Lima bulan berlalu. Sepanjang periode itu ada kabar mengejutkan dari Lidya. Perempuan itu membuat pengakuan melalui video yang dipublikasi pada media sosial miliknya.Sembari menangis perempuan itu berkata, "Saya Lidya Prameswardjo memohon maaf telah membuat masalah, keributan dengan pengusaha muda Hizkia Perkasa Alamsyah. Saya telah menuduhnya melakukan kejahatan penganiayaan dan asusila yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Adapun motivasi saya tidak lain karena memiliki kekaguman pada yang bersangkutan. Tidak ada pihak lain di belakang saya, seperti yang diberitakan beberapa media. Besar harapan saya, Hizkia berkenan memaafkan saya."Video itu telah sampai pada Hizkia, dikirim oleh Hidayat. Penasihat hukum Hizkia tahu bahwa kliennya tidak begitu aktif mengikuti pemberitaan di media sosial."Dasar Lidya! Malah melindungi orang-orang yang di belakangnya!" seru Hizkia tidak habis pikir. Pengakuan itu tidak mendapat maaf dari Hizkia, sebab bukan seperti itu yang dimaksud oleh Hizkia.
Senyum mengembang di wajah Ruth bersama Elkana-anak dalam gendongannya-saat memasuki kantor Hizkia Perkasa Alamsyah, sang suami. Ia melangkah dengan semangat untuk memberi kejutan kunjungan pada suaminya. Ruth berencana mengajak Hizkia makan siang bersama. Beberapa bulan menikah mereka belum saling terbuka satu sama lain. Kali ini Ruth mengambil inisiatif. "Kita ketemu Papa ya El", ujar Ruth pada anaknya. Elkana tersenyum, bertepuk tangan dan menyebut pa...papa...pa... berulang kali. Ruth dan Elkana tiba di depan ruangan sekretaris, "Bapak ada?" tanya Ruth. "Selamat siang Bu Ruth. Ya Bu, Bapak ada. Sedang ada tamu. Ibu mau masuk atau menunggu sebentar?" jelas Melina-sekretaris Hizkia. "Aaah ya... Saya tunggu saja Mel, mungkin sebentar lagi selesai. Tamu dari mana, Mel?" tanya Ruth lagi. "Dari perusahaan rekanan, Bu Ruth. Namanya Ibu Naomi," terang Melina.
"Oh, itu istri kamu. Ngga kelihatan lebih tua ya." Naomi menyindir istri Hizkia, saat pria itu kembali masuk ruang kerjanya. "Mantan kakak ipar kamu, bukan? Terus, yang digendongannya anak abang kamu. Oh I see," Naomi melontarkan dugaan tentang Ruth, namun ia jawab sendiri. Dan kesemuanya itu adalah benar. "Tadi, kenapa dia lari? Padahal aku ingin berkenalan lebih dekat, mana tahu kita bertiga bisa jadi partner... dalam rumah misalnya." Senyum manis Naomi ditanggapi datar oleh Hizkia. "Berhenti, Naomi. Bisa-bisa, ini akan membuat hubungan aku jadi renggang, Naomi." Akhirnya Hizkia menanggapi semua perkataan yang disampaikan Naomi. "Memangnya sudah sedekat apa? Siapa itu nama istri kamu? Pernah kenalan tapi sudah tak ingat nama," Naomi berlagak lupa. "Ruth. Namanya Ruth Tribuana Tunggadewi," jawab Hizkia. 💕💕 Kembali ke masa beberap
Hizkia diam dan menurunkan pandangannya ke meja makan seperti sedang merenungkan sesuatu. Barangkali, hatinya mulai tergugah sebab perkataan Ruth. "Abang sudah memberi banyak hal kepadaku. Bukan hanya bantuan uang, tapi juga tempat tinggal saat itu. Mendiang Abang sungguh baik. Bagi Abang, Kakak dan Elkana paling berharga. Maka, aku akan menjaga dengan baik," jelas Hizkia kembali menatap perempuan yang juga calon istrinya. Kening Ruth mengernyit. Hizkia bersedia mengorbankan diri untuk menghabiskan seluruh hidup bersamanya dan Elkana. Menurut Ruth, tidak masuk akal rasional kelakuan Hizkia saat ini. "Kami seperti barang buatmu," kata Ruth seraya mengalihkan pandangan. Hizkia terkekeh lagi, "Kalau itu barang, aku pasti akan menolaknya, Kak. Tidak sebanding." Selalu saja ada jawaban Hizkia.Tidak diragukan sebab ia sama seperti mendiang suami Ruth yang seorang pengusaha, lihai memilih kalimat demi kalimat.
