Masih teringat jelas malunya Lily saat meminta nomer hp Mona, saat itu tidak ada alasan dirinya meminta nomer Mona dan terjadi begitu saja, tapi sudut hatinya mengatakan ingin mendapatkan nomernya walaupun sampai sekarang belum menghubungi sama sekali. Menatap nomer Mona dengan tatapan tanda tanya yang masih ada didalam kepalanya, menggelengkan kepala pelan jika apa yang ada dalam pikirannya tidak benar.
“Capek.” Bella memejamkan matanya saat sudah berada di sofa “Seminggu lagi.”“Li, kamu diundang untuk ikutan olahraga panah.” Merry mendekati Lily dan tidak peduli dengan rengekan Bella “Permintaannya Lily atau Larissa, tapi Larissa sudah nolak.”“Harus, Mbak? Mbak tahu kalau aku malas ikut begituan.” Lily memastikan dengan harapan tidak terjadi.“Masalahnya yang ajak langsung orang paling penting.” Merry memberikan alasan “Aku nggak tahu bisa nolak atau nggak.”“Mending tanyakan dulu, Mbak. Kak Lily nggak akan mau lakuin begitu kalau nggak jelas.” Bella membantu Lily agar Merry menolak “Larissa juga udah nolak harusnya mbak langsung nolak juga, bos nggak pernah maksa kita loh.”“Aku tanya dulu sama Lily, kalau mau ya aku akan langsung bilang. Aku lupa kalian itu satu nggak maka yang lain juga nggak.” Merry menggelengkan kepalanya “Kalian istirahat, aku tinggal. Dua puluh menit lagi kita berangkat.”Suasana menjadi hening sepeninggal Merry, Lily mengambil ponselnya mengambil beberapa foto kedua adiknya yang dalam keadaan lelah, kegiatan mereka jika luang akan menyimpan foto yang jelek sekalipun. Larissa sibuk menatap hasil foto yang dikirim Lily ke ponselnya, Bella memilih memejamkan matanya. Dance mereka bisa dibilang tidak terlalu sulit, tapi tetap saja usia mereka sudah tidak muda lagi jadinya lebih mudah lelah.“Aku keluar dulu cari angin,” ucap Lily beranjak dari tempat duduknya.Melangkahkan kakinya keluar ruangan, kondisi diluar tidak terlalu ramai. Lily bisa melihat beberapa karyawan sibuk dengan pekerjaannya, beberapa kali menundukkan kepalanya sambil tersenyum. Langkah kakinya terhenti saat melihat artis yang disukai masyarakat karena sikap rendah hatinya, pastinya sangat disukai mamanya dan sayangnya Lily tidak mempunyai keberanian untuk mendekat.“Lily salah satu member Jobang, bukan?” sapa artis tersebut dengan ramah yang hanya diangguki sambil tersenyum “Ya ampun menggemaskan benar aslinya. Sayang, ada Lily member Jobang.”Lily akhirnya terjebak dalam interaksi dengan pasangan artis tersebut, ponselnya berbunyi dan menatap nama yang ada di layar. Berpamitan pada pasangan artis dengan tidak lupa tukar nomer ponsel, Lily melangkahkan kakinya kembali ke ruangan dimana kedua adik dan tim menunggu dirinya. Jadwal mereka selanjutnya adalah kembali ke apartemen setelah banyaknya aktivitas, kondisi badan sudah lelah dengan banyaknya gerakan.“Jalan-jalan? Ketemu Celine sama Rafa?” tanya Merry yang diangguki Lily “Mereka mau undang Jobang masuk ke acaranya, tapi belum aku jawab secara kita sibuk.”“Ok aja, Kak. Kapan lagi bisa ketemu mereka, lagian mereka memang loyal banget jadi orang.” Larissa menyahut yang diangguki Bella dan Lily.“Kita bahas ini nanti, sekarang lanjut acara berikutnya.” Merry menghentikan pembicaraan tentang undangan dari pasangan artis.Hembusan napas panjang mereka bertiga keluarkan, masuk kedalam unit masing-masing untuk istirahat. Mereka bertiga memiliki apartemen yang berdekatan unitnya, memudahkan manager untuk menjemput jika jadwal sudah padat seperti sekarang dan pastinya mereka tinggal sendiri.Lily memilih membersihkan badannya terlebih dahulu sebelum akhirnya membuka makanan yang tadi dipesan ke manager, perutnya sudah sangat lapar setelah penampilan mereka dan baru bisa menikmati makanannya sekarang. Pertemuannya dengan Mona pada saat itu hanya bertukar nomer ponsel dan sampai sekarang Lily belum menghubunginya, menatap ponsel dan mencoba mencari nama Mona di media sosial.