Share

2. Strategi Bertahan Hidup

“Hidup itu hanya sekali, Jadi harus melakukan terbaik versi dirimu.”

-Valerie-

Valerie merasa tubuhnya mulai tenggelam di air tanpa dasar. Tubuh sama sekali tidak bisa digerakkan, seakan tubuh dan pikiran sudah terpisah. Mata tertutup rapat, tubuh terasa beku dan dingin, tetapi Valerie bisa merasakan kehangatan dan lega dalam hatinya. 'Apakah ini yang dirasakan oleh orang-orang saat mati?' ucap batinnya bertanya-tanya.

Saat Valerie sudah merasa pasrah dengan takdir, bertemu awal dengan kedua orang terkasihnya. Tiba-tiba Valerie merasakan seseorang memegang kedua tangan dengan lembut bisa merasakan kedua kelopak mata perlahan terbuka bersamaan ditambah dengan cahaya biru sangat silau.

*****

"Putri Valerie, waktunya bangun," ucap pria dengan nada sedikit tegas. Valerie membuka kelopak matanya. Kedua mata kedap-kedip menyesuaikan cahaya matahari di sebelahnya. Irisan mata melihat seorang pria sekitar umur dua puluhan memakai baju hitam putih seperti seragam pelayan yang biasa dilihatnya di buku.

Kedua mata melihat ke atas yang sepenuhnya sangat asing, rumah sakit tidak mungkin ada tempat tidur berenda, rumah orang lain pasti tidak punya ranjang atap, seperti abad pertengahan, dan pria itu memakai pakaian aneh tidak sesuai jaman.

"Aku berada di mana?" ucapnya, Valerie melihat kedua tangan langsung terkejut, telapak tangan jadi kecil dan suaranya berubah menjadi seolah anak kecil. "Tuan Putri berada di Paviliun, apa demam anda sudah turun?" Pria itu membuka sarung tangan putihnya, lalu menekan telapak tangannya ke dahi Valerie.

"Syukurlah sudah sembuh, saya sudah membuatkan bubur untuk Tuan Putri, sehabis minum obat kembali tidur, tidak boleh bermain dulu hari ini," lanjut pria itu sambil memberikan meja kecil yang berisi bubur putih dan segelas air.

Valerie tidak mengantakan apa-apa, tetapi tangan mengambil sendok kecil untuk mencicipi sedikit bubur putih itu. Valerie menyengit rasa bubur putih tidak ada rasa sama sekali, bahkan lebih mirip minuman karena begitu cair. Namun, Valerie butuh tenaga untuk pulihkan ingatan dan mengetahui keadaan sekarang untuk tetap tenang.

Setelah menghabiskan bubur putih, Pria itu undur diri untuk ke dapur, memakai kesempatan itu Valerie turun dari tempat tidur untuk mencari cermin. Valerie begitu terkejut saaat cermin memperlihatkan gadis kecil yang berusia sekitar sepuluh tahun, Rambut pendek seleher berwarna pirang keemasan sedikit ikal dan irisan mata biru bagaikan permata.

Valerie yakin, gadis ini akan tumbuh sangat cantik bagaikan malaikat, tetapi Valerie bisa melihat tubuh yang sangat kecil dibalut pakaian putih yang sudah lusuh. "Ini aku? kenapa wajah dan tubuhku menjadi seperti ini!" Valerie sangat terkejut dengan kondisi tubuhnya.

Valerie menggerakan tubuh beserta memukul pipinya, 'sakit, berarti ini bukanlah mimpi?' batinnya bertanya-tanya. Valerie masih ingat saat kematian menjemput saat sengaja ditembak mati, lalu jiwanya masuk ke tubuh seorang anak kecil lusuh, tetapi pria itu memanggilnya Putri Valerie atau tuan putri.

Valerie sering membaca novel kerajaan yang seharusnya seorang putri seharusnya kamar dan pakaian mewah, atau mungkin pria itu memanggil nama kesayangan untuk anak ini. Mungkin, sebenarnya Valerie tidak memasuki tubuh acak, karena pemilik tubuh ini mempunyai nama sama sepertinya.

Valerie duduk bersila sambil kedua tangan dilipat ke dada, terus menata depan cermin terus memikirkan kejadian yang telah menimpanya sampai bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Semakin dipikirkan, semakin dirinya pusing. Hal ini tidak bisa dipikir oleh logika dunianya.

