Share

BAB 3

"Kesepakatan?" Selena mengulang kalimat barusan.

"Ya.... " Billy menunda ucapannya sejenak, "Sebuah kontrak pernikahan."

"Menikah kontrak?" Ini samasekali tidak lucu, Selena sering mendengar hal semacam ini di TV ataupun dalam cerita-cerita novel.

"Tidak! Aku tidak mau!" tolak Selena cepat.

"Aku rasa kau tidak sedang dalam posisi bisa menolak nona Ginn,"

Selena terbelalak, tebakannya benar. Kesepakatan yang hanya akan berat sebelah.

"Kau tahu ponsel itu 'kan?" Billy mengingatkan Selena pada ponsel lamanya dimana foto-foto kenangannya bersama sang ibu tersimpan. "Aku bisa melakukan apapun dengan benda itu di tanganku."

"Bagaimana bisa seorang pria sepertimu memanfaatkan barang orang lain? Selena menatap tajam, "Dasar licik!"

"Terserah apa katamu nona Ginn, bagaimana? Kuharap kau bisa langsung memutuskan jawabannya saat ini juga." Billy tersenyum tipis.

"Tidak!" Selena melipat tangannya di dada. "Kau menjijikkan Billy, kau bahkan menculikku ke tempat ini hanya untuk bermain nikah-nikahan? Tidak lucu."

Baiklah, ini memang permainan nikah-nikahan, Billy tidak bisa menghindari itu. Masalahnya dia juga tidak menyukai gadis gendut yang dikenalkan neneknya melalui kencan buta waktu itu, bahkan wajahnya dipenuhi oleh hormon labil seorang remaja, jerawat. Ugh! Samasekali bukan tipe Billy.

"Terserah apa katamu, selain itu kau bisa mengajukan syarat selama permainan nikah-nikahan ini berlangsung."

Otak Selena mulai berputar, berpikir keras. Syarat katanya? Hm... tidak buruk.

"Baiklah, coba jelaskan kesepakatan seperti apa yang kau maksud tuan?" tanya Selena.

"Pertama aku ingin kita menikah" tentunya Billy ingin segera terlepas dari neneknya yang terus-terusan mendorongnya.

"Tunggu. Aku sedikit merasa janggal, kenapa kau memilihku padahal banyak wanita yang lebih...."

"Lebih kaya, lebih modis, lebih populer, lebih–" Billy membalas kalimat Selena barusan.

"Ya, baiklah secara tak langsung kau mengucapkan semua kekuranganku 'kan?" Selena menatap tajam ke arah Billy seolah dia sedang ingin menerjang pria yang terlalu blak-blakan itu.

"Tentu saja banyak, memangnya kenapa? Aku bebas mengatakan apa yang kumau." lanjut Billy lagi tak mau kalah.

"Of course, teruskan!" Selena memutar matanya jengah.

"Aku tidak ingin pernikahan ini diketahui selain daripada keluarga inti saja."

"Itu bagus!" gumam Selena, semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan ini akan semakin bagus tentunya.

"Kau hanya perlu sedikit berakting ketika di depan nenek menjadi seorang menantu yang baik dan penurut."

"Lalu?!" tanya Selena kembali dilengkapi raut penasaran akan kata-kata Billy selanjutnya.

"Hm, aku rasa saat ini hanya itu saja."

"Hanya, cuma ini saja?" sedikit kecewa, namun bukan berarti Selena menginginkan pasal perjanjian yang berbelit itu. Tidak seperti dugaannya.

"Baguslah!"

Billy melirik melalui ekor matanya, sejak tadi wanita di depannya ini hanya mengulang kata yang sama. Bagus katanya?

*

"Apa tidurmu nyenyak nona Ginn?" kalimat tanya yang seharusnya memiliki intonasi lebih tinggi ternyata terdengar datar keluar dari mulut Billy, tanpa mengalihkan pandangan pada sepotong sandwich sebagai sarapan pagi ini.

"Tidak." jawab Selena cepat, "Insomnia ini mulai mengangguku sejak datang ke rumah ini bisa dibilang aku bermimpi buruk." Selena terdengar enggan menjawab pertanyaan yang tidak pantas mendapat jawaban, penampilannya masih berantakan.

Selena sengaja keluar kamar tanpa sedikitpun membenahi penampilannya dan... sedikit cuek. Setidaknya harapan menggunakan trik murahan ini rencananya akan berjalan lancar dan Billy akan membatalkan pengajuan terkait pernikahan kontrak yang mereka bicarakan semalam.

"Selamat pagi tuan dan nona," seorang wanita pertengahan umur 40-an tiba-tiba hadir memberikan salam dengan sedikit membungkukkan punggungnya.

Kening Selena berkerut, sejak kapan wanita itu ada di sebelahnya?

"Perkenalkan saya Mariane, pengasuh tuan Billy. Saya.... "

"Akan mengajarkan tatakrama sebagai seorang istri. Mulai saat ini." Billy memotong ucapan Mariane.

Selena terbelalak, mengajarkan tatakrama apanya? Bukankah ini hanya sekadar pernikahan kontrak, keterlaluan sekali!

"Saya tidak mengerti samasekali." jawab Selena acuh, ekor matanya mengarah ke Billy mempertanyakan situasi saat ini.

"Baiklah, aku harus berangkat bekerja dulu." sehabis mengelap mulut Billy melihat arloji di pergelangan tangannya, waktunya berangkat kerja tiba.