“Mona ini bagian kesehatan di pemadam,” ucap Lily saat melihat foto di media sosial Mona “Gema disini?” mencoba melihat foto Mona dan tidak mendapatkan petunjuk sama sekali.Lily mengakui sedikit penasaran dengan Gema, hanya penasaran tidak lebih. Mereka sudah lama tidak bertemu jadi pemikiran tentang jodoh sudah sangat tidak masuk akal, pertemuan yang tidak sengaja hanya terjadi beberapa bulan yang lalu. Sekarang dan sampai detik ini mereka belum bertemu sama sekali, menggelengkan kepalanya saat menyadari di tempatnya air belum terisi penuh.“Masa harus cari air?” Lily menatap jendela yang menampilkan langit malam “Besok aja sekalian olahraga.”Lily memang terlalu malas, tapi alasan utamanya adalah lelah. Penampilan mereka memang menghabiskan tenaga, mereka tidak hanya menyanyikan lagu baru tapi juga beberapa lagu lama dengan dance yang sedikit melelahkan. Memilih untuk tidur dibandingkan mencari air, badannya sudah benar-benar sangat lelah dan Lily bisa tidur dengan sangat cepat.“Nggak ada air?” tanya Larissa yang diangguki Lily “Mau ke supermarket bawah?” Lily sekali lagi menganggukkan kepalanya “Apa mau ikut ke seberang?”“Bang Dinan?” tanya Lily penasaran.“Udah berangkat ke agency, Flo udah dibawa sama mama jadinya aku sendirian. Bella udah pergi sama Mas Ruli.” Larissa menjawab dengan memberi informasi tambahan “Aku nggak ikut Flo sama mama, mereka mau keluar kota biasa mama mau pamer cucunya. Kita kesana atau dibawah aja?”“Seberang aja.” Lily memilih sedikit jauh dari apartemen mereka “Kegiatan kita masih kurang beberapa hari lagi, capek tapi menyenangkan apalagi rasa lelah akan hilang kalau lihat wajah bahagia fans kita.”Mereka berdua berbicara panjang lebar, melangkahkan kakinya ke supermarket besar yang ada di seberang apartemen. Saat ini mereka berdua hanya ingin berbicara dan menghabiskan waktu bersama sebelum nanti kembali ke aktivitas, banyak hal yang mereka berdua bicarakan dan tidak ada pembicaraan tentang pernikahan.“Pisah aja biar cepat, Kak.” Larissa memberikan usul yang disetujui Lily.Tujuannya memang hanya membeli air mineral, tapi mata mereka suka tertarik pada hal-hal yang tidak penting dan akhirnya berakhir dengan belanja dalam jumlah banyak. Lily memasukkan beberapa barang didalam trolly, walaupun sudah ada air mineral tetap membuatnya mengambil beberapa camilan.“Bella pasti suka itu.” Lily menatap snack yang biasa mereka makan.Lily mengambil snack yang berada diatas, tangannya tidak sampai keatas sama sekali. Menaikkan sedikit kakinya tapi tetap tidak mendapatkan hasil, hembusan napas panjang dikeluarkan sebelum akhirnya mencoba kembali, lagi-lagi tidak berhasil yang seketika Lily menatap kesal pada snack kesukaan mereka. Lily membeku saat mencium aroma yang dikenalnya, tangan yang berada di pinggang sedangkan tangan yang lain mengambil sesuatu diatasnya, snack yang dari tadi dicobanya untuk mengambil.“Ambil lima? Cukup?” Lily menganggukkan kepalanya “Mona bilang kalian bertemu tidak sengaja kemarin.” Lily sekali lagi menganggukkan kepalanya dengan menatap Gema dalam “Kenapa tidak tanya nomer aku juga?”“Kamu lagi apa disini? Kencan?” Lily menatap sekitar yang membuat Gema berdecak kesal “Mana ceweknya? Kali ini cantik, kan?”“Kenapa masih ingat sama kencan?” Gema mengatakan dengan nada kesalnya “Kamu sendirian?”“Nggak, Larissa ikut. Kenapa memang? Terima kasih sudah diambilkan cemilannya.” Lily menatap sopan pada Gema.“Minta nomer hp kamu.” Gema memberikan ponselnya pada Lily “Apa tidak boleh minta nomer hp ke public figure? Apa termasuk bagian dari privacy yang tidak boleh diketahui orang lain?”“Bukan, tapi masalahnya kamu minta buat apa?”Masih teringat jelas malunya Lily saat meminta nomer hp Mona, saat itu tidak ada alasan dirinya meminta nomer Mona dan terjadi begitu saja, tapi sudut hatinya mengatakan ingin mendapatkan nomernya walaupun sampai sekarang belum menghubungi sama sekali. Menatap nomer Mona dengan tatapan tanda tanya yang masih ada didalam kepalanya, menggelengkan kepala pelan jika apa yang ada dalam pikirannya tidak benar.“Capek.” Bella memejamkan matanya saat sudah berada di sofa “Seminggu lagi.”“Li, kamu diundang untuk ikutan olahraga panah.” Merry mendekati Lily dan tidak peduli dengan rengekan Bella “Permintaannya Lily atau Larissa, tapi Larissa sudah nolak.”“Harus, Mbak? Mbak tahu kalau aku malas ikut begituan.” Lily memastikan dengan harapan tidak terjadi.“Masalahnya yang ajak langsung orang paling penting.” Merry memberikan alasan “Aku nggak tahu bisa nolak atau nggak.”“Mending tanyakan dulu, Mbak. Kak Lily nggak akan mau lakuin begitu