"Baiklah, untuk sekarang bisa disimpulkan, aku berada di tubuh anak kecil punya nama yang sama tanpa ingatan tubuh kecil ini. Jiwa gadis ini mungkin sudah meninggal saat sedang sakit demam… Sekarang waktunya melihat rumah ini.” Valerie keluar dari kamar, melihat kanan kiri hanyalah lorong yang begitu suram.

Walaupun sinar matahari masuk ke lorong, hanya melihat betapa kusamnya dalam rumah ini. Cat putih sudah mengelupas, lantai dan jendela ada beberapa yang retak, Valerie terus berjalan ke arah kiri.

"Tuan Putri! sudah saya bilang untuk tidak berkeliatan dahulu! saya tidak ingin Putri sakit lagi."

Valerie menatap pria itu dengan datar, jujur dia sama sekali tidak tahu nama pria bersurai hitam itu. Sedangkan dibalik pria itu sedikit terkejut di wajahnya yang datar, biasanya tuan putri akan menunduk saat melihatnya dan mundur selangkah.

Namun sekarang menatap tajam, seakan berani untuk melawan dirinya. "Dimana perpustakaan?" tanya Valerie mengakhiri tatapan datar pria itu. "Putri di Paviliun tidak punya perpustakaan, tetapi Tuan Putri ingin membaca bisa ke ruang kerja. Perpustakaan berada di Istana Barat yang butuh satu jam untuk sampai.”

'Sialan! Apa aku harus pakai cara itu? baiklah Valerie, sekarang kamu berumur sepuluh tahun,' batinnya mulai menghirup napas. Kedua mata Valerie mulai sayu, seperti ada air mata yang mau keluar, "Aku sudah membaca seluruh buku di ruang kerja, boleh aku mengunjungi perpustakaan?” Pria wajah datar itu diam terpaku. Walaupun terlihat datar, tetapi hatinya mulai gelisah.

"Bolehkah?" tanya Valerie menambah wajah sayunya.

"Tetapi Tuan Put-"

"Kumohon, hanya sebentar saja."

Pria itu menghela napas, "baik, namun kita ke sana pada menjelang malam. Tuan Putri tidak boleh terlihat oleh orang lain." Valerie mengangguk senang, misi untuk mengetahui keberadaannya selesai. Tinggal, melihat rumah ditempatinnya.

"Kakak, terima kasih."

"Kakak? saya pelayan Tuan Putri, Rion. Kenapa Tuan Putri memanggil saya Kakak,"

Valerie menunduk malu, "aku sudah menganggap sebagai kakak sendiri." Jantungnya hampir berhenti berdetak, Valerie memang tidak tahu nama pelayan itu apalagi panggilan tubuh ini kepada pelayan yang kira-kira sembilan tahun lebih tua.

Rion tersenyum sangat kecil, sayangnya tidak dilihat oleh Valerie, "panggil saya senyaman Tuan Putri." Gadis itu mendongrak ke atas. Seorang pelayan muda bernama Rion ini merasa sangat akrab ke dirinya atau mungkin ingatan tubuh ini mulai muncul.

Rion mengantarkan Valerie ke kamar, kemudian menghilang lagi saat berjalan ke kanan. Valerie masih ingat tujuan awalnya  berkeliling, mulai melihat keadaan rumah ditinggali. Paviliun, lebih tepat untuk rumah ditinggalinya. Paviliun bergaya barat, bercat putih sudah mengelupas, karpet merah sudah pudar warnanya, tidak ada benda berharga di Paviliun ini.

Bukan tidak ada barang berharga, tetapi lebih kecil dari Paviliun yang dia biasa baca di novel atau film. Terdapat empat kamar di Paviliun, termasuk kamarnya, dua diantara lain sudah diisi olehnya dan pelayan bernama Rion itu. Kemudian, ujung Paviliun ada dapur dan ruang makan, ruang makan tidak mewah hanya enam kursi dan satu meja besar yang sudah tua.

Setelahnya ada kamar mandi dan toilet. Toilet agak begitu menjijikan bagi Valerie, karena hanya lubang besar dan dibawah terdapat sesuai menggerak yang tidak ingin dilihat, Valerie memilih untuk ke ruangan selanjutnya.

