"Oh, itu istri kamu. Ngga kelihatan lebih tua ya." Naomi menyindir istri Hizkia, saat pria itu kembali masuk ruang kerjanya.
"Mantan kakak ipar kamu, bukan? Terus, yang digendongannya anak abang kamu. Oh I see," Naomi melontarkan dugaan tentang Ruth, namun ia jawab sendiri. Dan kesemuanya itu adalah benar.
"Tadi, kenapa dia lari? Padahal aku ingin berkenalan lebih dekat, mana tahu kita bertiga bisa jadi partner... dalam rumah misalnya." Senyum manis Naomi ditanggapi datar oleh Hizkia.
"Berhenti, Naomi. Bisa-bisa, ini akan membuat hubungan aku jadi renggang, Naomi." Akhirnya Hizkia menanggapi semua perkataan yang disampaikan Naomi.
"Memangnya sudah sedekat apa? Siapa itu nama istri kamu? Pernah kenalan tapi sudah tak ingat nama," Naomi berlagak lupa.
"Ruth. Namanya Ruth Tribuana Tunggadewi," jawab Hizkia.
💕💕
Kembali ke masa beberapa bulan sebelum pernikahan, suami Ruth adalah mantan adik iparnya.
Suami terdahulu telah berpulang disebabkan sakit keras. Wasiat terakhir suaminya meminta Hizkia menikahi Ruth dan menjadi ayah yang baik bagi Elkana. Hanya saja, Ruth tidak tahu-menahu hal itu telah direncanakan suaminya dan Hizkia jauh-jauh hari.
Mama mertua Ruth menyetujui dan mengingat Elkana juga, ia tidak ingin Ruth memiliki pikiran untuk memilih pria lain kelak menjadi suami. Oleh sebab itu, enam bulan setelah berpulangnya suami, mama mertua lah yang menyodorkan tawaran pada Ruth agar ia bersedia menjadi istri anak keduanya.
Awalnya, ia menolak rencana itu.
Bagaimana bisa menikah dengan adik ipar sendiri? Ditambah lagi, usia mereka terpaut sembilan tahun. Kini usianya sudah 40 tahun dan Hizkia 31 tahun. Ooh tidak!
Suatu ketika, bunda kandung Ruth datang ke Jakarta bersama mama mertua, khusus untuk memintanya menjadi istri Hizkia.
Ia terkejut bukan main. Dan bertanya mengapa sebegitu getolnya mereka?
Bunda, yang waktu itu keceplosan, mengatakan Hizkia yang langsung meminta ke bunda untuk menjadikan Ruth istrinya.
Akhirnya, Ruth meminta waktu untuk berpikir.
Tentu, Ruth tidak marah pada mama dan bunda. Dia begitu menghormati kedua sosok wanita luar biasa itu.
Setelahnya, saat mama kembali ke Medan dan bunda ke Palembang, Ruth segera menghubungi Hizkia dan meminta penjelasan.
Ruth dan Hizkia tinggal di kota yang sama, Jakarta.
Bahkan saat dulu abangnya masih ada, mereka tinggal serumah. Sepulang kuliah, ia kerap membawa mainan untuk Elkana. Maka, tak heran Hizkia dekat dengan Elkana.
"Aku ingin minta penjelasan tentang kamu melamar aku pada mama dan bunda," ucap Ruth tegas setelah sambungan telepon terhubung.
"Ucap salam dulu, Kak," katanya terkekeh. Ruth diam tidak terpancing.
"Bisa kita jumpa untuk membahas hal ini?" tawarnya pada Ruth.
"Apa yang perlu dibahas? Aku minta kamu menarik rencana itu pada mama dan bunda. Aku tidak tertarik. Bahkan, suamiku masih enam bulan lalu berpulang," tekan Ruth mengingatkan kalau-kalau Hizkia lupa.
"Sebelum kita jumpa, aku tidak akan mengubah apapun," Hizkia bersikeras.
Nampaknya Ruth harus menerima tawaran Hizkia agar lebih cepat diselesaikan, "Ya, oke. Di mana?"
"Aku main ke rumah ya. Sudah kangen juga dengan Elkana," jawabnya.
