Hari yang ditunggu kedua pasangan yang paling bahagia hari ini pun akhirnya datang juga. Ini adalah hari di mana Lian dan Anastasia mengikrarkan janji suci dalam ikatan pernikahan.Wanita cantik itu dibalut gaun putih dan wedding veil menjuntai, terlihat sangat elegan. Dia berjalan dengan anggun menuju altar. Sedangkan Lian menunggu dengan haru melihat kecantikan wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya.Mereka berudua pun akhirnya mengucap janji suci yang mengandung makna sangat dalam. Lian menyematkan cincin dijari manis Anastasia dan begitu pula sebaliknya.“Silakan kedua mempelai berciuman sebagai tanda bahwa pernikahan kalian telah resmi menjadi seasang suami istri.”Lian membuka veil yang menutup wajah istrinya. Menatap keindahan Anastasia dengan penuh haru. Akhirnya Lian mengecup mesra sang istri. Anastasia menyambut lumatan lembut Lian. sorak riuh keluarga, sahabat dan para tamu menjadikan kebahagiaan kedua pasangan itu menjadi lengkap.“Selamat Ana!” pelukan hangat dari Zev
“Akh! Lepas! Sakit, tolong lepas!” bentak Zevanya mencoba melepas cengkraman dileher dari pria paruh baya yang makin terasa erat.“Makin kamu berontak, makin erat cengkramanku ini!” terasa hembusan napas penuh nafsu dari pria tua Bangka itu.“A-Ayah, Ibu, akh, tolong!” tangannya terulur mencoba meraih kaki Ayah dan Ibunya yang saat ini pun terkungkung oleh anak buah dari pria tua bangka yang sedang mencekiknya saat ini.“Kalau kamu tidak sanggup membayar hutangmu, anak gadismu ini akan kunikahi!” ancam pria tua lintah darat dengan bringas.Zevanya gadis cantik bermata coklat tua itu menangis dengan menahan sakit. Rupanya Ayahnya terlilit hutang. Memang Hudson-AyahZevanya ini merupakan pejudi yang tak kenal kapok. Berbagai hutang sana-sini sudah tertumpuk bak gunung. Tapi tak disangka sampai ada orang yang menagih dengan cara seperti ini. Juga mengancam dengan cara harus menjadi istrinya jika hutang tidak terbayarkan.“Minggir, tolong lepaskan anakku! Aku akan bayar tapi jangan kau sak
Kaki jenjang gadis cantik itu menyusuri jalan, nampak rambut yang tergerai berayun mengikuti arah angina berhembus. Tangannya memukuli kaki yang mulai terasa pegal. Namun tak menyurutkan tekad dan semangat untuk terus mencari kerja. Di tengah perjalanan ada benda yang bergetar dalam tas. Zevanya mengambil benda pipih tersebut dan menerima panggilan masuk.“Halo, Ana?” sapanya.“Zeva, kamu seharian ini nggak ikut satu mata kuliah ke mana aja?” tanya Anastasia.“Hari ini Ayahku masuk rumah sakit dan harus operasi jantung. Sekarang aku di jalan cari pekerjaan karena harus membayar biaya rumah sak…” jelasnya terhenti karena pandangan tertuju pada bangunan ramai di sebrang jalan.“Zeva?”“Ana, maaf nanti aku kabari lagi.”Berjalan sambil mematikan sambungan telpon. Zevanya berlari menuju gedung tersebut karena di sana tertera lowongan pekerjaan untuk pelayan. Gadis polos itu memasuki tempat ramai tersebut dan melihat sekeliling. Dia Nampak asing dengan tempat itu. Baru pertama kali menjeja
Bak ditimpa musibah berkali-kali, Zevanya benar-benar muak dengan kehidupannya. Ingin sekali mengakhiri hidup dengan cara tragis sekali pun. Tapi tak ingin melihat Ibunya sendiri menanggung semua yang sudah diperbuat Hudson-Ayah selama ini.“Lepaskan tangan saya, Tuan, sakit,” pekik Zevanya.Alejandro membuka pintu mobil dan mendorongnya masuk. Dengan segera menutup pintu mobil. Lalu mobil melaju menjauh meninggalkan club malam. Entah akan dibawa ke mana oleh pria asing yang tak dikenalnya sebelumnya.“Tuan mau bawa saya ke mana. Tolong turunkan saya. Saya harus pulang.”“Katanya kau butuh uang, jadi lebih baik diam dan turuti semua perintahku. Atau aku bawa kamu ke tempat laki-laki yang berusaha menidurimu tadi,” gertaknya.Seketika tak terdengar ocehan yang keluar dari mulut Zevanya. Meski dia kerja di club malam, bukan sebagai jalang yang dimaksud. Zevanya rela bekerja dengan mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya tetapi tidak dengan melepas keperawanan. Ia benar-benar takut s