Ruang kerja, hanyalah kursi dan meja saja, ada beberapa buku yang diketahui bahasa di sini memakai bahasa inggris sehari-harinya. Namun, buku-buku itu berisi politik, bangsawan, sastra, matematika, dan lain sebagainya untuk dipelajari. Ruang untuk menerima tamu sedikit lebih mewah, dan bagian disukainya itu sebuah taman kecil yang sangat dirawat.

Di kehidupan lalu, ia sangat menyukai taman yang berbagai tanaman tumbuh. Taman ini sangat terawat, bunga mawar berwarna merah, merah muda, dan biru. Pohon apel dan mangga ada empat dimasing-masing pohon, dan menambah kesukaannya di tengah taman terdapat meja dan dua kursi berwarna putih.

Valerie duduk di salah satu kursi sambil melihat sekitar. Indah dan tenang yang sekarang dirinya rasakan. Pelayan Rion tidak terlihat batang hidungnya, saat berkeliling Valerie melihat kandang kuda, tetapi tidak ada kuda. Mungkin dia sedang keluar atau mencari sesuai di luar Paviliun.

Walaupun tempat ini hampir semua barang tua dan kuno, tetapi di dalam Paviliun terawat bersih dan rapi juga Valerie tidak melihat seseorang tinggal di sini kecuali dirinya dan Rion.

'Apa putri ini adalah putri yang telantar? dan diusir dari istana utama lalu tinggal Paviliun tua ini?' batin Valerie mulai merenung. Sambil berjalan-jalan Valerie pun memikirkan kehidupan yang lalu dan sekarang sambil terus menentapkan hati. Valerie memang terjebak ditubuh anak kecil dan bisa menjadi keuntungannya untuk mempelajari seluruh tempat di dunia ini. Daya ingat dan mental bukan anak kecil, tetapi wanita berumur dua puluh dua tahun.

Valerie akan tetap mencari uang dan bertahan hidup selama mungkin. Valerie tidak ingin mati kembali, cukup sekali ia merasakan hidup singkat. Kehidupan sebelumnya, Valerie memang hanya sedikit rasa senang dialami dan sekarang Valerie mendapatkan kehidupan lain yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Pertama bertahan hidup, mulai latihan tubuh sendiri agar tidak diremehkan, lalu kabur dari sini. Walaupun Paviliun tua, ini masih terdapat di wilayah istana dari bicaranya pria bernama Rion itu Valerie harus menyelidikinya. Apakah Rion layak dipercaya atau tidak, tetapi ia juga harus manfaatkan pelayan itu untuk bertahan hidup.

Kedua adalah uang, uang yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Seperti pepatah bilang No Money, No Life. Jadi, uang adalah segalanya untuk bertahan hidup, itu yang diajari dari kehidupan yang lalu sampai sekarang masih harus diterapkan.

Ketiga mencari pengikut setia. Sebenarnya Valerie tidak terlalu membutuhkan, karena ia kabur dari istana dan kemungkinan kecil sekali dirinya dicari, tetapi hanya untuk jaga-jaga kalau hal itu terjadi. Minimal Valerie mempunyai orang yang bekerja sama sebagai bisnis dan berteman dengan yang punya kekuasaan.

Kekuasaan, Valerie tidak membutuhkan hal ini, ia bertahan hidup dengan normal berarti semakin berkuasa, semakin banyak musuh. Pikirannya mulai kelana kembali sampai tidak menyadari, pelayan Rion sudah kembali membawa bahan masakan dan panik mencari Valerie. Rion ingat, Putri Valerie sangat menyukai taman dan merawatnya sendiri, ia pun mencari di Taman.

"Tuan Putri, ternyata anda di sini, saya sudah mencari kemana-mana dan sudah saya bilang untuk diam dikamar. Biar hari ini saya yang mengurus Taman, Tuan Putri lebih baik istirahat," jelas Rion panjang lebar tanpa jeda. Rion langsung menggendong Valerie ke dalam Paviliun.

Wajah Valerie memerah, pertama kali ia digendong oleh pria. Tubuh dimasukin berumur sepuluh tahun, secara psikolog Valerie berumur dua puluh dua tahun. "Maafkan aku, aku bisa berjalan sendiri Kakak Rion," ucapnya memukul bahu Rion, Rion wajah datar agak kebingungan.

Tuan putri sangatlah lembut dan baik, sampai membunuh semut pun ia tidak mau. Sekarang, tuan putri dengan gampang mukul dirinya, walaupun sama sekali tidak terasa sakit atau geli.