"Tidak! Di luar saja. Aku bisa bawa Elkana." Ruth tidak mau menjadi bahan gosip tetangga, bila tahu membawa lelaki ke rumah seorang yang statusnya sudah janda.
"Oke! Besok malam aku jemput kakak dan Elkana." Ruth menolak tawarannya dan meminta menyebut lokasi untuk bertemu. Hizkia menyebut nama sebuah restoran yang memiliki ruangan privat untuk mereka bertiga berjumpa.
💕💕
Di sinilah mereka.
Elkana melihat Hizkia. Anak itu girang bukan main. Semenjak ayah Elkana berpulang, Hizkia dan Elkana bertemu hanya sekali sebulan. Yang biasanya setiap hari. Hizkia memutuskan membeli rumah untuk ditempati. Setelah selesai kuliah, ia bekerja di perusahaan keluarga yang dikelola oleh abangnya. Semenjak sakit, Hizkia diminta perlahan mempelajari seluk beluk perusahaan dan core bisnisnya.
Ruth tidak sabar untuk mengetahui apa maksud Hizkia meminta menjadi istrinya. Seingatnya, Hizkia sudah punya kekasih. Dia pernah dibawa dan diperkenalkan padanya dan abangnya kala itu.
Perempuan itu cantik dan mereka terlihat serius menjalin hubungan.
Elkana duduk sambil bermain di dekat mereka. Ini saatnya untuk mendengar alasan Hizkia sambil memerhatikan Elkana.
"Sebelum berpulang, Abang berpesan untuk menjaga Kakak dan Elkana," jelasnya dengan menatap mata Ruth.
Memutar bola mata ke atas, Ruth memberi tanggapan, "Bukan memintamu menikahiku, kan? Menjaga tidak harus menikahi. Kamu mengintrepetasikannya secara berlebihan," amuk Ruth.
"Sst ..." Hizkia menaruh telunjuknya di bibir sambil matanya menoleh ke arah Elkana. Ternyata Elkana terganggu, ia diam termangu memegang mobil-mobilan menatap dua orang dewasa itu secara bergantian.
Ruth dan Hizkia tersenyum kepada Elkana untuk mengembalikan suasana menjadi cair kembali. Elkana terpengaruh dan mulai memainkan kembali benda yang ada di hadapannya.
"Aku harus mampu menjaga emosi," suaranya dalam hati.
Hizkia angkat suara, "Bila kakak kelak memiliki rencana menikah dengan orang lain, maka aku barang tentu tidak bisa menjaga kalian lagi. Tidak bisa ikut campur sedikit pun, bukan?" ujarnya yakin seolah Ruth telah memiliki pengganti abangnya.
"Bahkan aku tidak terpikir mencari pasangan hidup lagi. Pikiranmu terlalu buruk tentangku," tekan Ruth pelan tidak ingin mengganggu Elkana.
"Masa depan siapa yang tahu, Kak," ujar Hizkia terkekeh.
"Bukannya kamu sudah punya kekasih? Apa kamu tega menyakiti hatinya dengan menikahi wanita lain? Lagi pula, kamu dapat berlaku serupa itu juga di masa depan bila kita menikah?" tanya Ruth mencoba agar Hizkia membatalkan ide aneh itu.
Hizkia diam dan menurunkan pandangannya ke meja makan seperti sedang merenungkan sesuatu. Barangkali, hatinya mulai tergugah sebab perkataan Ruth. "Abang sudah memberi banyak hal kepadaku. Bukan hanya bantuan uang, tapi juga tempat tinggal saat itu. Mendiang Abang sungguh baik. Bagi Abang, Kakak dan Elkana paling berharga. Maka, aku akan menjaga dengan baik," jelas Hizkia kembali menatap perempuan yang juga calon istrinya. Kening Ruth mengernyit. Hizkia bersedia mengorbankan diri untuk menghabiskan seluruh hidup bersamanya dan Elkana. Menurut Ruth, tidak masuk akal rasional kelakuan Hizkia saat ini. "Kami seperti barang buatmu," kata Ruth seraya mengalihkan pandangan. Hizkia terkekeh lagi, "Kalau itu barang, aku pasti akan menolaknya, Kak. Tidak sebanding." Selalu saja ada jawaban Hizkia.Tidak diragukan sebab ia sama seperti mendiang suami Ruth yang seorang pengusaha, lihai memilih kalimat demi kalimat.
