Mereka berpisah di parkiran kantor. Sebelum Hizkia masuk ke dalam mobilnya, Naomi berbisik, "Mimpikan aku ya." Senyum merekah di wajahnya yang cantik. Tidak ada respon berarti dari Hizkia. Tubuh yang lelah memengaruhi ekspresinya malam ini.
Hizkia melesat menuju rumahnya. Tiba di rumah, ia tidak mendengar suara istri dan anaknya. Pasti mereka telah tidur. Pria itu berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air di dalam kulkas. Didapatinya makanan yang dibuat oleh istrinya telah dingin. Ia tidak menepati janji untuk pulang lebih cepat.
Hizkia ingin memakan masakan itu, tapi sayang perutnya telah kenyang. Tadi dirinya diajak makan malam oleh Naomi. Perutnya tak sanggup lagi menampung nasi dan lauk pauk.
Hizkia menuju kamarnya. Saat ia masuk lampu telah remang. Ia melihat istrinya tidur meringkuk dalam selimut. Ia melangkah menuju kamar kecil, membasuh diri sebelum istirahat malam. Begitu melangkah keluar terasa segar tubuhnya kini.
Naik ke ranjang, ia menyalakan lampu nakas dan menatap istrinya berlama. Ruth tidak terganggu terlihat begitu lelah. Ia melihat kelopak mata dan hidung istrinya memerah. Apakah Ruth menangisi kejadian tadi?
"Kamu sudah tidur? Maafkan aku untuk apa yang kamu saksikan di kantor siang tadi," Hizkia berbicara di depan wajah tenang Mama Elkana.
Ruth tentu saja tidak mendengar apa yang disampaikan suaminya. Hizkia mematikan lampu nakas, menyusul istrinya dalam ruang mimpi. Keduanya terlelap dalam suasana hati yang keruh.
Terbangun di tengah malam karena mimpi, Ruth turun dari ranjang menuju kamar mandi dan mencuci wajahnya. Melihat pantulan wajahnya di cermin, membuat Ruth menjadi rendah diri secara tiba-tiba.
Penampilan Ruth yang sederhana mungkin tidak begitu menarik bagi suaminya, sehingga Hizkia kembali ingin merajut kasih dengan perempuan yang dulu pernah mengisi hatinya. Tidak ada pria yang menolak wanita seperti Naomi.
Ruth mewajari kecenderungan seorang pria, tertarik pada yang cantik. Dirinya menyadari sebagai suami istri selama ini relasi mereka tidak hangat, lebih tampak seperti dua orang asing yang tinggal di satu atap yang sama.
Walaupun Ruth telah melayani setiap kebutuhan Hizkia, dirinya belum lagi siap memenuhi kebutuhan biologis suaminya. Mungkin itu pula yang menyebabkan suaminya mengakrabi perempuan lain.
Ruth memejamkan mata, menarik dan membuang nafas. Ia melangkah keluar. Ingin kembali tidur, hanya saja ia jadi tidak berminat untuk naik ke ranjang.
Dirinya mengambil posisi tiduran di sofa. Disini rasanya lebih baik, pikir Ruth. Masih sempat Ruth untuk tidur kembali sebelum matahari menunjukkan diri pagi ini.
💕💕
Pagi menjelang, pasangan suami istri telah bangun bersama si kecil Elkana. Mereka sedang santap pagi dalam suasana hening. Hanya celotehan Elkana juga denting sendok dan piring yang terdengar.
"Besok, aku dan Elkana, akan ke rumah bunda," mama Elkana memulai pembicaraan. Subuh tadi dirinya telah memutuskan hal ini.
Rumah bunda di Palembang, berarti mereka akan pergi untuk beberapa hari mungkin saja berminggu. Hizkia keberatan dengan ide istrinya.
"Apakah bisa diundur? Biar aku bisa ikut." Hizkia menatap Ruth, menanggapi usulan istrinya.
"Tidak perlu ikut. Aku tidak mau diburu-buru balik ke Jakarta." Mama Elkana tak menoleh sedikitpun pada suaminya, fokus menyuapi Elkana. Ia terlihat tenang menyampaikannya..
"Mengapa tiba-tiba? Apa ini ada hubungannya dengan kejadian di kantor lalu?" selidik Hizkia menyipitkan matanya mencari jawaban di wajah istrinya.