"Selamat bersenang-senang nona Ginn." Billy tersenyum licik dengan sebelah sudut bibir yang terangkat.

" Ah, tunggu.... " tangan Selena mengambang di udara berharap pria itu kembali.

"Maaf nona, mulai hari ini tuan mempekerjakan saya lagi untuk mendampingi nona mengenai tata cara keseharian keluarga Amore." Mariane kembali menyatakan pekerjaannya dengan wajah serius dalam menghentikan langkah Billy.

"A-apa?"

Apa-apaan, wanita itu sama sekali tidak ramah. Tidak seperti bibi pelayan biasanya. Bisa dibilang wanita muda di hadapannya itukan tamu, tapi kenapa harus seserius ini?

"Pertama-tama, Anda harus merapikan penampilan Anda saat keluar kamar tidur walau sudah mandi ataupun belum. Ini adalah etiket dasar seorang wanita untuk tampil rapi di depan pasangan."

Dasar Billy sialan! Kenapa dia memberikan pengasuh yang lebih tepatnya untuk bayi?!

"Baiklah aku akan segera membersihkan diri."

"Mari saya bantu, nona." Mariane membuntuti Selena menuju kamar mandi.

"Tidak! Aku akan mandi sendiri." Selena sedikit frustasi, dia bukan seorang putri yang mandi saja pun harus dilayani.

"Maaf nona, tapi saya dipekerjakan bukan untuk menjadi pelayan Anda." Marianne sedikit membungkuk memberikan pernyataan. "Lebih baik Anda segera membersihkan diri karena waktu Anda tidak banyak."

Tepat setelah itu dua orang wanita masuk ke dalam kamar.

"Pagi nona, maaf kami baru datang. Mulai sekarang kami akan membantu nona membersihkan tempat ini." dua pelayan itu membungkuk, berbeda dengan Marianne mereka lebih ramah.

Selena berdecak, dia tak mengerti. Baiklah lebih baik saat ini dirinya membersihkan diri saja.

"Kemana para wanita itu?" tidak ada siapapun di ruangan kamar itu saat Selena kembali membuka pintu.

Di atas ranjang sudah ada sebuah baju tidur berwarna putih senada dengan warna ranjang yang sekarang ditempatinya.

Nyaman, ranjang empuk, ruangan kamar yang besarnya tiga kali lipat dari kamarnya sebelumnya yang bahkan dilengkapi furnitur mewah.

Selena menepuk pipinya, bukan karena nyamuk melainkan dirinya harus ingat saat ini bukanlah waktu untuk menikmati suasana.

*

"Pagi nona Ginn."

Selena tidak menjawab, haruskah dirinya menjawab pria itu? Hah, sepertinya Selena merasakan de javu.

"Setelah sarapan nanti sebaiknya kau segera bersiap." ucap Billy mengakhiri sarapannya pagi ini lebih cepat.

"Jangan lupa dalam waktu seminggu dia harus sudah mengikuti aturan keluarga ini." Billy beranjak dari tempatnya setelah mengatakan itu tanpa menyentuh sarapannya.

"Baik tuan." Mariane mengangguk patuh.

Selena tidak mempedulikan obrolan mereka, meski mendengar dia lebih memilih acuh. Dia melanjutkan makannya dengan kelambatan maksimal.

Sudah lebih dari dua puluh menit Marianne masih tetap berdiri menunggu Selena, beruntung Selena bergerak lebih cepat menahan piring sarapannya dari tangan Marianne yang merasa waktu sarapan sudah lewat lima menit.

"Waktu Anda habis nona." Mariane melirik jam tangannya.

Selena tetap mempertahankan piringnya.

Guk!

Suara itu mengejutkan Selena, seekor anjing kecil yang juga berdiri di samping kaki Marianne. Saat melirik ke meja ternyata sepotong sandwichnya sudah tidak ada di sana.

"Baiklah nona Ginn, setelah ini kita harus ke perpustakaan." Mariane menarik Selena tanpa peduli wanita itu meronta.

Saat sampai di ruangan yang terdapat banyak buku, Mariane mendudukkan Selena di salah satu bangku.

"Apa ini?" Selena tidak terima sebuah tumpukan buku diletakkan begitu saja di depannya, dia sudah menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Anda harus memiliki wawasan yang lu.... "

"Hei! Etiket macam apa ini? Bukannya hanya akan menikah kontrak, kenapa sampai harus belajar segala? Memangnya aku siswa yang akan mengikuti ujian?" potong Selena dengan menggebrak meja.

Guk!

Lagi-lagi anjing kecil di sebelah Mariane mengeluarkan suara protesnya. Bahkan hewan kecil itupun ikut memarahinya? Sebal!

"Maaf nona, lebih baik Anda segera membaca buku-buku itu. Jangan membuang-buang waktu." Mariane mengabaikan penolakan Selena.

"Perutku lapar, aku masih ingin sarapan."

"Tidak bisa. Seharusnya Anda memanfaatkan waktu Anda dengan baik selama dua puluh menit tadi." Mariane menahan bahu Selena agar tetap berada di tempatnya.

"Sakit." gumam Selena merasakan sedikit nyeri menjalari bahunya, wanita di sebelahnya tidak main-main.

"Ah! Menyebalkan." terpaksa Selena hanya bisa mengumpat dalam hati.

Selena mengerutkan keningnya mendapati buku yang sampulnya sebagian besar bergambar bunga.

"Cara merawat bunga?" benak Selena kembali bertanya-tanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status