“Harusnya photomu di pasang sebelah sini,” ucap Seseorang yang sudah ada di sebelahku.
Aku langsung melihatnya, tidak terkejut seperti sebelumnya dan aku tidak pernah tidak terpesona dengan penampilannya. Sangat elegan. Dia menghampiriku dengan gaun biru terang. Kontras dengan kulitnya yang putih pucat.
“Halo,” aku menyapanya dengan kaku.
“Halo, haruskah aku tanya apa kabar?”
Hary membawaku pergi ke tempat yang tidak pernah aku duga. Sebuah hutan di pulau terpencil.Kami menaiki perahu yang di sewa oleh Hary. Jika tidak membawaku, sejak tadi Hary sudah sampai di tempat ini. Lagi-lagi cuaca memburuk. Awan gelap sudah menutupi sebagaian daratan.Hary menyuruhku untuk duduk tenang. Sedangkan dia sendiri sibuk menyiapkan tempat untukku dan Hary berteduh. Hary membuat rumah pohon, kecil tapi cukup untuk kami berdua.Tidak berapa lama setelah Hary selesai, hujan yang sangat deras langsung turun. Aku khawatir jika Maria bisa menemukan kami di sini.“Untuk sementara kita di sini dulu, kita tidak mungkin diam di sini untuk waktu yang lama. Maaf, aku terlalu ceroboh, Riry. Harusnya aku ....”“Stttt, kau tidak perlu meminta maaf, Hary. Kau membawaku bersamamu, aku sudah bahagia.”Hary memelukku, dia terlihat senang dengan apa yang aku katakan. Aku balas memeluknya dengan erat.Aku langsung ter
Aku dan Hary pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Ini sudah hari ke sembilan kami seperti ini. Entah sampai kapan kami akan terus bermain petak umpat dengan mereka.Hary tidak pernah menunjukan ekspresi sedihnya lagi. Dia lebih sering tersenyum, seolah kami sedang liburan untuk beberapa saat ke depan.Dengan kemampuan yang di milikinya, Hary mengendalikan pikiran orang lain untuk memenuhi kehidupan kami. Kadang Hary meninggalkanku sendiri, agar dia bisa memenuhi nafsu predatornya.Saat ini kami sedang berada di atas kapal, Hary mengajakku untuk pergi ke sebelah timur Nusantara. Aku yang tidak terlalu tahu hanya mengikutinya saja.Terkadang tanpa aku sadari, aku sudah berada di tempat berbeda. Aku tidak pernah bertanya kepada Hary. Aku percaya Hary bisa melindungiku.“Hary, sepertinya aku ....”“Aku tahu, ada beberapa vampire di sini. Kau jangan terlalu jauh dariku.”Aku langsung merapatkan tubuhku kepada H
2017 Aku meihat sekelilingku, daerah yang kutempati. Tidak banyak penghuni yang tinggal disini. Beberapa rumah yang kulihat dari sini jaraknya cukup jauh. Aku kembali melihat sekelilingku. Hanya ada gumpalan salju. Merasakan ketenangan ini cukup membuatku nyaman. Namun aku ingin merasakan hal baru. Kesepian yang aku rasakan sudah terlalu lama. Aku terkurung dirumah ini, sendiri. Dengan semua fasilitas yang mereka berikan aku tidak dapat mengusir kesepian ini. Temanpun hanya melalui email karena jarak mereka yang terlalu jauh. Aku menguatkan tekadaku, aku akan merubah keadaan ini. Bukan karena aku tidak menyayangi mereka, mungkin ini bisa disebut sebagai pemberontakan atas sikap mereka kepadaku. Yang aku inginkan hanya sedikit rasa peduli mereka. Kekanak-kanakan? Mungkin saja. Untuk gadis berumur 18 tahun hal yang wajar menginginkan perhatian lebih dari mereka. Ya, yang aku sebut mereka adalah orang tuaku. Orang
Hal yang paling kusukai, ketika melangkahkan kaki di halaman rumah Seward. Indah, persis dengan apa yang kubayangkan selama ini. Rumahnya besar, dengan arsitektur yang luar biasa keren. Lantainya dari kramik dan dindingnya dari kayu. Seward langsung menunjukan kamar yang akan menjadi milikku. Ternyata di lantai 2. Ruangannya besar, tertata rapi. Seperti sudah direncanakannya saja, semua fasilitas yang aku perlukan ada. Bajupun sudah dibelikannya. Entah bagaimana dia bisa mempersiapkan hal seperti ini. “Istiratlah, besok aku akan mengantarmu ke sekolah barumu.” “Baiklah. Good night kak. Terimakasih banyak,” Ucapku tulus. dan dia hanya tersenyum sebagai jawabannya. *** Ketika membuka mata, matahari mulai menampakan sinarnya menerobos lubang-lubang kecil dari pohon agar bisa masuk melewati jendela kamar ini. Aku mulai mengingat bagaimana aku bisa sampai disini. Perlahan aku membuka jendela, udara segar masuk kedalam kamarku, angi
