Untuk pertama kalinya sejak awal sampai akhir, Rendy tiba-tiba mengangkat alisnya, dan merasa terkejut dengan reaksi komisaris. Tapi kejutan itu hanya sesaat, dan dia kembali tenang berkata, "Aku hanya menginginkannya untuk datang kemari besok pagi. Jika tidak, kalian tahu?" Tubuh tua komisaris Burhan tampak gemetar tak terkendali, dan ekspresinya sangat tidak rela. "Tuan, dia... Dia masih muda dan tidak tahu apa-apa. Dia adalah keponakan dan putriku satu-satunya, saya benar-benar memohon Tuan melepaskannya.""Saya benar-benar minta maaf atas namanya. Jika dia membuat Tuan marah, nyawa saya bisa digunakan sebagai gantinya.""Dor!"Suara pistol terdengar dan membuat empat orang di lantai menegang. Khusus untuk tiga pemuda dibelakang komisaris Burhan, mereka merasa sangat ketakutan dan tidak bisa untuk tidak melihat kearah atasannya sambil menahan nafas. Mereka bertiga sangat gugup, panik dan taku, lekat-lekat mengawasi tubuh berlutut komisaris Burhan yang sebentar lagi akan mengel
Dewa?Mata dan mulut Julia melebar. Berdiri mematung di depan pintu, dia sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang Bella katakan. Dewa, bukankah itu eksistensinya yang diluar imajinasi Manusia? Membalikan awan dan menciptakan hujan, apakah gelandangan itu mampu melakukannya?Tidak? Tidak mungkin! Bella pasti bercanda! Tidak mungkin gelandangan barusan orang seperti itu. Ini pasti hanya kecelakaan. Atau jangan-jangan ini karena Bella sudah diperdaya oleh pria itu dan akhirnya memanfaatkan statusnya. Benar! Pasti pria itu melakukan sesuatu pada Bella. Bagaimanapun, Julia telah mengenal Bella sejak lama, dan sangat tahu jika temannya ini bukanlah orang bodoh yang mudah dimanfaatkan. Dia juga bukan wanita yang mudah percaya, terlebih lagi itu adalah seorang pria. Bahkan, Bella juga tidak pernah sedikitpun melirik pria yang benar-benar baik dan mapan. Tapi sekarang, saat Bella sangat bersikeras dan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal hanya untuk pria tak dikenal, sesua
"Apa yang kalian pikirkan adalah benar," Komisaris Burhan mengangguk, dan melihat tiga pemuda didepannya selama beberapa waktu.Cukup lama menyaksikan tiga pemuda yang hampir kembali kencing di celananya itu, komisaris Burhan melanjutkan, "Dia kembali untuk mencari siapa yang membunuh kedua orang tua dan adiknya." "Dia kembali untuk membalas dendam, dan kalian harus tahu juga. Dia adalah satu-satunya manusia di negeri ini yang memiliki izin khusus untuk membunuh siapapun yang ingin dia bunuh." "Sekalipun itu aku, dia bebas melakukannya. Bahkan jika dia membunuh seluruh petugas di kantor polisi, kasus besar semacam ini hanya akan menguap begitu saja." "Kalian bisa berpikir sendiri, bagaimana orang dengan kekuatan semacam itu saat bertindak dan marah mencari pembunuh keluarganya." "Glek...." Lagi dan lagi, setelah komisaris selesai berbicara, suara menelan ludah tiga kali berturut-turut kembali terdengar dari ketiganya. Pada saat ini, tiga petugas polisi muda, yang hanya berpangka
Pagi hari.Tepat ketika hari masih gelap, Rendy yang berniat ke kamar mandi segera terdiam sesaat setelah membuka pintu kamar tidur. Melihat kamar tidur yang telah berubah sejak terakhir kali melihatnya, Rendy merasa sedikit terkejut, dan menggelengkan kepalanya. "Menyusun berbagai macam lilin yang entah darimana dia dapatkan sebelum tidur, apakah wanita ini memang memiliki hobi semacam ini?"Rendy, yang sedang membawa satu toples berisikan bubuk seperti bumbu kembali menggelengkan kepalanya saat menyaksikan Bella yang sedang tertidur di tempat tidur. Menempatkan toples yang dia bawa di meja kamar, Rendy mengambil selimut yang sudah ada dilantai, dan menutupi tubuh Bella. Kemudahan melihat wajah Bella yang sedang tertidur, Rendy kembali bergumam, "Bukankah aku sudah bilang sejak dulu bahwa ini tidak mungkin?" Rendy tampak sedikit tak berdaya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri. Sementara diluar gedung hotel, kendaraan polisi dengan seorang wanita didal
