"Apa kau bodoh!? Aku adalah Putra Martin! Ketua utama dari Black Bull, dan orang yang paling dihormati di kota Eco ini. Aku, Arta Luther adalah putranya! Aku orang paling kaya dan kuat di kota ini! Jika aku ingin apapun, tidak ada seorangpun yang bisa menghalanginya!" Berteriak sangat keras, Arta terlihat sangat marah pada Rendy. Di awal dirinya sudah mengatakan bahwa dirinya adalah Putra dari Martin, tapi bajingan ini masih bertanya: Apakah kamu mengenal Martin?Sudah jelas-jelas dia mengenali ayahnya, tapi masih bertanya siapa dirinya? Apakah dia bodoh?"Aku tidak tahu dan tidak pernah mengenal orang bodoh sepertimu. Tapi karena kamu mengenal ayahku, dan tampaknya salah satu dari temannya, sebaiknya kau pergi dari hadapanku. Moodku sedang buruk, jangan muncul lagi di depanku. Jika tidak---" Arta kembali berkata dengan kesal, tapi dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Karena sekarang, Rendy sudah berdiri tepat didepannya, dan sedang m
Wajah Anton berubah saat mengetahui apa yang jatuh di depannya.Bukan benda, tapi itu adalah manusia! Dengan postur aneh. Kedua tangan, dan kakinya patah, mayat yang sepertinya laki-laki itu tewas dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Beberapa tulang di anggota badannya patah, dan matanya masih melebar dengan ketidakpercayaan jika dirinya mati. Tergeletak di aspal, darah merah segar mengalir seperti kolam, dan membuat siapapun tampak sulit untuk mengenalinya. Baru ketika Anton dan yang lainya mendekat, mencoba untuk melihat lebih dekat, ekpresi semua orang segera menjadi ketakutan dan ngeri. "Di-dia.... bukankah dia Arta Luther!? Putra dari Martin Luther, ketua Black Bull!?""Mati! Dia sudah mati!""Mati sangat mengerikan seperti ini dan dilempar dari gedung atas, siapa yang melakukannya!?""Siapa yang berani membunuhnya?!""Apakah dia tidak takut akan kemarahan Martin dan seluruh anggota Bla
"Huh...." Tepat ketika mobil Rendy menghilang dari halaman, beberapa nafas panjang lega segera terdengar. Anton, dan dua polisi yang sebelumnya mendapatkan peringatan Komisaris Burhan menghela nafas panjang, dan tidak bisa menahan diri untuk menghapus keringat dingin di keningnya. "Sungguh mengerikan!" "Meskipun aku tidak tidak benar-benar tahu apa yang dilakukannya, semua kekacauan ini benar-benar membuatku sulit untuk bernafas." "Melihatnya saja aku merasa bahwa ada gunung besar yang sedang menahanku untuk berpikir." "Orang ini benar-benar tidak biasa." "Selama bertahun-tahun menjadi polisi, ini adalah pertama kalinya aku merasakan perasaan semacam ini!" "Hanya untuk menatapnya saja, aku merasa dadaku sesak!""Benar-benar mengerikan!"....Termasuk tiga orang Anton, beberapa polisi tidak bisa menahan diri untuk bergumam dengan kengerian di matanya. "Cih! Apa ya
Hal yang sama juga di pertanyakan oleh komisaris Burhan, serta beberapa polisi yang sedang ada didalam ruangan. Karena biasanya, jika seorang pria mengetahui bahwa pacarnya baru saja mengalami kecelakaan, hal pertama yang akan dia tanyakan sebagai pria adalah keadaannya. Tapi Rendy ini tidak. Bukan hanya tidak bertanya, dia juga tanpa ekpresi bertanya bagaimana cara seorang wanita membunuhnya. Terlebih lagi, wanita itu adalah seorang artis, yang semua orang tahu bagaimana manjanya mereka.Bertanya semacam itu, apakah dia memang tidak memiliki belas kasihan atau kekhawatiran sedikitpun terhadap pacarnya? Sayangnya tidak. Rendy memang tidak terlalu khawatir sama sekali. Ekpresinya masih tetap sama, tidak memperdulikan reaksi di sekitarnya, dan kembali bertanya, "Apakah dia mati bunuh diri?" "Kau?" Julia tampak tercengang dan akhirnya meledak. "Apakah kau memang gila?! Bagaimana kau bisa bertanya hal se
