"Sebenarnya, aku bisa langsung mengabulkan permintaanmu, Kat, tapi apa Alex sudah mengizinkanmu?""Kalau soal itu ... aku ingin memberi kejutan pada Mas Alex. Selain orang tuaku, aku juga ingin sekali-kali membelikan sesuatu untuk suamiku, Pa."Papa mertua tidak bisa lagi membendung air mata. Diambilnya sapu tangan untuk menyeka matanya yang memerah dan basah."Aku tidak salah menjadikanmu menantu, Kat. Alex beruntung sekali memiliki istri seperti dirimu.""Papa ...."Aku juga sedikit terharu. Papa mertua memiliki sikap yang sangat hangat dan baik sekali kepadaku. Bahkan, orang tuaku sendiri tidak pernah memujiku seperti beliau. Tanpa aku sadari, rasa hormatku kepada papa mertua tumbuh semakin dalam."Tapi, aku tidak bisa memberikan apa yang kau mau, Kat."Suara pintu berderit lirih. Aku melirik sekilas ke arahnya, mendapati mama mertua dan Sabrina beranjak pergi. Mereka mungkin muak mendengar kasih sayang papa mertua padaku.Dan aku juga baru ta
"Dari mana saja kau?!" Suara Alex pelan, tetapi penuh penekanan."Ke rumah papa, Mas."Alexa melesat masuk begitu saja. Dia sama sekali tidak peduli kembarannya sedang ingin meledakkan amarah padaku."Buat apa kau ke sini?" tanya Alex kepada Alexa.Pertanyaan pertama belum terjawab dia sudah bertanya lagi, "Kenapa keluar tidak minta izin dulu?" Kali ini ditujukan padaku."Maaf, Mas. Tadi Mas Alex tidur sangat nyenyak. Aku tidak ingin menganggu. Lagi pula, aku niatnya cuma mau memberi makanan untuk keluarga Mas Alex, tapi malah jadi kelamaan ngobrol.""Mau memberi makanan juga kau harusnya minta izin dulu! Kau selalu saja membuatku jengkel!""Maaf, Mas. Aku tadi juga sudah mengirim pesan, tapi Mas Alex tidak menjawab.""Jangan banyak alasan! Kalau belum dapat izinku, kau tidak boleh keluar ke mana-mana!" bentak Alex."Istrimu datang ke rumah, itu hal yang wajar. Tidak perlu marah-marah sampai begitu! Kau tidak suka punya istri yang perhatian kepada
"Aku sudah tidur, Mas."Sial! Aku jadi kelepasan menjawab!"Mau pura-pura tidur? Kenapa? Takut atau tidak mau melakukan tugasmu sebagai istri?"Tubuhku menggelenyar aneh ketika bibir Alex menempel di tengkuk. Suara napasnya semakin menggebu. Aku merasakan bibirnya mulai menyesap leherku. Dia pasti sangat menginginkanku malam ini. Aku dapat merasakan gairahnya menggebu dari deru napasnya yang memburu.Aku tidak mau penyakitan! Dia juga tidak boleh melihat tatoku!"Mas Alex ..." Tidak! Mengapa suara yang keluar dari mulutku justru bernada manja? Hampir mendesah pula! Rasanya aku ingin menampar bibirku sendiri."Hemm?" Suara Alex begitu rendah dan berat.Leherku basah oleh jilatan Alex yang semakin liar. Lidahnya yang kasar tidak jeda menyapu kulitku. Sesekali dia menyesap sangat kencang dan membuatku hampir mendesah lagi. Tangannya mulai melingkar di perutku yang rata. Kemudian, semakin naik ke atas membelai dadaku. Beruntung, aku masih
"Kau siapa, ya? Seenaknya mau nyelonong masuk ke mobil orang!" ketus Alexa."Ya ampun, ini aku, Katminah!"Mata Alexa membola sempurna. Dia menatapku dari kepala hingga ujung kaki, sampai kepalanya mendongak keluar jendela. Lalu, mulutnya terbuka lebar karena takjub dan terkejut oleh perubahanku.Alexa membukakan pintu mobil. Dia sama sekali tidak berkedip dan terus mengikuti pergerakanku yang begitu anggun."Kau ... bagaimana bisa berubah sekali?!" seru Alexa seraya menutup mulut menggunakan telapak tangan."Biar tidak ketahuan mas Alex." Aku terkekeh pelan."Suaramu juga ... kau bisa mengubah suaramu? Gila! Hebat!" puji Alexa."Sedikit bisa. Hehehe.""Kau barusan ke salon, ya?""Tidak, kok. Aku cuma melihat tutorial dandan yang ada di n-tub."Alexa menggeleng-geleng masih mengagumi kemampuanku mengubah diri sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya kami sampai di depan gedung kantor Arion Group."Sampai sini saja. Terima kasih, Lexa.""A
Aku masih sempat melihat Erlina membuka lebar mulutnya tatkala Alex menaikkan daguku. Mungkin Erlina pikir Alex akan menciumku. Kenyataannya tidak seperti itu.Setelah pintu elevator tertutup, Alex memiringkan wajahku ke kanan dan ke kiri. Dia seolah-olah sedang menilai benda antik dalam genggaman tangannya."P-pak?"Alex kemudian mendorong wajahku dengan kasar ketika lamunannya buyar. Dia berdehem dan wajahnya sedikit merona."Namamu Kat?""Iya, Pak. Katerina Orchid. Biasanya saya dipanggil Rina, tapi rekan-rekan saya maunya panggil saya Kat."Alex berbalik memunggungiku setelah mendapat jawaban. Dia tidak menanggapi ucapanku. Tahu begitu, aku tidak akan bicara.Sampai di lantai lima puluh, aku membuntuti Alex. Dia semakin mempercepat langkah kakinya. Aku pun sama, mengekor Alex, seperti anak ayam pada induknya.Saat Alex membuka pintu, dia akhirnya memandangiku lagi. Raut wajahnya tampak begitu kesal."Kenapa kau membuntutiku?!" sentaknya."