Membaca semua berkas yang diberikan Alejandro. Isinya membuat Zevanya terbelalak. Kontrak itu adalah selama setahun Zevanya akan menjadi istri kontrak dengan status sah. Semua kebutuhannya akan dipenuhi, termasuk biaya rumah sakit dan hutang-hutang Ayah akan dilunasi. Selama menjadi istri kontraknya keluarganya akan diberi rumah, dan Zevanya juga akan tinggal di apartemen lengkap dengan pelayan. Selama itu dia tidak boleh ikut campur urusan rumah tangganya dengan istri pertama. Begitu juga Alejandro tidak akan ikut campur dengan urusan pribadi Zevanya. Sementara juga gadis manis itu harus cuti kuliah karena harus fokus dengan kontrak yang mengharuskan dia hamil anak mereka.“Kamu tahu dari mana semua informasi tentang aku?” kata Zevanya memicingkan mata. “Ah, kamu bisa menyuruh orang lain untuk menyelidiki,” imbuhnya.Alejandro hanya tersenyum samar. Seakan memberi tahu bahwa semua bisa ia lakukan.“Ini kartu untuk kebutuhan keluargamu dan tulis nomor handphonemu di sini,” ujar Aleja
“Zeva? Hey, kamu gak papa kan?” tanya Ana karena pertanyaannya tak dijawab karena Zevanya hanya melamun.“Eh, enggak, gak papa kok,” kilahnya.“Zeva, pertanyaanku belum dijawab, loh.”Ana membuat gelagapan dengan pertannyaannya. Haruskah gadis manis ini jujur? “Ana, sebenarnya semalam aku hampir diperkosa oleh teman dari tamu yang kulayani,” Zevanya jujur.“APA! Terus kamu?” tanyanya prihatin.“Enggak kok, aku gak papa karena aku berhasil kabu dari sana. Tapi ….”Ekspresi Ana makin penasaran, ada rasa kesal dan marah terpampang diwajahnya. Zevanya ragu untuk melanjutkan cerita. Namun untung saja dia terselamatkan karena kedatangan salah satu dosen, Jorge menghampiri kami.“Zeva, Ana, sedang apa?”“Saya sedang mengajukan cuti, pak,” ucapnya sambil membungkukkan kepala tanda salam.“Cuti? Kenapa cuti? Tiba-tiba sekali,” Jorge tampak bingung.“Ada hal yang mengharuskan saya cuti, pak,” jelasnya.“Sayang sekali,” celetuk Jorge dengan suara pelan.Kedua gadis itu pamit pergi karena ada ya
Malam kian larut, Hudson dan Lidya sudah memasuki dunia mimpi yang jalani dalam alam bawah sadar masing-masing. Sudah pukul sembilan malam, Zevanya harus pulang untuk istirahat. Sudah waktunya untuk mengguyur badan dengan air. Karena ibarat bunga, malam ini dia hampir layu. Saat hendak keluar kamar inap Zevanya mengendap-endap agar tak menimbulkan suara yang bisa membangunkan Ayah dan Ibunya. Beruntung dia telah menutup pintu dengan pelan karena tak lama handphoneku berdering. “Temui aku di bawah!” titah pemilik suara diseberang sana. “Oh, iya tunggu sebentar,” sahut Zevanya. Gadis itu bergegas turun untuk segera menemui Alejandro. Apa yang akan diperintahkan padanya malam-malam begini. Apa tak bisa besok saja? seperti tak ada hari lain saja. Dia bos dari perusahaan besar, seharusnya banyak sekali pekerjaan yang harus dia lakukan. Apalagi ini sudah malam, bukannya istirahat itu hal yang penting untuk menjaga stamina? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dibenak Zevanya. Dia ingin
Pintu kamar terbuka. Zevanya yang hanya mengenakan bathrobe seketika panik. Namun saat mendapati Alejandro yang berdiri di depan pintu kamar, matanya tertuju pada darah yang menetes dari tangan kekar pria itu. “Ale, darah!” Zevanya menghamburkan pandangan mencari apapun untuk menghentikan darah yang menetes hingga lantai. Tak menemukan tissue atau kain bersih. Ia tarik handuk yang menutupi kepala dan menuntun pelan Alejandro sampai duduk disisi tempat tidur. Terdapat pecahan kaca yang menempel ditangan kekarnya. Jari-jarinya pun terkena aliran darah segar. “Dimana kotak P3Knya?” tanya Zevanya panik. “Di depan, samping pintu kamarmu ada meja kecil,” jelasnya. Setelah menemukan kotak yang berisi peralatan P3K, gadis itu dengan telaten membersihkan serpihan kaca yang menempel pada tangan Alejandro. Dengan teliti dan perlahan secara lembut dia membersihkan sampai luka itu dibalut dengan perban. “Sudah selesai. Jangan terkena air dulu. Besok aku ganti dengan perban baru.” Melihat Al