Rendy berbatuk pelan, mencoba untuk menghilangkan semua perubahan Lilya saat berbicara dengannya, dan bertanya, "Dimana kamu?" "Wow, itu benar-benar Kakak!" Ada kejutan lagi saat Lilya mendengar kata-kata Rendy. "Bagaimana keadaanmu, kak? Apakah kamu tidak merindukanku? Yah, sebaiknya Kakak jangan dekat-dekat dengan nenek lampir itu. Oooh, yah! Jangan khawatir, aku akan segera datang dan mengikat nenek lampir itu!" "Uhuk!" Rendy kembali berbatuk, dan berkata untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Ada hal penting yang harus kamu lihat."Mengabaikan kemarahan Bella, dan sikap Lilya yang sangat bermusuhan, Rendy menekan panggilan video.Ketika terhubung, wajah gadis remaja dengan dua kuncir kuda muncul dilayar. Dilihat secara sekilas, penampilan Lilya tampak masih dibawah umur sama sekali. Hanya saja, beberapa makeup dengan lipstik merah cerah, serta pakaian malam yang dia kenakan, itu sangat berbanding terbalik dengan umurn
Tidak ada? Kelompok Black Bull sudah tidak ada? Dan bahkan Arta Luther, Putra dari Martin juga telah tiada, apa artinya ini? Bukankah itu artinya kelompok Black Bull, yang selama ini membuatnya sakit kepala telah dimusnahkan? Tidak! Bukan dimusnahkan seutuhnya. Karena Komisaris Burhan tahu, bahwa Martin dan beberapa anggotanya meninggalkan kota. Tapi tetap saja, saat mendengar tentang kematian Arta, komisaris Burhan dan beberapa polisi lainya masih tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut, dan ketakutan. Bagaimana jika Martin mengetahui bahwa putra satu-satunya meninggal? "Aku membunuh Arta, dan Martin yang sedang berada di Surabaya juga tidak akan lolos begitu saja." Kata Rendy ringan tanpa sedikitpun kekhawatiran dan berjalan pergi. Tidak lagi memperdulikan keterkejutan para polisi yang telah memiliki mata dan mulutnya melebar, Rendy pergi begitu saja. "Tunggu!" Julia, yang ada diantara komisaris Burhan
Kota Eco dan Surabaya tidak terlalu jauh, dan masih dalam satu provinsi. Menempuh perjalanan menggunakan mobil pribadi, Rendy dan Bella sudah tiba pada sore hari. Sekarang, di sebuah apartemen, Bella yang sedang duduk di depan Rendy bertanya, "Jadi, Black Bull adalah salah pelaku yang terlibat dalam tragedi itu?" Rendy mengangguk dan menjelaskan, "Dimulai dari bangunan kosong di depan rumahku, semuanya tampak tidak normal, dan saat aku bertanya kepada Henry, dia mengatakan bahwa wilayah itu adalah milik Black Bull." "Dari situ, aku mulai berpikir bahwa mereka memiliki beberapa keterlibatan. Dan setelah aku menanyakannya kepada Arta, putra dari Martin, tebakanku memang benar." "Martin Luther, yang memimpin Black Bull ternyata memiliki dukungan dari Hamdan di belakangnya." "Hamdan?" Bella tampak mengerutkan keningnya saat mendengar nama itu, dan bertanya, "Bukankah itu salah satu musuh lama, tuan?" "Memang benar," Rendy
"Mengingat bahwa hanya orang-orang khusus yang diundang ke acara pernikahan Putra Darlan, kupikir dia memang bukan orang biasa." Sudjana yang menjawab, dan dia tampak sedikit tersenyum. Kemudian melihat kearah komisaris Burhan, dan kembali bertanya, "Dengan caranya yang luar biasa saat menyelamatkan cucuku, dan bahkan berani membunuh putra Martin satu-satunya, tampaknya dia memang bukan hanya sekedar orang penting belaka, kan?" Komisaris Burhan menghela nafas panjang, dan tahu bahwa orang yang dia hadapi sekarang bukanlah orang-orang biasa. Tanpa perlu menceritakan banyak, komisaris sadar bahwa Sunjaya ini akan mengetahuinya sendiri. "Dia memang bukan biasa-biasa saja, tapi juga luar biasa." Komisaris menjawab, dan tampak ragu-ragu untuk terus menjelaskan. Sunjaya sedikit tersenyum dan mengerti saat melihat keraguan Burhan. Menoleh kearah wanita disampingnya, dia berkata, "Katakan pada Darlan, bahwa aku ingin datang."