"Ha ... halo, Nyonya Meredith," balas Amanda. Ia menahan kegugupannya dari aura menekan yang seolah sedang Meredith kirimkan padanya.Ada jeda sejenak dan rasa terkejut yang wanita itu perlihatkan saat Amanda membalas sapaannya. Jelas ia terlihat takjub sekaligus tak percaya saat mengamati Amanda ketika wanita itu memanggilnya dengan sebutan nyonya, seperti dahulu saat ia masih menjadi sekretaris putranya. Ia berbinar penuh dengan keingintahuan.Amanda sejenak berpikir, sudah benar memang keputusan Logan sebelumnya yang bersikeras untuk tak meminta siapa pun datang menjenguknya kecuali keluarganya. Yah, walau kedatangan Francesca kemarin tak masuk dalam rencananya, setidaknya ia tak harus melihat wajah ibu mertuanya saat ia masih berada di rumah sakit. Karena ia yakin, harinya pasti akan terasa buruk setelah kedatangan wanita itu."Oh, Sayang," balas Meredith kemudian.Entah raut wajah apa yang sedang Meredith tunjukkan. Namun, saat ini di mata Amanda, wanita itu sedang merasakan kebi
"Ko ... konyol?" Meredith sontak mengubah mimik wajahnya yang sebelumnya tampak tak terkontrol menjadi murka. Ia jelas sangat terkejut saat Amanda berani menjawabnya dan bahkan mengatainya konyol seolah tanpa ada rasa ketakutan mau pun rasa canggung seperti Amanda yang sebelumnya.Ada jeda sejenak setelah ia berhasil mengucapkan kata-katanya dan mengembuskan napasnya. "Oh, benar. Haha ... konyolnya aku, bukan? Haha!" balas Meredith kemudian seolah ia ikut menertawakan dirinya sendiri. Namun, diam-diam ia sedang berusaha menekan rasa keterkejutannya itu.Beberapa saat setelah tawa palsunya mereda, ia kemudian berkata, "Well, kau sudah memanggilku dengan sebutan mom secara kasual. Kurasa, itu awal yang bagus," lanjutnya lagi sambil menahan kegeramannya. "Jika kau sudah membaik, maka kurasa kita dapat kembali mengurus butik bersama-sama, bukan?" tanyanya."Butik? Butik apa?" tanya Amanda seolah tak mengerti, sementara ia mulai dapat membaca arah pembicaraan Meredith.Ia memang harus berp
Amanda merasa begitu bahagia dan tenang sepanjang hari setelah ia berhasil membuat ibu mertuanya kesal dan pergi begitu saja dari rumah pagi tadi. Namun, ia yang tengah berbunga itu, malamnya harus merasa sedikit kesal karena lagi-lagi Logan memutuskan untuk ikut tidur seranjang dengannya dan Andrew saat waktu istirahat tiba.Setelah putranya puas bermanja dan bercengkerama bahagia dengannya, kini Andrew yang telah lelah akhirnya dapat tertidur di sampingnya juga. Amanda dengan bahagia mengusap wajah lembut dan rambut halus putranya itu sementara ia sedang terlelap. Jika telah begitu, ia merasa tak ada yang dibutuhkannya lagi karena merasa begitu tenang."Kapan kau akan memulai fisioterapimu? Jika keadaanmu telah memungkinkan, aku akan mengatur jadwal dan mempersiapkan ruangan yang bisa kau gunakan," ucap Logan lembut sambil ikut membelai kepala sang putra."Seharusnya ruang area olah raga kita cukup untuk itu, bukan?" lanjut Logan."Ya, terserah padamu. Kurasa aku hanya memerlukan te
Logan mengerjap dan menatap Amanda dengan heran. Ia bahkan sempat menghentikan aktivitasnya karena terkejut dengan ucapan Amanda yang mengatainya mesum. "Me .. Mesum? Apa yang kau katakan tadi? Mengapa kau mengatai suamimu sendiri dengan sebutan mesum?" Ia masih mengerjap-ngerjapkan kedua matanya karena tak menyangka reaksi Amanda yang bisa mengatainya itu." Ya. Kau mesum karena kau selalu menyentuhku saat dekat denganku!" protes Amanda. "Kau tidak seharusnya bersikap seperti ini, Logan!" tegasnya lagi. Logan kemudian memicingkan kedua matanya. Bukan karena amarah, namun lebih ke merasa heran. "Wah, kau sungguh keterlaluan, Sayang. Benarkah itu yang kau pikirkan tentangku? Tentang suamimu sendiri?" tanyanya sambil mengerutkan alisnya."Tunggu ... tapi, memangnya seperti apa seharusnya sikapku padamu? Dan mengapa aku tak boleh menyentuh istriku sendiri?" Tatapan curiga mulai Logan perlihatkan pada Amanda, dan itu sukses membuat Amanda tertegun.Amanda kemudian mengutuk dirinya dalam