Dari kejauhan, Hizkia dapat melihat bahwa Ruth mulai lebih tenang dibandingkan awal kedatangannya. Ia berjalan mendekati makam abangnya.Hizkia ikut duduk di pinggiran makam. Kemudian, Ruth mengambil Elkana dari gendongan Hizkia. Pria itu bercakap dalam hatinya dan memanjatkan doa."Ayah... ini Elkana datang. Elkana mendoakan Ayah tenang di sana. Elkana di sini baik-baik Ayah." Ruth menirukan suara anak kecil sebagai ganti Elkana."Kapan-kapan Elkana datang lagi, ya, Ayah."Sewaktu Ruth berdiri dan akan beranjak dari makam. Hizkia berbicara di hadapan makam abangnya, "Abang, terimakasih untuk semua kebaikan Abang padaku. Aku telah melamar Mama El, tinggal menunggu jawaban iya. Aku juga telah berjanji untuk menjaga Elkana dan mamanya." Hizkia berdiri menoleh pada Ruth. Perempuan itu melongo mendengar penuturan mantan adik iparnya itu. Dihadapan makam itu ia berani mengatakan hal seperti itu.
Mereka berpisah di parkiran kantor. Sebelum Hizkia masuk ke dalam mobilnya, Naomi berbisik, "Mimpikan aku ya." Senyum merekah di wajahnya yang cantik. Tidak ada respon berarti dari Hizkia. Tubuh yang lelah memengaruhi ekspresinya malam ini. Hizkia melesat menuju rumahnya. Tiba di rumah, ia tidak mendengar suara istri dan anaknya. Pasti mereka telah tidur. Pria itu berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air di dalam kulkas. Didapatinya makanan yang dibuat oleh istrinya telah dingin. Ia tidak menepati janji untuk pulang lebih cepat. Hizkia ingin memakan masakan itu, tapi sayang perutnya telah kenyang. Tadi dirinya diajak makan malam oleh Naomi. Perutnya tak sanggup lagi menampung nasi dan lauk pauk. Hizkia menuju kamarnya. Saat ia masuk lampu telah remang. Ia melihat istrinya tidur meringkuk dalam selimut. Ia melangkah menuju kamar kecil, membasuh diri sebelum istirahat malam. Begitu melangkah keluar terasa se
Jelang sore hari Ruth telah menyiapkan barang bawaan untuk menjumpai bundanya, oma Elkana, di Palembang.Dia sempat sedikit kecewa karena Hizkia tidak menjelaskan kejadian tempo hari di kantor seperti apa. Padahal ia akan bersedia mendengarkan.Ruth juga enggan menanyakan langsung. Ini termasuk janji mereka sebelum menikah untuk tidak ikut campur dalam urusan pribadi pasangan.Ruth tersenyum melihat Elkana yang gembira bermain tanpa beban sedikit pun. Ia harus bertahan dalam pernikahan ini, sebab telah memilih maju sampai di titik ini.Hanya saja, ia perlu menepi untuk tahu sejauh mana hati telah terpengaruh oleh pesona suaminya. Dan bagaimana akan melanjutkan pernikahan ke depan."Sudah bersiap?" Tanpa disadari Ruth, Hizkia telah pulang saat ini berdiri di belakang tubuhnya."Sudah," jawab Ruth."Hari Sabtu aku akan menyusul kalian." Itu
"Ruth ya..." Mama Elkana memindai wajah pria di hadapannya ternyata teman lamanya sewaktu SMA di Palembang.Bunda yang mengenali sosok Kris membalas sapaan."Nak Kris... iya ini Ruth. Nak Kris, ketepatan jumpa di sini," sambut Magdalena."Iya Tante, saya sedang cari hadiah untuk kelahiran ponakan saya. Pas setelah jam meeting tadi saya ke sini," jawab Kris ramah sesekali melirik Ruth.Mama Elkana tidak banyak bicara hanya tersenyum samar. Dirinya tiba-tiba teringat pada masa lalu banyak peristiwa konyol sewaktu SMA yang mereka lakukan, seperti mengerjai teman sekelas yang berulang tahun atau yang terlambat masuk kelas."Kapan-kapan saya boleh main ke rumah, Tante?" tanya Kris dengan berani tanpa basa-basi.Tidak menunggu jawaban Kris melanjutkan, "Bos kecil ini anak kamu, Ruth?"Ah, hampir saja Elkana terabaikan dalam pembicaraan mereka. Setelah beberapa menit bercakap-cakap, mereka bertukar nomor ponsel dan melanjutkan langkah