Share

Rentenir Datang Lagi

Pria bermata musang tersebut merogoh sesuatu dari kantung celananya, dan mengeluarkan sesuatu yang sontak membuat kedua bola mata Clarissa melebar sempurna.

Dan—

Lembaran uang dengan nominal cukup tinggi di lempar dengan tidak etis ke depan wajah perempuan 23 tahun tersebut.

"Apa yang kamu lakukan?" desis Sasa tak percaya.

"Ini uang, untuk kamu dan anak itu!" ujar Anggara dengan wajah pongahnya. Seolah ingin menunjukkan pada Clarissa, jika dia bukan lagi Anggara yang dulu. Yang cuma bisa mengemis uang darinya.

Sasa hanya menatap dingin ke arah pria berkulit eksotis tersebut. Hatinya semakin meradang karena direndahkan seperti ini oleh mantan suaminya.

"Kamu bilang, selama kita menikah, aku tidak pernah bisa menafkahi kamu bukan? Jadi gunakan uang itu untuk membeli kebutuhan kalian!" Usai berkata demikian, Anggara memilih beranjak dari hadapan Clarissa. Meninggalkan perempuan itu terpaku di tempatnya dengan sorot mata yang tampak ingin membunuhnya.

Clarissa juga bisa mendengar bagaimana ayah dari bayinya itu tertawa terbahak-bahak, puas meremehkan dirinya. Begitu mobil mewah Anggara pergi, Clarissa menatap lembaran uang yang berceceran di atas tanah. Ia merasa tak sudi untuk mengambilnya, tapi— disisi lain, ia butuh uang itu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Apalagi saat ini ia belum mendapatkan pekerjaan yang cocok.

Sambil menggigit bibirnya sendiri, Clarissa mulai memunguti uang tersebut. Perasaan hancur dan sakit hati, merasa direndahkan seperti ini, tapi sekali lagi, dia tak punya pilihan. Ia harus tetap hidup dan bertahan, demi anak semata wayangnya.

***

Saat tiba di kontrakannya, Clarissa sudah disambut oleh dua orang pria berbadan kekar dengan jaket kulit yang berwajah cukup garang. Membuat perempuan itu terkejut dan penasaran kenapa dua orang itu ada di sini.

"Kalian ini siapa?" tanya perempuan berkemeja putih yang masih menggendong anaknya tersebut, ingin tahu.

"Kamu istrinya Anggara kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Clarissa, salah satu dari orang-orang itu malah balik bertanya. Dengan nada sengit dan tak bisa biasa. "Mana Anggara? Dia janji mau bayar hutang hari ini."

DEG!

Clarissa syok berat. "Apalagi ini, Ya Tuhan?" pikirnya frustrasi.

"Hutang apa? Aku tidak tahu menahu soal hutang Anggara!" jawab Sasa apa adanya. Karena memang dia benar-benar tidak tahu kalau suaminya itu memiliki hutang kepada orang lain.

"Alasan! Kamu ini istrinya! Mana mungkin kamu tidak tahu kalau Anggara tidak punya hutang?!" bentak salah satu dari mereka dengan suara yang meninggi. Membuat Clarissa tersentak kecil karenanya.

"Asal kamu tahu, Anggara punya utang 10 juta pada kami, dan dia janji akan membayarnya hari ini! Tapi dia malah menghilang dan tidak muncul," terang para pria berkulit gelap tersebut sambil menunjuk-nunjuk wajah Clarissa.

"Tapi aku sama sekali ti—"

"AAAKHH!!" Salah satu rentenir itu memotong ucapan Clarissa dan kembali berkata, "Kita tidak mau tahu, kamu harus bayar hutang Anggara! Kalau tidak kamu akan saya jebloskan ke penjara!" ancamnya dengan mata melotot, tampak tidak main-main atas perkataannya.

"Aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membayarnya, dan lagi itu urusan kalian sama Anggara. Tagih saja sama dia!"

PLAAAKK!

Kesal dengan sikap Clarissa yang berani melawannya, membuat pria berjambang itu naik pitam. Ia langsung menampar Clarissa hingga membuat wanita itu oleng dan terjatuh. Tidak hanya itu, mereka juga mengambil paksa tas milik perempuan 23 tahun tersebut dan mengacak-acak isinya. Mengambil uang Sasa dan handphone milik wanita itu.