"Oh Darren kau tumben sekali bisa bicara dan mengobrol. Biasanya kau hanya diam dan menutup mulutmu," Angel mulai memperhatikan kami yang sejak tadi terus mengobrol. Dan Darren terlihat marah. Tapi dengan gayanya yang cool, dia tetap terlihat santai. Darren hanya tersenyum dan kembali diam. "Maaf. Aku lebih suka melihat kau terus bicara ... ayolah Darren, aku minta maaf. Aku tak akan mengulanginya lagi," Angel terlihat menyesal. Wajahnya terlihat lucu saat dia bingung. "Angel kau selalu membuat Darren kesal. Lihat saja sampai besokpun dia tak akan mau bicara lagi denganmu. hahaha," Salah seorang temannya, yang bernama Naira semakin membuat Angel resah. Mereka memang terlihat sangat dekat. Untunglah aku bisa bertemu dengan mereka. Sedangkan Kay dan Micky hanya tertawa melihat tingkah mereka. "Kita sampai. Yuri kau duduk dengan kami," Ternyata dari caranya bicara, dia terdengar tenang. Tidak marah sama sekali. Tapi ekspresi Angel membua
Aku sudah menunggu terlalu lama. Maksudnya menunggu angkutan umum, taxi, atau bis ke arah rumah Seward. Hanya ada beberapa mobil pribadi yang lewat. Kelihatannya tidak akan ada mobil lagi. Hari semakin gelap, kuputuskan untuk berjalan kaki pulang kerumah. Walaupun aku sedikit bimbang dengan keputusanku. Kota ini benar-benar masih sepi, hampir tak ada mobil yang lewat. Aku mulai ketakutan ketika jam menunjukan pukul 07.00 PM. Aku tidak tahu harus bagaimana. Handphone yang di berikan Seward tidak dapat di gunakan. Aku mencari telephone umum juga tidak ada. Apakah aku harus mengikuti jalan dengan cahaya lampu yang ada ini? Aku melihat sekelilingku, kiri dan kananku masih rimbun dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Hujan yang mulai deras semakin membuat perasaanku tak menentu. Kalau saja aku ikut dengan teman-temanku tadi pasti aku tidak akan tersesat di jalan yang tidak aku kenal ini. Bajuku sudah basah. Ketika aku tepat berada di bawa
Ketika aku menuju ke kamarku Torrance menarikku. Tatapannya sangat dalam, namun aku bisa melihat, bahwa dia tidak ingin yang sudah dia perlihatkan kepadaku diketahui oleh Seward. “Yuri, kau bisa menjaga rahasia kan?” “Rahasia apa?” “Kau tidak boleh menceritakan kejadian tadi kepada Seward, oke?” “Oke, lagipula aku masih tidak percaya kalau di dunia ini masih ada mahluk seperti itu, konyol.” Torrance tersenyum, tapi senyumnya membuatku teringat akan kejadian tadi. Ketika senyumnya melebar, dari sela-sela giginya muncul taring yang sangat runcing. Aku tidak mengerti kenapa dia memberitahuku tentang dirinya. Dan di sini aku masih terpaku melihatnya, tidak bisa bergerak. Torrance melangkah mendekatiku."Kau percaya sekarang? aku dracula.” Matanya menatap mataku agar aku percaya dengan apa yang aku lihat. “Yahh, tapi kamu tidak akan memakanku!?” Aku bertanya dengan suara gemetar. “Aku belum lapar. Jika bulan p
"Aku tidak menyukai kakek-kakek ... tapi kalau wajah di depanku aku sangatt menyukainya." Aku dan Torrance tertawa dengan pelan. Aku takut akan membangunkan Seward kalau aku tertawa terlalu keras. "Kakakmu sudah bangun, sebaiknya aku keluar. Bye." Dia berdiri melangkah keluar dari kamarku dan mematikan lampu kamarku. Aku mematikan televisi dan sekarang perutku sudah kenyang. Dari tempatku duduk aku bisa melihat arah luar jendela, kilatan petir terlihat jelas, dan hujan masih belum berhenti sejak semalan. Aku menelan ludahku, bagaimana bisa aku bertemu dengan mahluk fantasi di sini. Padahal aku hidup di zaman modern, seharusnya mahluk seperti itu sudah punah. Aku menepuk pipiku, untuk memastikan jika aku sedang bermimpi. Rasa sakit itu membuatku sadar kalau aku harus menerima kenyataan yang ada. Hidup berdampingan dengan mahluk fantasi yang bisa hidup abadi. Sedangkan mereka bisa melihat aku tumbuh dan menua hingga aku meningglkan dunia