*****

Sore hari tiba, setelah makan malam lebih awal, Valerie dan Rion menuju istana barat. "Kita berangkat melewati hutan Tuan Putri, agar tidak ketahuan oleh penjaga lain. Istana bagian barat tempat perpustakaan dan dokumen-dokumen berada, jadi sedikit ketat dari tempat lain."

Penjelasan Rion membuat Valerie bersalah, hanya saja ia memang butuh ke perpustakaan. Valerie merasa keberadaan pemilik tubuh ini benar-benar disembunyikan atau paling buruk di benci oleh pengaruh besar. Mereka menuju Istana bagian barat memakai kuda, kuda ini terlihat gagah dan terawat baik, juga Valerie merasa kuda ini cerdas untuk mengetahui perkataan manusia.

Valerie berpegangan erat kuda dan Rion, Mata masih mengawasi sekitar walaupun tidak ada cahaya sama sekali. Kata Rion yang membuat Valerie sedikit lega, "maaf Tuan Putri, karena takut ketahuan, saya tidak bisa menyalakan cahaya. Namun, kuda ini sangat cerdas, dia tahu tempat yang kita tuju."

Sampai tempat tujuan, Valerie bisa melihat sinar cahaya yang terang. Istana barat lebih mewah dari pada Paviliun tempatnya tinggal, padahal tubuh ini seorang putri. "Cahaya-cahaya ini dari binatang iblis bernama Filiarn, peringkat bintang lima. Bagi, bangsawan mereka murah, tetapi bagi rakyat biasa ini mahal. Jadi, tidak aneh kalau istana dipenuhi binatang Filiarn."

Valerie yang masih kagum dengan sinar-sinar dari cahaya binatang itu. Ia pun ingin bertanya, tiba-tiba tangannya ditarik dan digendong bagian belakang. Valerie mengerti ia langsung memeluk punggung Rion dengan erat, seperti koala. Karena tertutup oleh jubah dan tubuhnya yang kecil, tidak terlihat apalagi pada malam hari.

Rion mulai berjalan, Valerie bisa mendengar beberapa langkah kaki dan sapa dari orang-orang ke Rion. Valerie merasa Rion terkenal di kalangan prajurit.

"Ada apa gerangan, pelayan putri telantar datang ke sini?"

Tiba-tiba dibelakang ada suara berat dan langkah berat, Valerie mendengar dari nada bicaranya, seperti mengejek pelayan datar ini. "Salam untuk Baron Hamtarn...," Rion sedikit membungkuk tubuh dan tangan kanan di dada kiri, " ... saya sedang menuju perpustakaan Tuan Baron." Valerie mendengar dua orang berbicara ini.

"Begitukah, baiklah karena saya sedang suasana baik. Anda boleh pergi bangsawan rendah." langkah kaki berat itu menjauh, Valerie yakin orang yang menghina Rion pasti gendut dan jelek.

Rion pun berjalan lagi, Valerie tidak membahas hal itu. Mungkin, sudah biasa bagi Rion mendengar hinaan seperti itu. 'Ini seperti film dan novel saja, sangat klise,' batin Valerie menggeleng kepala membuat Rion tiba-tiba berhenti, lalu kembali berjalan.

“Kita sudah sampai, Tuan Putri. Namun ingat, kita hanya punya dua jam untuk membaca." Valerie mengangguk, ia pun turun dari punggung Rion dan mulai mencari buku yang diperlukan.

Waktu dua jam sangat singkat, Valerie hanya bisa membaca hal yang sangat penting saja. "Kakak Rion, apakah aku boleh membawa beberapa buku?" tanya Valerie penuh harap.

Rion yang masih berwajah datar menjawab, "sebenarnya tidak bisa, tetapi karena orang itu adalah teman pelayan ini yang menjaga perpustakaan kamu boleh ambil buku seperlunya saja."

Valerie tersenyum senang, dalam dua jam ia memilih buku-buku saja untuk dibawa pulang. Lima buku yang dia bawa pulang, kemudian berhasil mereka kembali ke kuda yang sedang menunggu pemiliknya. Buku disimpan sebuah tas Rion yang tidak terlihat berisi apa-apa dan itu membuat Valerie penasaran.

Enam jam telah berlalu, melihat bulan Valerie bisa melihat periode pukul sebelas malam. Karena sudah malam, Rion menyuruhnya tidur dan buku akan disita sampai besok. Mau tidak mau Valerie menuruti perkataan pelayannya itu, lalu tidur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status