Aku sudah menunggu terlalu lama. Maksudnya menunggu angkutan umum, taxi, atau bis ke arah rumah Seward. Hanya ada beberapa mobil pribadi yang lewat.
Kelihatannya tidak akan ada mobil lagi. Hari semakin gelap, kuputuskan untuk berjalan kaki pulang kerumah. Walaupun aku sedikit bimbang dengan keputusanku.
Kota ini benar-benar masih sepi, hampir tak ada mobil yang lewat. Aku mulai ketakutan ketika jam menunjukan pukul 07.00 PM.
Aku tidak tahu harus bagaimana. Handphone yang di berikan Seward tidak dapat di gunakan. Aku mencari telephone umum juga tidak ada. Apakah aku harus mengikuti jalan dengan cahaya lampu yang ada ini?
Aku melihat sekelilingku, kiri dan kananku masih rimbun dengan pepohonan yang menjulang tinggi.
Hujan yang mulai deras semakin membuat perasaanku tak menentu. Kalau saja aku ikut dengan teman-temanku tadi pasti aku tidak akan tersesat di jalan yang tidak aku kenal ini.
Bajuku sudah basah. Ketika aku tepat berada di bawah cahaya lampu bulu kuduk-ku merinding, suasana berubah menjadi seram.
Aku berdiri gemetar, aku terus melirik ke kanan dan kiri semuanya hanya gelap, hanya hutan. Ketika kakiku akan melangkah lagi, entah angin atau hewan buas berlari dengan cepat, sampai aku tak bisa melangkahkan kakiku.
Dari ujung jalan muncul seseorang dengan memakai jubah, semakin mendekatiku.
Dia berjalan dengan cepat, tepatnya bukan berjalan. Hanya dengan sekejap mata dia sudah berada di depanku, hanya berjarak dua meter.
Ketakutanku semakin menjadi-jadi, ingin sekali aku berlari meninggalkan tempat ini tapi kakiku sulit di gerakkan.
Dia tersenyum kepadaku. Senyumnya begitu menakutkan.
“Ternyata masih ada mangsa yang menyerahkan diri!”
Dia tertawa melihatku gemetar. Tapi kata-katanya sangat aneh ‘mangsa?’. Apa yang dia maksud? Aku tidak mengerti dengan ucapannya.
Dia semakin mendekatiku. Menatapku dengan hati-hati dan mengendus-endus sesuatu.
“Kau bukan manusia? Kau vampire menjijikan,” Dia memulai omong kosong lagi dan sekarang jarak kami hanya setengah meter.
“Vampire? Bukan vamp ... ire ...”
“Bukan vampire? Aku tidak salah dengan penciumanku,” Katanya. Lalu dia kembali mengendus sesuatu. Dan dia terlihat puas dengan penciumannya. “Ternyata benar. Berarti kau mangsaku.”
Tatapan matanya benar-benar menakutkan, wajahnya masam dan terlihat begitu mengerikan, tapi aku tak tahu siapa dia dan apa maunya dia terus mempermainkanku, ini baru hari pertama aku disini dan aku sudah mendapat masalah. Apalagi kalau aku semakin lama disini.
Dia menarik tanganku yang gemetar, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya.
Aku mencoba untuk melepaskan tanganku darinya tapi dia begitu kuat.
Dari celah-celah giginya yang putih muncul taring yang begitu runcing, dia mendekatkan giginya ke leherku. Semakin aku berontak dia semakin mendekat.
Sekarang aku tak punya kesempatan untuk meloloskan diri lagi, sebentar lagi mahluk ini akan memakan semua dagingku sampai aku mati. Selamat tinggal Seward.
Dari sudut mataku aku melihat ada mobil di depan mataku, ketakutanku mulai hilang, dan orang yang ada di dalam mobil turun menghampiriku. Namun yang terjadi adalah orang yang turun dari mobil adalah mahluk yang sama, sekarang aku benar-benar akan mati.
Si mahluk pertama cepat-cepat melepaskan tanganku ketika melihat orang itu datang.
Dia malah ketakutan dan menghilang dari pandanganku. Aku hanya bisa terkulai lemas dan bersandar dibawah tiang lampu.
Aku tidak tahu apakah mahluk yang kedua ini akan menyakitiku juga.
“Bangunlah. Kau tak perlu takut kepadaku. Akan ku antar kau pulang kerumahmu.”