Clarissa berusaha mengambil kembali barang miliknya, namun usahanya sia-sia karena kalah tenaga. Belum lagi bayinya yang menangis keras akibat terkejut.

"Anggap saja ini sebagai uang muka. Seminggu lagi, kami ke sini untuk mengambil uang itu. Kalau sampai uangnya tidak ada, kami bisa ambil anak kamu itu dan menjualnya ke pasar gelap!" ancam salah satu DC tersebut sambil menunjuk-nunjuk kening Sasa.

Secara reflek, wanita itu memeluk putranya sambil menggelengkan kepalanya. Tak mau anaknya diambil oleh orang-orang brengsek itu karena Anggara gagal membayar hutangnya.

Clarissa tidak tahu lagi, kenapa takdir begitu kejam untuknya. Apa belum cukup cobaan bertubi-tubi datang padanya akhir-akhir ini. Kenapa Tuhan sangat ingin menyiksanya.

Perempuan itu mencoba bangkit dan menenangkan tangis anaknya. Ini sangat sulit baginya. Bagaimana bisa dia mendapatkan banyak uang dalam waktu satu minggu. Dan ia juga tidak tahu di mana harus mencari Anggara, padahal pria itu yang harusnya bertanggungjawab atas semuanya.

Perempuan berambut sebahu itu menghapus air matanya, dan hendak masuk ke dalam saat seseorang menepuk pundaknya.

Ia berbalik, dan menemukan sosok wanita cantik dengan kulit putih dan make up yang sedikit mencolok. Clarissa memanggil wanita itu, Gita Maharani. Tetangga samping kontrakannya yang terkenal tertutup.

"Mbak, Gita? Ada perlu apa?" tanya Sasa ingin tahu. Ia mencoba untuk berbicara dengan normal walaupun ia masih merasa syok atas kejadian yang baru saja menimpanya.

"Kamu sedang butuh uang ya?" Tanpa basa-basi, perempuan bertanktop hitam dan celana pendek di atas lutut tersebut, langsung mengutarakan isi hatinya. Membuat Sasa semakin heran dengan pertanyaan tiba-tiba itu.

"Kamu butuh pekerjaan tidak? Untuk melunasi hutang-hutang suami kamu?"

"Mbak, ada lowongan pekerjaan ya?" tanya Clarissa penasaran sekaligus senang. Seandainya wanita di depannya ini punya info tentang lowongan pekerjaan yang bisa dia datangi, jelas Sasa akan sangat berterima kasih untuk hal tersebut. "Saya benar-benar butuh pekerjaan, Mbak. Barang kali Mbak bisa bantu." Clarissa sangat bersemangat. Mendadak beban di pundaknya serasa sedikit berkurang.

Wanita cantik berambut pendek itu tersenyum senang mendengar semangat seorang Clarissa. Ia memperhatikan penampilan Sasa dari atas sampai bawah. Memindainya tanpa terkecuali.

Ia melipat kedua tangannya di depan dada, merasa puas dengan penampilan Sasa. Sedikit polesan dan make up, pasti akan membuat Sasa jauh lebih cantik nantinya.

"Tapi ini pekerjaannya agak 'berat' tapi gajinya juga lumayan..." Gita menatap Sasa sekali lagi, memastikan kalau perempuan itu tidak bisa mundur atau pergi setelah ia menjelaskan apa pekerjaan yang dia maksud. "Dan lagi, ini juga harus punya penampilan menarik agar bisa bekerja di sini."

"Memang apa pekerjaannya Mbak? Kelihatannya sulit sekali persyaratannya?" Perempuan berwajah cantik itu sedikit minder dengan syarat yang Gita sampaikan. Dia tidak yakin apakah akan masuk ke salah satu syarat yang diajukan. "Soalnya aku takut tidak terima karena sudah nikah dan punya anak Mbak."

Gita tampak menimbang-nimbang. Memasang raut berpikir yang membuat Clarissa Andari merasa was-was. Tapi kemudian, ia mendekati perempuan beranak satu tersebut dan berbisik pelan di cuping telinga Clarissa.

Dan apa yang sosok bercelana pendek itu reflek membelalakkan matanya saat tahu apa pekerjaan yang Gita tawarkan padanya.

"Mbak... Bilang apa tadi?"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status