Dari kejauhan, Hizkia dapat melihat bahwa Ruth mulai lebih tenang dibandingkan awal kedatangannya. Ia berjalan mendekati makam abangnya.Hizkia ikut duduk di pinggiran makam. Kemudian, Ruth mengambil Elkana dari gendongan Hizkia. Pria itu bercakap dalam hatinya dan memanjatkan doa."Ayah... ini Elkana datang. Elkana mendoakan Ayah tenang di sana. Elkana di sini baik-baik Ayah." Ruth menirukan suara anak kecil sebagai ganti Elkana."Kapan-kapan Elkana datang lagi, ya, Ayah."Sewaktu Ruth berdiri dan akan beranjak dari makam. Hizkia berbicara di hadapan makam abangnya, "Abang, terimakasih untuk semua kebaikan Abang padaku. Aku telah melamar Mama El, tinggal menunggu jawaban iya. Aku juga telah berjanji untuk menjaga Elkana dan mamanya." Hizkia berdiri menoleh pada Ruth. Perempuan itu melongo mendengar penuturan mantan adik iparnya itu. Dihadapan makam itu ia berani mengatakan hal seperti itu.
Mereka berpisah di parkiran kantor. Sebelum Hizkia masuk ke dalam mobilnya, Naomi berbisik, "Mimpikan aku ya." Senyum merekah di wajahnya yang cantik. Tidak ada respon berarti dari Hizkia. Tubuh yang lelah memengaruhi ekspresinya malam ini. Hizkia melesat menuju rumahnya. Tiba di rumah, ia tidak mendengar suara istri dan anaknya. Pasti mereka telah tidur. Pria itu berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air di dalam kulkas. Didapatinya makanan yang dibuat oleh istrinya telah dingin. Ia tidak menepati janji untuk pulang lebih cepat. Hizkia ingin memakan masakan itu, tapi sayang perutnya telah kenyang. Tadi dirinya diajak makan malam oleh Naomi. Perutnya tak sanggup lagi menampung nasi dan lauk pauk. Hizkia menuju kamarnya. Saat ia masuk lampu telah remang. Ia melihat istrinya tidur meringkuk dalam selimut. Ia melangkah menuju kamar kecil, membasuh diri sebelum istirahat malam. Begitu melangkah keluar terasa se
Jelang sore hari Ruth telah menyiapkan barang bawaan untuk menjumpai bundanya, oma Elkana, di Palembang.Dia sempat sedikit kecewa karena Hizkia tidak menjelaskan kejadian tempo hari di kantor seperti apa. Padahal ia akan bersedia mendengarkan.Ruth juga enggan menanyakan langsung. Ini termasuk janji mereka sebelum menikah untuk tidak ikut campur dalam urusan pribadi pasangan.Ruth tersenyum melihat Elkana yang gembira bermain tanpa beban sedikit pun. Ia harus bertahan dalam pernikahan ini, sebab telah memilih maju sampai di titik ini.Hanya saja, ia perlu menepi untuk tahu sejauh mana hati telah terpengaruh oleh pesona suaminya. Dan bagaimana akan melanjutkan pernikahan ke depan."Sudah bersiap?" Tanpa disadari Ruth, Hizkia telah pulang saat ini berdiri di belakang tubuhnya."Sudah," jawab Ruth."Hari Sabtu aku akan menyusul kalian." Itu
"Ruth ya..." Mama Elkana memindai wajah pria di hadapannya ternyata teman lamanya sewaktu SMA di Palembang.Bunda yang mengenali sosok Kris membalas sapaan."Nak Kris... iya ini Ruth. Nak Kris, ketepatan jumpa di sini," sambut Magdalena."Iya Tante, saya sedang cari hadiah untuk kelahiran ponakan saya. Pas setelah jam meeting tadi saya ke sini," jawab Kris ramah sesekali melirik Ruth.Mama Elkana tidak banyak bicara hanya tersenyum samar. Dirinya tiba-tiba teringat pada masa lalu banyak peristiwa konyol sewaktu SMA yang mereka lakukan, seperti mengerjai teman sekelas yang berulang tahun atau yang terlambat masuk kelas."Kapan-kapan saya boleh main ke rumah, Tante?" tanya Kris dengan berani tanpa basa-basi.Tidak menunggu jawaban Kris melanjutkan, "Bos kecil ini anak kamu, Ruth?"Ah, hampir saja Elkana terabaikan dalam pembicaraan mereka. Setelah beberapa menit bercakap-cakap, mereka bertukar nomor ponsel dan melanjutkan langkah