Dia menyodorkan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku memutuskun untuk berdiri sendiri dan cepat-cepat untuk pergi dari tempat ini.
Setelah aku berhasil berdiri dengan napas yang masih tersengal-sengal. Kuputuskan untuk berlari sekuat tenaga yang aku punya.
Nyaliku menciut melihat dia terus memperhatikan aku, dan sekarang aku tidak yakin bisa pergi darinya.
Dia mulai berjalan menjauhiku ke arah mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Aku masih terpaku ditempat. Hanya seperti itu? aku kira akan menjadi makanannya. Aku tertawa senang di dalam hatiku. Akhirnya aku selamat dari keadaan aneh ini.
“Kau, cepatlah naik jika tidak ingin dibunuh oleh dracula tadi!” Katanya dengan santai dari dalam mobil.
Aku tak menjawabnya, aku terlalu takut dengan mahluk-mahluk fantasi seperti itu. lebih tepatnya horor.
Untuk waktu seperkian menit aku langsung lari kedalam mobilnya.
Aku tak takut lagi jika dia ingin membunuhku atau apapun yang akan dia lakukan kepadaku.
"Siapa kau?" Aku memulai pembicaraan ketika nafasku mulai tenang.
"Perkenalkan namaku Torrance, seperti yang kau lihat, aku mahluk immortal yang sering disebut sebagai dracula," Jawabnya.
"Kenapa kau tidak tertarik kepadaku seperti temanmu yang tadi?"
"Kau ingin aku memangsamu? Aku bukan pembunuh, walaupun aku lapar aku tidak akan membunuh. Tapi aku hanya menghisap sedikit darah manusia."
"Lalu mengapa dracula tadi menganggapku vampire?"
"Karena baumu terlalu unik. Seperti Vampire. Tapi bisa saja kau memang berteman dengan mahluk seperti itu," Jawabnya.
"Apa? Vampire? Tapi aku manusia, aku makan yang sama seperti manusia. Dan satu lagi, aku tidak punya teman immortal!" Omelku tak percaya dengan yang dikatakannya.
"Hei tenanglah, itu hanya dugaanku saja. Siapa namamu?"
"Maria Yuri. Panggil aku Yuri ... Boleh aku mengetahui tentang vampire?" Ucapku tidak sabaran.
Terkejut? sangat terkejut. Dia terus menyebutku vampire. Apa yang dia ucapkan aku tidak akan mempercayainya.
Aku jelas-jelas manusia, keluargaku juga manusia, tidak mungkin kalau aku vampire.
Dia masih fokus pada jalan yang kami lewati, hanya menatap kedepan.
"Hmm. Ternyata aku salah, kau hanya manusia biasa. Kau hanya berbau vampire saat ketakutan datang padamu."
"Benarkah? Sudah aku bilang! Kehidupanku sangat normal."
Aku menghela napas lega setelah mendengar pernyataan dia. Aku mulai ingat dengan jalan ini, ini jalan menuju rumah Seward.
"Di depan kau bisa belok kanan."
Torrance hanya mengangguk mendengarnya.
Aku melihat Seward yang sedang berdiri di teras rumah. Dia berdiri dengan tegap.
Wajah yang begitu cemas, dan aku merasa bersalah melihatnya. Membuatnya khawatir saat aku baru dua hari tinggal bersamanya.
"Yuri, darimana saja kau?! Bajumu basah, cepat masuk dan ganti bajumu."
Seward selalu membuatku merasa nyaman dengan perhatian yang dia berikan, tapi tidak kudapatkan dari mom and daddy.
"Aku tersesat dijalan. Oh Torrance! perkenalkan dia kakakku Seward," Mereka hanya saling memandang dan tak lama kemudian tertawa-tawa.
"Torrance ... temanku, kapan kau datang dari Perancis?" Seward memeluk Torrance, dan aku anggap mereka berteman setelah melihat interaksinya.
"Aku baru saja sampai, dan dijalan aku melihat seseorang yang sedang bermain air. Ternyata dia adikmu."
Seward langsung mengajak kami untuk masuk kerumah. Melihat mereka akrab seperti itu sangat membuatku senang. Ternyata jauh dari Mom and Dad membuat Seward bisa bersosialisasi dengan baik.