Lagu covernya keluar jam sepuluh pagi, semalam selama satu jam Lily menghabiskan waktu dengan live bersama fansnya. Lily juga sudah memberitahukan kalau nanti akan ada kejutan dan fansnya sudah menebak kalau ada cover lagu, tapi mereka tidak tahu lagunya apa. Sekarang yang dilakukan adalah menunggu keluar dan melihat reaksi fansnya, tapi sebenarnya Lily hanya satu yang ditunggu yaitu reaksi Gema dan daritadi menatap ponsel menunggu orang tersebut menghubunginya.“Acara apa nanti?” tanya Rahayu saat melihat Lily keluar dari kamar.“Mama kapan datang?” Lily menatap Rahayu yang sudah duduk manis di sofa, bertanya tanpa berniat menjawab pertanyaan “Mama bawa apaan?”“Makanan kesukaan kamu,” jawab Rahayu yang menatap Lily dari tempatnya “Kue dari teman kamu.” Lily mengerutkan keningnya melihat kotak kue di lemari es “Cowok.”Lily menatap bingung, melihat ucapan yang tertempel di kotak dengan segera membacanya dan seketika membelalakkan matanya.
“Kamu datang sama siapa nanti ke pernikahan Bella? Gema?” tanya Rahayu sambil menyiram bunga “Gema itu wajahnya kaya anak kecil, kalian berdua jangan-jangan memang jodoh.”Lily memutar bola matanya mendengar mamanya membicarakan Gema, pertemuan mereka pada saat ulang tahun Lily semakin membuat mamanya berharap jika mereka berdua memiliki hubungan lebih serius. Gema memang pernah bicara, tapi pastinya hanya angin lalu dimana mereka bertemu secara tidak sengaja beberapa kali.“Fransiska bilang kalau Leo mau cari tahu latar belakang Gema, kamu sudah dikasih tahu?” Rahayu masih membahas tentang Gema “Kalau kamu nggak mau dengar nanti mama minta langsung sama Leo.”“Astaga, Mama! Jangan ganggu Mas Leo yang kerja, lagian kita ini bukan apa-apanya mereka. Jangan seenaknya minta tolong, aku jadi nggak enak sama Mas Leo.” Lily menatap kesal pada mamanya yang memilih diam.“Nunggu kamu kelamaan. Leo sendiri pernah bilang sama mama kalau kamu nggak k
“Syukur nggak ada gosip sama sekali tentang kalian berdua.” Merry mengatakan tanpa menatap Lily dan hanya fokus pada ponsel “Kita semua sempat khawatir saat kalian datang dan wartawan mulai mengambil foto kamu, setidaknya kita bisa menyelamatkan wajah Gema dari wartawan.”“Makasih, Mbak.” Lily menatap tidak enak pada Merry yang bekerja keras saat kedatangannya bersama Gema di pernikahan Bella.“Memang hubungan kalian bagaimana?” tanya Merry penasaran dengan menutup ponselnya “Kalian sudah ke tahap serius?”“Teman, tidak ada pembicaraan hal lebih.” Lily mencoba mengingat pembicaraan terakhir mereka.Lily yakin sebagai teman, tidak memberikan jawaban yang pernah dikatakan Gema saat itu. Gema sendiri tidak pernah membahasnya kembali, apalagi kedua orang tuanya masih memberikan daftar wanita yang ditemuinya, Lily tahu semua karena Gema cerita tanpa merasakan malu. Jawaban yang diberikan memang kenyataan yang ada, tidak ada komitmen yang mereka
Tatapan datar diberikan Lily pada Fatur, pria yang pernah mengisi hari-harinya dulu dan jika saja bukan karena kontrak mereka tidak akan berpisah. Kedatangannya secara tiba-tiba mengejutkan Lily, seketika langsung membawa Fatur ke cafe dibawah sebelah gedung apartemennya dan Lily sangat yakin jika disini masih aman, wartawan tidak akan masuk dengan mudah ke apartemen yang memiliki keamanan sangat bagus. Suasana hening menemani mereka berdua, tidak ada yang membuka suara sama sekali. Hembusan napas dikeluarkan Lily, mengenal dengan sangat baik Fatur membuat Lily harus membuka suara memulai pembicaraan, tapi masih bingung memulai dari mana dengan pria yang ada dihadapannya karena memang tidak ada yang bisa mereka bahas.“Aku akan cerai.” Lily membelalakkan matanya mendengar kalimat yang keluar dari bibir Fatur setelah keheningan mereka “Kami tidak cocok dan dia selingkuh.” Fatur melanjutkan kalimatnya.“Hubungan denganku apa?” tanya Lily bingung.