"Aku ke kantor ingin mengatakan rencana mau berkunjung ke rumah bunda. Tidak tiba-tiba," sangkal Ruth.
Suasana hening kembali. Keduanya nampak tidak ingin meneruskan percakapan.
"Aku pergi." Hizkia menuju Elkana untuk pamit dan mencium kepalanya. Begitulah kebiasaan Hizkia sebelum pergi ke kantor, hangat pada Elkana dan biasa pada Ruth.
Selama menikah, keduanya menjaga jarak. Kata cinta belumlah terbit, namun keduanya telah terikat. Tidak seperti penampakan rumah tangga lainnya yang komunikatif. Pasangan suami istri ini tidak banyak bicara sejak pernikahan mereka. Satu sama lain cenderung mengurus urusan masing-masing.
Kunjungan mama Elkana tempo hari sesungguhnya satu langkah ingin lebih dekat dan kenal dengan suaminya. Ruth mengambil inisiatif untuk itu. Tidak mungkin selamanya mereka seperti orang asing di satu rumah yang sama. Mama Elkana menyimpan perasaannya sendiri, entah sampai kapan ia akan mengungkapnya pada Hizkia.
💕💕
Hizkia resah dengan keputusan istrinya untuk terbang ke Palembang. Menarik nafas panjang, Hizkia berpikir harus bagaimana merespon keinginan istrinya.
Memberi Ruth kebebasan atau tidak? Tapi di ruang makan, istrinya nampak tegas akan rencananya ke rumah bunda membawa Elkana.
"Hai Kia..." Seorang perempuan menyapa Hizkia di siang hari. Perempuan bernama Naomi yang pernah mengisi ruang hatinya. Hizkia menoleh ke arah pintu, diam tanpa berniat menanggapi. Naomi duduk di sofa dengan anggun dan meminta Hizkia turut bergabung.
Hizkia menuruti perkataan Naomi. Mereka duduk sebelah menyebelah, "Kamu nampak lesu siang ini." Tangannya mengelus bahu Hizkia, sebelah lagi di paha. Pria itu menepisnya, teringat peristiwa tempo hari ia merasa bersalah.
"Ada apa denganmu? Mulai gusar hati, heh?" pertanyaan Naomi tetap tidak dijawab Hizkia.
"Kamu ingat, pernikahan kamu sebatas wasiat untuk menjaga kakak iparmu. Hatimu tidak tersisa ruang," bisik lembut suara perempuan cantik itu.
"Apa ini tidak salah?" Hizkia menoleh seolah meragukan apa yang tengah mereka jalani sekarang.
"Mengapa gusar? Mulai mencinta?" cecar Naomi dengan fokus pandangan pada Hizkia.
"Tidak tahu. Hanya saja aku dilanda rasa bersalah saja," jelas Hizkia kembali menatap lurus ke depan.
"Dia datang belakangan di hubungan kita. Dia harusnya memahami ini. Kita saling mencintai, sudah dari dulu. Tiba-tiba kita harus mengakhiri hubungan karena dirinya."
Mereka sudah sempat putus, sesuai dengan yang disampaikan Hizkia pada mama Elkana. Namun, kerja sama perusahaan mempertemukan mereka kembali dan mengusik hati akan kisah manis masa lalu.
Hizkia tidak menepis bahwa hatinya merindukan Naomi sehingga menerima kembali jalinan kasih yang sempat putus. Selain itu hubungan mereka juga menguntungkan perusahaan.