Ketika aku menuju ke kamarku Torrance menarikku. Tatapannya sangat dalam, namun aku bisa melihat, bahwa dia tidak ingin yang sudah dia perlihatkan kepadaku diketahui oleh Seward. “Yuri, kau bisa menjaga rahasia kan?” “Rahasia apa?” “Kau tidak boleh menceritakan kejadian tadi kepada Seward, oke?” “Oke, lagipula aku masih tidak percaya kalau di dunia ini masih ada mahluk seperti itu, konyol.” Torrance tersenyum, tapi senyumnya membuatku teringat akan kejadian tadi. Ketika senyumnya melebar, dari sela-sela giginya muncul taring yang sangat runcing. Aku tidak mengerti kenapa dia memberitahuku tentang dirinya. Dan di sini aku masih terpaku melihatnya, tidak bisa bergerak. Torrance melangkah mendekatiku."Kau percaya sekarang? aku dracula.” Matanya menatap mataku agar aku percaya dengan apa yang aku lihat. “Yahh, tapi kamu tidak akan memakanku!?” Aku bertanya dengan suara gemetar. “Aku belum lapar. Jika bulan p
"Aku tidak menyukai kakek-kakek ... tapi kalau wajah di depanku aku sangatt menyukainya." Aku dan Torrance tertawa dengan pelan. Aku takut akan membangunkan Seward kalau aku tertawa terlalu keras. "Kakakmu sudah bangun, sebaiknya aku keluar. Bye." Dia berdiri melangkah keluar dari kamarku dan mematikan lampu kamarku. Aku mematikan televisi dan sekarang perutku sudah kenyang. Dari tempatku duduk aku bisa melihat arah luar jendela, kilatan petir terlihat jelas, dan hujan masih belum berhenti sejak semalan. Aku menelan ludahku, bagaimana bisa aku bertemu dengan mahluk fantasi di sini. Padahal aku hidup di zaman modern, seharusnya mahluk seperti itu sudah punah. Aku menepuk pipiku, untuk memastikan jika aku sedang bermimpi. Rasa sakit itu membuatku sadar kalau aku harus menerima kenyataan yang ada. Hidup berdampingan dengan mahluk fantasi yang bisa hidup abadi. Sedangkan mereka bisa melihat aku tumbuh dan menua hingga aku meningglkan dunia
Hari demi hari kulewati dengan baik. Dua minggu ini aku merasa tenang. Namun siang ini Mom datang. aku tahu mereka akan datang, kukira tidak secepat ini. Ada sedikit perasaan takut dan rasa bersalah ketika melihat wajanya. “Hallo Yuri! Bagaimana kabarmu selama disini?” Mom menatapku dengan tajam. “Kabarku sangat baik Mom, Kakak memperhatikanku dengan sangat baik,” Jawabku dengan sangat yakin. Seward hanya menundukan wajahnya. Sebenarnya aku tidak terlalu mengerti dengan situasi yang dihadapi oleh Seward. Alasan sebenarnya dia memilih untuk menjauh dari Greendland. Aku melihat raut wajah Seward ketakutan sekaligus cemas. Bukan rasa rindu dan bahagia bisa melihat orang tuanya datang. “Baguslah.” Dad mengucapkannya tanpa ekspresi. “Kami berharap kamu bisa ikut pulang bersama kami, sekarang!” Mom menatapku dengan tajam. Aku balas menatap Mom dengan sinis, apakah wajar seorang Ibu memperlakukan anaknya seperti itu? “
Hubunganku dan Hary semakin membaik, kami hanya berbeda jadwal pelajaran bahasa dan olahraga. Saat istirahat tiba kami selalu pergi ke Greentree bersama, namun hanya disaat gerimis atau matahari tertutup awan. Waktu sinar matahari tidak tertutup awan kami selalu pergi ke perpustakaan sekolah. Kadang Hary tak masuk sekolah jika cuaca sangat cerah. Hal yang menyedihkan untukku. Tapi menurut Darren dan teman-temannya itu adalah cuaca yang sangat indah. Darren kadang menyebalkan, dia lebih menyebalkan dari Seward. Yang selalu menjahiliku, mengikuti kemanapun aku pergi walau aku ingin sendiri, bahkan selalu mencari perhatianku. Sedangkan dengan Torrance aku seperti mempunyai kakak satu lagi. Sejak Hary ikut makan bersama kami dia terlihat marah tapi karena keseringan datang dan belajar bersamaku, kini sikapnya baik-baik saja. Torrance selalu mengantarku ke sekolah saat Seward sedang ada keperluan mendadak. Tapi saat matahari cerah dia tidak berani