“Kamu gimana?” tanya Gema sambil meletakkan air mineral di meja “Terima tawaran dia?”Lily membelalakkan matanya mendengar ucapan Gema “Aku nggak segila itu! Kaya nggak ada cowok lain aja! Lagian dia yang mutusin tunangan dan memilih pilihan orang tuanya, sekarang dengan mudahnya bilang cerai.” Lily mengatakan dengan penuh emosi.“Kamu masih ada rasa sama dia?” tanya Gema tanpa dosa.Lily kali ini menatap tajam Gema, seketika memukul lengannya pelan “Kamu kenapa tanya begitu? Kamu nuduh aku yang nggak-nggak? Kamu pikir aku cewek penggoda suami orang? Berharap pada pria yang sudah memiliki rumah tangga? Aku nggak segila itu!”Gema tersenyum tidak enak, tangannya menggaruk tengkuk lehernya pelan “Aku hanya penasaran, memang dengan kamu bicara seperti tadi dia akan percaya? Nggak akan datangi kamu lagi?”Lily mengangkat bahunya “Aku nggak tahu, setidaknya aku berusaha. Pastinya dia akan tanya ke teman-temanku tentang kamu, tapi tem
“Sudah di daftarin jadi Gema bisa datang sewaktu-waktu.” Merry mengatakannya sambil menyandarkan tubuh ke sofa “Kemarin sampai jam berapa? Ngapain aja kalian?” “Kepo banget sih, mbak. Makasih banyak sudah bantu.” Lily tersenyum tipis kearah Merry yang langsung berdecak pelan “Mbak Merry semangat banget daftarin Gema, ada apa ini?” Lily menaik turunkan alisnya.“Kalian mau menghabiskan waktu lagi?” tanya Merry memberikan tatapan penuh selidik dan tidak peduli dengan godaan Lily.“Belum tahu, Gema sibuk. Kemarin langsung pergi dihubungi ada kucing yang masuk selokan dan nggak bisa keluar.” Lily mengatakan sambil cemberut “Aku kira tugasnya madamin api aja tapi ternyata sampai urusan kucing masuk selokan juga Gema yang urus.”“Bukannya gitu shift?” tanya Merry penasaran “Gema waktunya shift terus main kesini?”Lily menggelengkan kepalanya “Gema datang ke apartemen sebelum jam masuknya, pas mau berangkat disuruh langsung ke lokasi.
Lily yang masih terkejut tidak menyadari jika bodyguard perusahaan mengendarai mobil Gema sedikit jauh dari lokasi kejadian, tidak mengeluarkan suara sama sekali sampai tepukan pelan di bahu menyadarkan Lily dengan menatap sekitar. “Dimana kita?” tanya Lily menatap bodyguard dihadapannya. “Lokasi kita beberapa meter dari kejadian, saya mengirim pesan pada Gema jika anda berada disini. Anda mau beli minum dulu? Disitu ada coffee shop kalau memang mau beli, saya akan antar kalau memang anda mau beli.” Lily terdiam beberapa saat, menatap coffee shop yang ditunjuk bodyguardnya “Boleh, kita beli disana. Mobilnya aman disini?” “Aman.” Keluar dari mobil Gema setelah mendapatkan jawaban dari bodyguardnya, langkah kakinya menuju ke coffee shop yang tadi ditunjuk. Memesankan minuman untuk dirinya sendiri dan bodyguard yang bersamanya, mencari tempat duduk untuk menenangkan dirinya setelah melihat apa yang ada didepan mata. “Itu