"Parfum?"Aku mencium kedua lenganku. Ah ... benar! Aku belum mandi setelah pulang kerja. Hanya sempat membuka topengku di unit sebelah.Parfumku memang tahan lama. Alex juga sempat mendekatiku saat di lift tadi. Dia tidak curiga 'kan?"Tumben pakai parfum." Alex melengos pergi."Tadi barusan beli online, Mas."Alex melempar jasnya sembarangan. Aku lantas mengambilnya dan memasukkan ke tempat pakaian kotor.Sebal rasanya hidup bersama suami serampangan seperti Alex. Mungkin karena dari kecil dilayani banyak orang, dia tidak sadar sekarang hanya hidup denganku.Aku ini istrimu, Mas! Bukan babu!"Sudah masak? Aku lapar.""Belum, Mas. Tadi habis nonton film sampai ketiduran. Mas Alex mandi dulu, biar aku siapkan makanan."Setelah memastikan Alex menyalakan pancuran air, aku langsung berlari ke apartemenku. Gina rupanya telah memasak berbagai menu makanan yang menggugah selera.Selain cantik dan pandai memasak, Gina cukup peka menyiapkan kebut
"Maaf, aku harus menolaknya, Nona. Pekerjaanku masih sangat banyak di kantor.""Mmmh ..." Wanita itu mendesah manja. "baiklah, nanti mau makan malam bersama? Aku hanya dua hari di sini.""Akan aku usahakan. Masuklah."Aku bergegas pergi setelah mendapat cukup informasi yang tidak begitu berguna. Tapi, aku tetap merekam pembicaraan mereka untuk jaga-jaga.Aku bergegas melajukan mobil menuju tempat kerja. Tidak lupa parkir di gedung yang agak jauh dari perusahaan. Tidak mungkin karyawan yang sedang butuh uang punya mobil miliaran, bukan?Saat aku memasuki pintu, Alex juga kebetulan datang bersamaan denganku. Aku menunduk hormat padanya. Beberapa karyawan pun menyapa Alex dan dia mengacuhkan diriku begitu saja.Rasanya aneh diperlakukan acuh tak acuh oleh suamiku sendiri. Tapi, bukankah wajar karena aku adalah Katerina sekarang? Entah mengapa hatiku jadi tidak nyaman.Aku pun bekerja seperti biasa, diperintah para senior seenaknya. Hingga Imelda tiba-ti
"Tri, kau ada di mana sekarang?""Di markas, Kak. Ada apa? Misi Kak Zero sudah selesai?""Belum. Aku ada tugas untukmu.""Asik! Cepat katakan, aku sudah malas mendengar ocehan Bos Ray."Aku tak kuasa menahan tawa. Benar dugaanku. Para adik angkatku pasti kewalahan menghadapi Ray tanpa aku di sana."Pergilah ke Hotel Xavira, kamar 1405. Di sana ada suamiku sedang bersama seorang perempuan. Sebisa mungkin, buat suami keluar dari sana sekarang juga.""Huh? Kau memintaku untuk jadi penguntit?""Tidak. Perempuan yang bersama dengannya mencurigakan. Ini ada hubungannya dengan misiku," kilahku. Tidak mungkin aku mengatakan kalau aku sedikit, hanya sedikit, mengkhawatirkan Alex. Karena kondisi Alex memang tidak biasa.Dari layar monitor yang menampilkan siaran langsung itu, Alex tampak terseok-seok. Violet sepertinya melakukan sesuatu agar Alex bisa masuk ke kamarnya."Siap, laksanakan, Kakakku. Aku akan sampai secepatnya.""Jangan lupa pakai kam