Jelang sore hari Ruth telah menyiapkan barang bawaan untuk menjumpai bundanya, oma Elkana, di Palembang.Dia sempat sedikit kecewa karena Hizkia tidak menjelaskan kejadian tempo hari di kantor seperti apa. Padahal ia akan bersedia mendengarkan.Ruth juga enggan menanyakan langsung. Ini termasuk janji mereka sebelum menikah untuk tidak ikut campur dalam urusan pribadi pasangan.Ruth tersenyum melihat Elkana yang gembira bermain tanpa beban sedikit pun. Ia harus bertahan dalam pernikahan ini, sebab telah memilih maju sampai di titik ini.Hanya saja, ia perlu menepi untuk tahu sejauh mana hati telah terpengaruh oleh pesona suaminya. Dan bagaimana akan melanjutkan pernikahan ke depan."Sudah bersiap?" Tanpa disadari Ruth, Hizkia telah pulang saat ini berdiri di belakang tubuhnya."Sudah," jawab Ruth."Hari Sabtu aku akan menyusul kalian." Itu
"Ruth ya..." Mama Elkana memindai wajah pria di hadapannya ternyata teman lamanya sewaktu SMA di Palembang.Bunda yang mengenali sosok Kris membalas sapaan."Nak Kris... iya ini Ruth. Nak Kris, ketepatan jumpa di sini," sambut Magdalena."Iya Tante, saya sedang cari hadiah untuk kelahiran ponakan saya. Pas setelah jam meeting tadi saya ke sini," jawab Kris ramah sesekali melirik Ruth.Mama Elkana tidak banyak bicara hanya tersenyum samar. Dirinya tiba-tiba teringat pada masa lalu banyak peristiwa konyol sewaktu SMA yang mereka lakukan, seperti mengerjai teman sekelas yang berulang tahun atau yang terlambat masuk kelas."Kapan-kapan saya boleh main ke rumah, Tante?" tanya Kris dengan berani tanpa basa-basi.Tidak menunggu jawaban Kris melanjutkan, "Bos kecil ini anak kamu, Ruth?"Ah, hampir saja Elkana terabaikan dalam pembicaraan mereka. Setelah beberapa menit bercakap-cakap, mereka bertukar nomor ponsel dan melanjutkan langkah
Entah telah sejauh apa hubungan antara Hizkia dan Naomi. Kerja sama antarperusahaan akan membuat mereka hampir setiap hari bertemu. Menerka-nerka hal itu tidak baik bagi pikiran mama Elkana, rasa tidak percaya diri pun kian mendominasi Ruth.Ruth kembali ke kamarnya sekitar pukul dua puluh dua setelah menidurkan Elkana. Sempat ingin beristirahat bersama Elkana saja namun ia ingat ini bukan di rumah mereka. Tentu saja tidak tepat bersikap egois dan kekanakan saat ini.Ternyata Hizkia belum tidur dan sedang duduk melipat kaki dengan tangan terangkat di sandaran sofa kamar menunggu istrinya. Mama Elkana masuk lalu menutup pintu. Ia mengerling cepat dan menemukan suaminya tengah menatapnya.Ruth berjalan melewati suaminya menuju ranjang tanpa sapaan sedikit pun. Hizkia yang menunggu istrinya tapi dicuekin benar-benar habis kesabaran. Perlakuan mama Elkana semenjak di Jakarta sampai tiba di Palembang bikin Hizkia geram.Beranjak dari duduknya, Hizkia men
Kembali ke Jakarta membuat Ruth berpikir keras untuk menyusun rencana terkait pernikahannya. Ruth perlu mempertimbangkan perkataan bunda, ia telah memutuskan sesuatu hal dalam benaknya.Ruth kembali dalam aktivitas hariannya sebagai istri dan ibu. Ia mempersiapkan segala keperluan suami dan anaknya. Tetap irit bicara. Sementara perasaan Hizkia lebih tenang bila istrinya berada di rumah dalam pantauannya.Teringat tentang masakan, ternyata Hizkia telah melewati banyak hari untuk tidak mencicipi masakan istrinya yang lezat. Alasan kesibukan dipakainya dengan maksud supaya istrinya tidak perlu repot-repot memasak.Padahal Ruth tak pernah merasa kerepotan, ia memang senang memasak. Kali ke depan Hizkia tidak mau melewatkan kesempatan menikmati hidangan yang disajikan istrinya."Boleh siapin bekal makan siang buat aku, ngga?"Itu permintaan Hizkia telah beberapa minggu setelah kembali dari Palembang."Boleh." Ruth mengangguk.
