugasku sebagai suami dalam hal memuaskanmu, Nada.” Suaranya semakin lirih penuh goda.

Usai mendekat pada Nada, Ethan langsung meraih tangannya dan menggenggam tangan Nada dengan lembut. Ditatapnya mata Nada dengan lekat mendalam, kemudian dia mulai membuka mulutnya dengan satu kalimat paling mujarab sepanjang zaman. 

“Kamu akan merasakan malam-malam terindah yang tidak pernah kamu rasakan sebelum ini.”

Nada terperangah hingga lidahnya terasa kelu, ingin merespon dengan perkataan apa. Astaga, lihatlah! Sekarang Ethan sudah secara terang-terangan membicarakan perkara intim itu yang sebenarnya sudah menjadi sebuah tanda tanya bagi Nada sejak awal, namun sekarang dirinya mendengar langsung dan mengalami semuanya menjadi kenyataan.

Jujur saja, Nada mewajari dan sudah menduga kemungkinan ini. Sebuah pernikahan tidak akan lengkap tanpa yang namanya hubungan suami istri. Diliriknya lagi tubuh Ethan yang semakin mempesona. Wangi parfum yang dikenakan pria itu mendominasi penciuman Nada saat ini karena jarak mereka berdua sekarang menjadi begitu dekat

“Bagaimana? Kita pakai konsep memberi dan menerima? Kalau kamu setuju, kita berdua akan saling melayani satu sama lain,” ungkit Ethan lagi. Sekali lagi pria itu menunjukkan wajah penuh goda.

Setelah berpikir sejenak dan menimbang, Nada pun tetap menolak disentuh oleh pria itu, apalagi berhubungan suami istri dengannya. Nada tidak berniat menerima penawaran Ethan soal yang satu itu.

“Tidak, aku tetap tidak akan mau hubungan semacam itu ada di antara kita,” tegasnya. “Jadi sebaiknya kamu harus menyerah!”

“Hmm ….” Ethan mengelus-elus dagunya. Mendadak dia jadi ingat akan desas desus tentang pesta gila yang diikuti oleh Nada. “Jangan sok suci, Nada! Kamu jangan mencoba menipu Aku!”

Nada terperanjat, matanya membulat menatap kaget Ethan yang mulai melihatnya dengan sedikit tatapan mencibir.

“Astaga … tidak,” geleng Nada cepat. “Justru aku sangat menghargaimu. Untuk apa aku menipumu dan atas dasar apa? Aku tidak punya.” Nada kembali menggerakan tangan untuk mendukung penjelasannya.

Ethan masih menyipitkan matanya karena dia jadi semakin menaruh kecurigaan pada Nada. Keduanya saling diam untuk beberapa saat dalam suasana canggung.

“Sudahlah, yang penting aku berjanji akan memenuhi tugasku sebagai istrimu,” potong Nada. “Tapi ingat kesepakatan kita, kamu tidak boleh ikut campur atas kehidupanku!”

Ethan mengangguk mengonfirmasikan bahwa dia setuju, tapi pikirannya kini tengah sibuk dengan sebuah anggapan yang tiba-tiba muncul di otaknya. 

“Nada,” panggilnya dengan nada yang berbeda.

“Apa lagi?” jawabnya dengan gerakan wajah meliaht Ethan dan mata mereka langsung bertemu.

“Jawab dengan cepat! Apakah kamu benar-benar putri sulung dari keluarga Vincent?” tanya Ethan dengan mata menyelidik dan menuntut jawaban jujur Nada.

“Astaga! Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu, Ethan?” Nada hampir tidak dapat merespon saking kagetnya.

Ethan tidak peduli dan dia tetap ingin terus menyerang. “Kamu sebenarnya bukan putri sulung keluarga itu, bukan?” Sekali lagi mata Ethan menuntut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status