Seorang pria dengan wajah tampan terlihat sedang berdiri gagah sambil menerawang pemandangan perkotaan di hadapannya melalui jendela kaca besar di dalam ruangan kantornya pagi itu, saat matahari cerah telah menerangi seluruh area ruangan miliknya.Ia yang mengenakan setelan berwarna abu muda, tampak terlihat bagaikan model dengan postur tubuh tegap yang tinggi yang terlihat begitu bergaya dan menawan. Dan jelas, dengan wajah tampannya, pastinya ia mampu dengan mudah memikat wanita mana pun sekali mereka melihatnya."Tuan, rapat akan dimulai sebentar lagi. Sebaiknya kau bersiap sekarang," ucap seorang pria berkacamata yang masuk ke dalam ruangannya setelah mengetuk beberapa kali tanpa berbasa-basi.Pria yang dipanggil tuan itu kemudian menghela napasnya dengan berat. "Kau saja yang memimpin rapat itu, Peter," balasnya masih sambil menatap pemandangan di hadapannya dengan raut muram."Dengar, Tuan, ah ... tidak, Liam," ralat pria yang dipanggil Peter itu. "Sampai kapan kau akan berdiam
Logan sedang berkutat di depan laptopnya di dalam ruang kerjanya saat seorang pelayan pria mengetuk pintu beberapa kali hingga menghentikan aktivitasnya."Masuk," perintah Logan.Seorang pria separuh baya masuk dengan sopan dan berkata, "Tuan, ada seorang tamu yang ingin menjenguk Nyonya," ucapnya sopan."Tamu? Sepagi ini? Siapa?" tanya Logan sambil melepaskan kacamata bacanya."Tuan Liam. Beliau datang karena telah mengetahui kepulangan Nyonya dan ingin menjenguknya," jawab Joel, kepala pelayan Logan.Logan mengeraskan rahangnya saat mendengar nama pria yang tak disukainya itu. Ia teringat lagi bagaimana pria itu berkali-kali mengusiknya saat di rumah sakit karena ingin bertemu dengan Amanda."Gigih juga ia rupanya," gumam Logan.Ia kemudian beranjak dari duduknya dan berdiri. "Persilakan ia masuk, Joel, biar aku yang akan mengantarnya sendiri," jawab Logan."Baik, Tuan," jawab Joel sopan, setelahnya ia undur diri.Logan kemudian berpikir sejenak sebelum akhirnya ia kemudian keluar u
"Apa kau senang?" tanya Logan dengan wajah datar ketika ia berjalan ke arah kamar Amanda selagi membopongnya.Amanda mengerutkan alisnya dan menatap Logan yang kemudian balas menatapnya. Ia masih sedikit terkejut bagaimana cara Logan membawanya tadi, ditambah dengan pertanyaannya sekarang. "Apa maksud pertanyaanmu?""Bukankah sudah jelas? Aku bertanya, apakah kau senang dengan kedatangan Mr. Sunshine tadi?" ulangnya."Sunshine?" tanya Amanda tak mengerti."Ya, pria cerah yang selalu tertawa manis dengan rambut benderang yang menyilaukan itu rupanya telah membuatmu senang, bukan? Kulihat kau tertawa begitu lebar karenanya."Amanda memutar kedua bola matanya setelah mengerti yang dimaksud Logan. "Aku tak ingin berkomentar dan tak mengerti maksudmu. Harusnya aku yang bertanya, mengapa kau menggendongku untuk membawaku masuk? Tidakkah kau lihat aku sudah berada di atas kursi rodaku? Kau hanya perlu mendorongku saja.""Dan lagi pula, sikap apa itu? Kau tak perlu mengusir Liam dengan cara s
Perjalanan dinas yang dikatakan Logan tak terasa telah berlalu selama hampir dua bulan. Jika rencana awal ia hanya akan melakukan perjalanan selama dua minggu, nyatanya karena tumpukan pekerjaan untuk proyek baru perusahaan yang berada di beberapa kota bagian, membuat Logan membutuhkan waktu lebih lama dari itu."Hebat! Apa yang tak bisa kau lakukan? Kau bahkan sekarang sudah dapat berenang. Selanjutnya apa? Berlari?" ucap Liam pada Amanda yang tengah keluar dari dalam kolam renang. Ia bertepuk tangan karena takjub.Selama dua bulan sejak Amanda menjalani fisioterapi, keadaannya sekarang sudah terlihat semakin membaik. Dan kini, ia sudah dapat berjalan sendiri serta melakukan aktivitas-aktivitas ringan seperti berenang atau berjalan santai.Dan selama dua bulan ia bekerja keras, selama itu juga ia tak bertemu Logan. Pria itu hanya sempat beberapa kali meneleponnya. Amanda sendiri tak yakin entah karena kesibukan pekerjaannya atau kesibukan yang lainnya, yang pasti ia merasa sedikit ke