Keluar dari ruangan produser Aji, kelompok Rendy yang baru tiba di lantai pertama segera di sambut oleh komisaris Burhan. Selain komisaris, Rendy juga menemukan hotel itu sudah di amankan dengan beberapa polisi bersenjata lengkap. "Tuan Red, apakah semuanya baik-baik saja?" Komisaris Burhan langsung bertanya saat melihat kedatangan Rendy. "Apakah aku terlihat terluka?" Rendy balik bertanya dengan nada ringan dan sedikit tidak senang, terutama saat dia menyaksikan banyak personil bersenjata di hotel. "Bukankah sebelumnya aku berkata jika aku datang kemari bukan untuk berperang? Kenapa kamu membawa banyak personil, dan bahkan pasukan khusus?" "Itu... Sebenarnya..." Komisaris Burhan merasa canggung dan melirik kearah Agam di sampingnya. "Saya yang menghubungi komisaris Burhan," Agam segera menjawab setelah melihat komisaris Burhan meliriknya, "Kupikir akan terjadi sesuatu, jadi...." "Apa kamu pikir aku membawa masalah?" Bertanya seperti ini, Rendy jelas tidak senang dengan apa yang
Dengan pembicaraan dari komisaris Burhan dan jenderal Ananda, Rendy yang telah sampai di tujuan tidak menyadari jika situasi di puncak sudah di amankan. Komisaris Burhan dan jendral Ananda tahu bahwa Rendy tidak ingin dibantu atau di ganggu oleh siapapun, oleh karena itu keduanya hanya memutuskan untuk mengamankan area Puncak Bogor. Sangat mengejutkan bahwa di hari Minggu, hari dimana biasa Puncak Bogor memiliki banyak wisatawan kini menjadi sepi tanpa pengunjung yang datang dan pergi. Komisaris Burhan dan jendral Ananda merasa beruntung saat bisa sesegera mungkin memerintahkan pasukannya untuk menghentikan setiap pengunjung di jalan masuk ke Puncak Bogor. Tentu saja Rendy dan Bella tidak menyadari dengan keadaan sekitarnya. Kemungkinan mereka berdua juga tidak peduli. Pada saat ini, ketika Rendy yang mengendarai mobil tiba di sebuah villa mewah pribadi, yang terletak tidak jauh dari Gunung tertinggi di Puncak Bogor, dia melirik kearah Bella di sampingnya. "Apakah ini tempatnya?
"Apakah dia masih manusia?!" Sima Cho hampir berteriak saat melihat adegan film di layar laptop. Benar-benar seperti sebuah film fantasy, Sima Cho menyaksikan bahwa disana, di saat pembunuh bayaran sedang berjaga-jaga, Rendy yang tidak tahu darimana datangnya tiba-tiba muncul di cctv, dan pembunuh bayaran itu seketika sudah mati. Sulit untuk di ketahui, begitu saja terjadi. Penampilan penjaga yang sebelumnya masih hidup tiba-tiba terdiam, tidak lagi bergerak dengan sosok Rendy yang telah muncul di sebelahnya. Berulangkali sama seperti itu, Sima Cho sama sekali tidak bisa melihat pergerakan atau Bahama caranya Rendy membunuh semua pembunuh bayaran itu. "Jika kamu ingin tahu siapa dia, cobalah untuk memutar ulang video dengan kecepatan terlambat." Kata Ba Ringin, menyarankan saat melihat ketidakpercayaan di wajah Sima Cho. Tidak lagi ingin berdebat atau berbicara, Sima Cho yang telah mendengar saran Ba Ringin segera melakukannya, dan mencoba memutar ulang siaran video cctv dengan
"Ini...."Dua teman dan dua orang di dalam villa secara bersamaan terkejut saat melihat kejadian itu. Tapi Rendy tidak memperdulikan reaksi di sekitarnya, dan sekali lagi bergerak. Sama seperti yang muncul di cctv sebelumnya, gerakan Rendy kali ini benar-benar cepat dan mustahil untuk dilihat melalui mata telanjang. Apa yang muncul di layar cctv hanya sebuah bayangan yang meluncur pada dua orang di sisi lain yang masih terkejut selama seperkian detik, dan dua kali suara tubuh teredam terdengar. "Bam.""Bam." Dua tubuh yang jatuh ke tanah sejauh sepuluh meter, dan tidak lagi bergerak menjadi kengerian yang segera Sima Cho rasakan. Jantungnya berdetak kencang, dan ketakutan mengakibatkan keringat dingin membasahi punggungnya. Abnormal. Adalah kata-kata yang bisa Sima Cho pikirkan. Tidak pernah sekalipun dia berpikir bahwa ada manusia yang memiliki kekuatan semacam itu. Sepanjang hidupnya, pemandangan semacam ini adalah pertama kalinya dia temui.Dua orang Seniman Beladiri Kuno t