"Hei! Kamu perempuan, tidak sadar yang kamu dekati pria beristri? Tidak laku atau tidak bermoral?" Ruth beralih melancarkan serangan pada Naomi. "Saya tahu kalian rekan kerja dan pernah menjalin hubungan romantis. Tapi sikap kalian sangat rendah dan tidak layak," berang Ruth pada Hizkia dan Naomi. Ruth menepis rasa hormat pada suaminya. Naomi seketika berdiri dan tersinggung dengan ucapan mama Elkana. "Yang tidak laku aku atau kamu. Menikah dengan pria jauh lebih muda, memangnya kamu mampu melayaninya?" Naomi yang dikenal lembut tersulut api amarah. "Hhh... sudah tanyakan pada pria ini, siapa yang meminta menjadi istrinya? Berkali-kali ditolak, tetap ingin menikahiku bahkan keluarga besarnya turut andil. Hhm... apa itu disebut tidak laku?" Ruth melirik respons Hizkia sebentar, ia berlagak sombong. Ruth melipat tangan di dada dan menegakkan dagunya menandakan ia lebih diinginkan dari Naomi meski sebenarnya dada Ruth berdetak cepat.
Di akhir bulan, pengasuh yang dicari telah dipekerjakan Ruth, sebenarnya tidak banyak kerja harian pengasuhnya. Hanya saja bila mereka bepergian lama ke luar rumah, peran pengasuh penting untuk membantu kebutuhan Elkana.Pengasuh tidak tinggal bersama mereka melainkan datang pagi pulang sore. Mama Elkana masih mengambil tanggungjawab untuk melayani suami dan anaknya. Ia merasa mampu.Jadwal kunjungan proyek tiba, Hizkia telah meminta Melina untuk memesan tiket menuju lokasi pembangunan resortnya. Ia akan turut serta meninjau lokasi. Naomi tentu saja turut serta dalam perjalanan karena ini kerjasama antara perusahaan mereka.Malam sebelum keberangkatan, Hizkia memberitahu Ruth jadwal penerbangan esok hari. Ruth tahu Naomi ikut serta di kunjungan kerja ini. Dari mana mama Elkana tahu? Melina. Melina telah menjadi sekutu baik Ruth. Sekalian menjadi mata-mata suaminya. Nampaknya, jiwa intelijen Ruth tumbuh bers
Untuk sampai ke lokasi pembangunan, mereka menggunakan tiga mobil. Satu mobil untuk Naomi dan asisten, Hizkia bersama istrinya di mobil yang lain, untuk Melina dan tim disediakan pula mobil berbeda. Bila saja Ruth tidak turut serta berkunjung ke lokasi, ia memastikan Naomi akan semobil dan menempel pada suaminya. Perempuan itu akan memanfaatkan waktu untuk menggoda Hizkia terus-menerus menggunakan tubuh dan kalimat rayuan manis. Sementara Hizkia cenderung tidak menolak aksi Naomi bila saling berdekatan. Apakah itu karena murni dorongan cinta pada Naomi, hasrat, atau untuk kepentingan perusahaan. Hal yang pasti, hati Ruth begitu senang sebab ia merasa menggagalkan rencana Naomi. Senyum sendiri di mobil, Ruth tidak mendengar panggilan suaminya. Hizkia menarik lengan Ruth agar beralih melihatnya. "Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Hizkia menaikkan satu alis matanya penasaran. Ketahuan begitu, wajah mama Elkana
Sewaktu Ruth berjalan-jalan di taman hotel, tanpa sengaja Ruth bertemu lagi dengan Kris. Pria yang waktu itu bertemu di mal daerah Palembang. Kris sedang melakukan perjalanan dinas, katanya begitu. Sementara Bu Ratmi tengah menemani Elkana bermain mengejar kupu-kupu di taman."Wah, kayaknya kita jodoh nih," sapa Kris tersenyum pada Ruth.Wajah Ruth menghangat mendengar perkataan Kris, "Mau kamu tuh.""Iya loh, sudah jauh ke sini kita jumpa lagi. Apalagi kalau tidak jodoh namanya," mama Elkana tergelak sambil menutup bibirnya dengan satu tangan, sebelah lagi menyentuh perut."Tampak cantik kamu," tidak sadar Kris terlalu jauh berucap, "eh... sama siapa ke sini, bertiga aja?" Ia menetralisir suasana, menatap arah taman.Deheman dari belakang membuat keduanya menoleh. Rupanya Hizkia menyusul, "Halo Pak! Saya suaminya Ruth." Mereka berdua berjabat tangan, saling menyebut nama. Ini pertemuan pertama Hizkia dengan Kris, sementara sepengamatan singk