Di jalan raya, dalam mobil polisi yang sedang berjalan, Arinda tampak marah dan dingin berulang mengigit bibirnya. Berulang kali melirik pria yang telah berubah penampilan saat pertama melihatnya kemarin, Arinda sangat gatal untuk tidak menginterogasinya. Apalagi saat menemukan Bella, artis terkenal yang beberapa tahun ini menjadi bahan pembicaraan ternyata bermalam dengan pria ini dalam satu ruangan. Bukan hanya sekedar bermalam, tapi tampaknya juga telah melakukan hal-hal yang tidak biasa. Kejadian demi kejadian yang terjadi dengan bajingan ini, mau tak mau membuat Arinda terus bertanya-tanya dalam hatinya. Saking banyaknya pertanyaan itu, dia sampai melupakan identitas bajingan yang sedang duduk di kursi kopilot itu."Wanita tadi, bukankah itu artis terkenal Arabella Belle?" Rasa gatal di hati Arinda tidak bisa lagi ditahan, dan akhirnya bertanya.Meskipun mendengar pertanyaan Arinda, Rendy yang sedang menatap jendela dari kursi kemudi tidak menjawabnya. Karena tanpa menjawab,
Bajingan yang selalu membuatnya marah dan benci ini, apakah dia masih memiliki sisi lembut di hatinya?Dengan penampilan rambut panjang, dan tampak seperti preman jalanan, apakah pria ini benar-benar sedih dengan kematian kedua orang tua dan adiknya yang menghilang?Pria ini, apakah dia memiliki sisi lembut?Arinda terus bertanya-tanya dalam hatinya. Dia sungguh terkejut dan merasa tak terduga bahwa bajingan ini ternyata masih menyayangi keluarganya. Dari penemuan ini, secara tak sadar Arinda juga mulai merasa sedikit iba, dan kemarahan di hatinya sedikit mereda. Hanya saja, semua itu segera hancur saat Rendy berdiri dan melihat ke arah dirinya. "Bangunan gedung kosong di sebrang sana, siapa pemiliknya dan siapa yang sering mendatanginya?" "Hah?" Arinda seperti tersentak dan melihat bangunan yang Rendy maksud. Menyaksikan bangunan kosong seperti sebuah gedung dengan tinggi tiga puluh meter, dan tampak tidak pernah digunakan di sebrang sana, Arinda tiba-tiba kembali marah. Berbali
Di pinggiran kota Eco.Sekitar lima ratus meter dari sebuah bangunan rumah pribadi sangat besar dan megah yang berdiri di area sekitar hutan dan di kaki pegunungan, Arinda menghentikan mobilnya dan segera mematikan mesin. Menghentikan mobil jauh dari jalan menuju ke rumah pribadi, yang memiliki halaman sangat luas itu, Arinda tampak ragu-ragu selama beberapa waktu.Berbeda dengan Arinda yang ragu-ragu, Rendy-lah tampak tidak memikirkan apapun dan segera keluar. "Tunggu disini." Melihat Rendy yang telah keluar mobil, Arinda semakin bimbang dan tidak tahu apakah harus membiarkannya masuk sendirian atau mengikutinya. Mengingat bahwa rumah Henry ini jauh dari pemukiman, jika terjadi sesuatu, siapa yang akan mengetahuinya?Jika seandainya Rendy masuk, dan tidak bisa lagi kembali, bagaimana dirinya menjelaskan pada Komisaris? Tapi, pria ini sangat menyebalkan dan menjijikkan!Dirinya sudah mengingatkan beberapa kali bahwa Henry ini adalah penjahat kejam yang tak kenal hukum! Tapi kenap
Waktu seakan-akan berhenti berputar, dan atmosfer ruangan itu menjadi aneh. Semuanya terdiam dan suara tidak lagi terdengar. Selain pemandangan pria tua berlutut dengan dikerumuni oleh puluhan orang disekitarnya, dan Arinda yang berdiri mematung di tempatnya, tidak ada yang bisa memproses apa yang sedang terjadi. Mungkin hanya Rendy yang masih tidak terpengaruh, dan dengan tenang serta santai menikmati teh ditangannya. "Sruup..." Selain suara dari Rendy yang menyeruput tehnya, ruangan itu benar-benar hening. Entah telah berapa lama waktu berlalu, dan Rendy meletakkan gelas ditangannya kembali ke meja, dia akhirnya bergerak, dan mulai melihat sekelilingnya. "Kalian semua keluar." Tidak ada kata atau penolakan. Setelah Rendy memberikan perintah, lima puluh anggota Geng Serigala Merah di ruangan segera mengangguk dan berjalan ke pintu keluar. Melewati Arinda yang masih mempertahankan posisinya dengan menodongkan pistol di tangannya, satu-satu persatu semua orang keluar dengan me