"Kamu?" Wajah Ba Ringin kali ini menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tidak lagi mengabaikan atau meremehkan pria muda di depannya, Ba Ringin mulai melihatnya dengan tatapan serius dan waspada. Karena barusan, satu serangan Rendy memberikan banyak dampak pada tangan dan pikirannya. Rasa sakit dan kesemutan pada pergelangan tangannya membuktikan bahwa apa yang dilakukan Rendy sebelumnya bukanlah sesuatu yang bisa di anggap remeh. Dari kejadian itu, Ba Ringin juga harus berpikir dan yakin bahwa pria ini memiliki kedudukan yang sama dengannya. Tidak! Ba Ringin melihat sesuatu yang berbeda dan membuat keningnya berkerut. "Grandmaster... Apakah kamu seorang Grandmaster?" Tidak menjawab, Rendy hanya memberikan senyum tipis, dan berkata, "Jika kamu tahu, sebaiknya kamu segera menyingkir." "Hehehe...." Tiba-tiba Ba Ringin tertawa kecil dan melihat Rendy dengan pandangan berbeda. Itu seperti pertama kali melihatnya, ada sedikit antispasi dan harapan di kedua matanya. Tapi tidak ada lagi
"Ledakan!"Energi di seluruh tubuh Ba Ringin meledak, dan dengan raungan, harimau di belakangnya mulai bergerak. "Bom.""Bom." "Bom."Seolah-olah terjadi gempa bumi, harimau raksasa itu seolah-olah membawa kehancuran saat bergerak. "Rooarr!" Membuka mulutnya, dan berlari di tanah, harimau itu meninggal kekacauan di belakangnya. "Menarik...." Tidak memiliki waktu untuk berkomentar, Rendy mulai serius dan memasang kuda-kuda. Meremas jari-jari di tangan kanannya, waktu di sekitar Rendy tiba-tiba berhenti, kemudian bergetar, dan dengan "ledakan" raungan Naga seketika terdengar. "Groooarrh!!" Meninju udara di depannya, kepala Naga Merah, seperti sebuah darah kental terbang dari balik tinju Rendy. Memiliki ukuran yang sama dengan harimau raksasa di sisi lain, keduanya akhirnya bertemu. "Boom!""Boom!"Dunia seakan-akan mengalami kehancuran, bumi mulai bergetar, debu dan angin tiba-tiba datang menghantam segalanya. "Boom!" Seolah-olah ada gunung yang meletus, suara ledakan itu te
Wajah Rendy kali ini menjadi dingin, dan membuat tubuh Sima Cho gemetar ketakutan. Benar-benar sangat takut, Sima Cho seketika jatuh ke tanah dengan air kencing yang mulai membasahi celananya. Sima Cho, pria dewasa dan dihormati di manapun berada itu sebenarnya mulai kencing di celana. "Hum?" Ketika Rendy melihatnya, seketika dia mengerutkan keningnya dan berhenti. Tapi dia tidak peduli dengan keadaan Sima Cho dan dengan dingin berkata, "Jangan berpikir bahwa aku akan melupakan semua perbuatanmu." "Bang!" Seketika Sima Cho menjatuhkan kepalanya ke tanah dengan keras dan bersujud kepada Rendy. "Tu-tuan.... Master... Grandmaster... Tuan Yang Agung! Sa-sa-saya... Mengaku salah! Tolong ampuni nyawa saya.... Apapun akan saya lakukan untuk menebus semua dosa-dosaku." "Apa menurutmu nyawamu setimpal dengan semua yang telah kamu lakukan?" Nada suara Rendy terdengar sangat dingin. Mengingat tentang kematian kedua orang tuanya, dan keberadaan adik perempuannya yang tidak diketahui, apa
Mengetahui bahwa saat tiba di Kota Xining adalah sore hari, Rendy memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Qilian esok hari. Bukan karena dia terlalu lama membuang waktu, tapi ada hal yang perlu dia lakukan untuk saat ini. Mengorek informasi dari Sima Cho, bahwa ada sebuah Sekte budidaya di Pegunungan Qilian, Rendy berpikir bahwa kekuatannya saat ini masih terlalu lemah. Meski tidak bisa di pastikan kebenarannya, Rendy memilih untuk mempersiapkan dirinya sendiri, bagaimanapun itu adalah sebuah Sekte. Jadi, pada malam harinya, Rendy sudah duduk di dalam kamar hotel sambil mengeluarkan kalung yang dia dapatkan dari Dayana. Keluarga Magata mungkin berpikir bahwa kalung warisan Keluarga mereka bukanlah sesuatu yang istimewa, tapi Rendy tahu bahwa itu adalah hal yang langka di bumi. Batu Spiritual. Batu yang memiliki energi spiritual antara langit dan bumi, itu adalah batu yang di gunakan oleh Dayana sebagai kalung. Berbicara tentang batu spi