Entah telah sejauh apa hubungan antara Hizkia dan Naomi. Kerja sama antarperusahaan akan membuat mereka hampir setiap hari bertemu. Menerka-nerka hal itu tidak baik bagi pikiran mama Elkana, rasa tidak percaya diri pun kian mendominasi Ruth.Ruth kembali ke kamarnya sekitar pukul dua puluh dua setelah menidurkan Elkana. Sempat ingin beristirahat bersama Elkana saja namun ia ingat ini bukan di rumah mereka. Tentu saja tidak tepat bersikap egois dan kekanakan saat ini.Ternyata Hizkia belum tidur dan sedang duduk melipat kaki dengan tangan terangkat di sandaran sofa kamar menunggu istrinya. Mama Elkana masuk lalu menutup pintu. Ia mengerling cepat dan menemukan suaminya tengah menatapnya.Ruth berjalan melewati suaminya menuju ranjang tanpa sapaan sedikit pun. Hizkia yang menunggu istrinya tapi dicuekin benar-benar habis kesabaran. Perlakuan mama Elkana semenjak di Jakarta sampai tiba di Palembang bikin Hizkia geram.Beranjak dari duduknya, Hizkia men
Kembali ke Jakarta membuat Ruth berpikir keras untuk menyusun rencana terkait pernikahannya. Ruth perlu mempertimbangkan perkataan bunda, ia telah memutuskan sesuatu hal dalam benaknya.Ruth kembali dalam aktivitas hariannya sebagai istri dan ibu. Ia mempersiapkan segala keperluan suami dan anaknya. Tetap irit bicara. Sementara perasaan Hizkia lebih tenang bila istrinya berada di rumah dalam pantauannya.Teringat tentang masakan, ternyata Hizkia telah melewati banyak hari untuk tidak mencicipi masakan istrinya yang lezat. Alasan kesibukan dipakainya dengan maksud supaya istrinya tidak perlu repot-repot memasak.Padahal Ruth tak pernah merasa kerepotan, ia memang senang memasak. Kali ke depan Hizkia tidak mau melewatkan kesempatan menikmati hidangan yang disajikan istrinya."Boleh siapin bekal makan siang buat aku, ngga?"Itu permintaan Hizkia telah beberapa minggu setelah kembali dari Palembang."Boleh." Ruth mengangguk.
"Hei! Kamu perempuan, tidak sadar yang kamu dekati pria beristri? Tidak laku atau tidak bermoral?" Ruth beralih melancarkan serangan pada Naomi. "Saya tahu kalian rekan kerja dan pernah menjalin hubungan romantis. Tapi sikap kalian sangat rendah dan tidak layak," berang Ruth pada Hizkia dan Naomi. Ruth menepis rasa hormat pada suaminya. Naomi seketika berdiri dan tersinggung dengan ucapan mama Elkana. "Yang tidak laku aku atau kamu. Menikah dengan pria jauh lebih muda, memangnya kamu mampu melayaninya?" Naomi yang dikenal lembut tersulut api amarah. "Hhh... sudah tanyakan pada pria ini, siapa yang meminta menjadi istrinya? Berkali-kali ditolak, tetap ingin menikahiku bahkan keluarga besarnya turut andil. Hhm... apa itu disebut tidak laku?" Ruth melirik respons Hizkia sebentar, ia berlagak sombong. Ruth melipat tangan di dada dan menegakkan dagunya menandakan ia lebih diinginkan dari Naomi meski sebenarnya dada Ruth berdetak cepat.