“Torrance, kau dari mana?” Aku bertanya kepada dia dengan rasa takut. “Aku lapar ... ingin darahmu,” Ucapan Torrance membuatku terkejut. “Torr ... kumohon! sadarlah. Aku Yuri. kau hanya becanda kan .” Sepertinya Torrance kehilangan kesadarannya. Dia terus mendekatiku perlahan. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Apakah dia akan menjadikanku makanannya? Pikiran itu terus memenuhi pikiranku yang kalut. Aku tidak bisa menghindarinya lagi, untuk laripun aku tidak sanggup. Ketika dia ada didepanku dia langsung menarik tanganku dengan kasar. Dengan jelas aku melihat taringnya keluar dan mendekatkannya ke tanganku. Aku mencoba menarik tanganku yang dipeganggnya dengan sangat kuat, sampai aku merasakan sakit. Torrance mulai menghisap darahku. Rasanya tidak enak, sangat sakit dan membuatku lemas ingin tertidur. Penglihatanku mulai memudar, yang aku harapkan aku masih bisa terbangun esok pagi. Kudengar ada teriakan
Akhirnya saat yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari ini nilai ujianku akan di bagikan. Setiap orang yang mempunyai nilai terbaik akan di berikan penghargaan. Tapi itu khusus untuk lima orang. Aku sangat berharap mendapatkan salah satu posisi di peringkat itu. Acaranya membuatku mengantuk. Jajaran para guru dan staff lainnya terus memberikan sambutan dan memberikan kata-kata yang tidak akan memberiku motivasi sama sekali. Membosankan. Ketika kepala sekolah menutup sambutannya. Aku benar-benar merasa lega. Seward juga datang ke sekolah untuk mengambil kartu hasil study ku semester ini. kulihat Torrance juga ikut datang. Namun dia menunngu di luar ruangan auditorium. Kini saatnya untuk mengumumkan siapa murid terbaik di semester ini untuk anak kelas tiga. Aku tidak sabar untuk mendengarnya. “......... untuk kelas tiga terbaik. peringkat ke lima diraih oleh Kay. Peringkat ke 4 diaraih oleh Micky. Peringkat ke tiga di raih oleh Ma
“Yuri, kau ingin tau satu rahasiaku?” Aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti. Seolah bertanya apa? “Yuri, sebenarnya aku menyukaimu. Sangat menyukaimu,” Mataku berbinar dan hatiku menghangat mendengar ucapan Hary. Aku mengerjapkan mataku tidak percaya. Hary menunggu jawabanku. “Kau serius?” “Aku tidak pernah main-main dengan ucapan dan juga perasaan.” “Aku sangattt menyukaimu...” Aku tidak tahu harus bicara apalagi. Tapi aku tahu aku sangat menyukainya, aku tak pernah melihat dia berbeda denganku atau apapun itu. satu yang paling aku inginkan sejak dulu, perhatian dan perasaanku terbalas olehnya. “Jawaban itu sudah cukup untukku ... Aku berjanji akan selalu ada disisimu,” Ekspresi Hary menghangat ketika mengatakannya. Dia menggenggam tanganku dengan sangat hati-hati. Meskipun aku merasakan dingin dari kulitnya, namun kebahagiaan yang diberikan Hary sudah cukup membuatku menghangat. “Hary, sepertinya hujan semakin
“Torrance tenangkan dirimu ...” Ucapku sedikit meringis menatap kecepatan mobil yang kami tumpangi. Torrance seperti orang yang di kejar monster, dia mengendarai mobil di atas 150 km/jam. Sudah seperti pembalap saja. Hary yang melihatku ketakutan, langsung memegang tanganku dengan lembut. rasa dingin langsung terasa menembus kulit tanganku. “Kita memang harus cepat Yuri, kau tenang saja. Torrance lebih pandai mengemudikan mobil.” Hary menenangkanku. Aku langsung memeluknya sambil memejamkan mata beberapa saat. “Mereka masih mengejar kita di belakang,” Ucap Torrance dengan wajah serius. “Akan aku hubungi sudariku untuk menjaga Yuri. setelah itu kita harus menyelesaikan masalah ini sebelum tercium oleh pemimpin kita,” Hary ikut bicara. Wajahnya sama seperti Torrance. Rasa cemas, takut dan marah. Semuanya ada di wajah mereka. Aku langsung tertegun, siapa pemimpin yang di maksud oleh Hary. kelihatan sekali Hary menjadi serba salah setelah