"Yana! Mau sampai kapan kamu betah melajang? Umur mu telah genap tiga puluh lima tahun sekarang, tapi kamu sekali pun tidak pernah mengenalkan seorang lelaki kepada keluarga besar kita," seru Nyonya Lila kepada anak gadisnya yang
sangat keras kepala itu."Apaan sih, Mami. Reseh banget, deh! Menikah dan sejenisnya masih jauh dalam jangkauan pikiranku," ucap Yana dengan nada kesal."Terus mau sampai kapan kamu terus begini, Yana? Apakah kamu menunggu Fred Levin, pria tua itu menceraikan istrinya, baru kamu akan menikah dengannya?" "Mami! Fred sudah bahagia dengan gadis pilihannya. Aku masih ingin sendiri, bukan karena dirinya. Perihal masa depanku tidak ada sangkut pautnya sedikit pun dengan Fred. Jadi tolong Mami, kalau ngomong itu kira-kira dong!" sengit Yana penuh amarah.Yana Ilone Handoko seorang wanita independen yang bekerja di perusahaan milik keluarganya, yang menjabat sebagai direktur keuangan. Pernah mengalami jatuh cinta yang sangat mendalam kepada seorang pria teman kuliahnya bernama Fred. Namun sayangnya pria itu hanya menganggapnya sebatas teman biasa. Tanpa adanya hubungan istimewa diantara keduanya.Sejak saat itu Yana patah hati kepada Fred. Padahal telah bertahun-tahun dia terus menjaga perasannya kepada pria itu, dan berharap sang sahabat mau menganggapnya lebih dari sekedar teman.Namun semua hanya kesia-siaan belaka.Yana semakin kecewa saat mendengar jika pria yang dirinya cintai diam-diam itu, malah telah mempersunting gadis lain. "Pokoknya Mami tidak mau tahu! Jika sampai akhir bulan depan kamu tidak membawa seorang pria untuk dikenalkan kepada keluarga besar kita, maka jangan salahkan Mami jika akan mengambil tindakan keras kepadamu. Mami akan menjodohkanmu dengan anak kolega Papi!"" ujar Nyonya Lila penuh ancaman kepada putrinya."Apaan sih, Mami! Aku tidak akan pernah mau dijodohkan!" Yana mencoba untuk berontak dan ingin membantah perkataan ibunya."Kalau kamu tidak mau dijodohkan! Segera bawa pasanganmu ke rumah dan kenalkan kepada Mami dan Papi beserta keluarga besar kita!" ujar sang ibu lagi."Mami kok memaksa ku, sih?" "Pokoknya Mami tidak mau lagi mendengar alasan darimu, Yana! Sudah cukup Papi dan Mami bersabar sampai usia mu sekarang ini!" "Mami nyebelin!" teriak Yana lalu mulai ke luar dari rumah orang tuanya."Yana, kamu mau ke mana? Mami belum selesai berbicara!" teriak Nyonya Lila mencoba memanggil anaknya. Namun Yana tidak menggubris perkataan ibunya. Dia terus saja melangkah ke luar dari rumah. Perempuan itu ingin menenangkan pikirannya yang kalut. Kebetulan sekali beberapa saat yang lalu ada ajakan untuk nongkrong bareng di sebuah bar oleh para temannya.Yana yang sebelumnya tidak pernah masuk ke dalam bar, mengikuti saja nalurinya kali ini. Sang gadis masih ingat betul perkataan ibunya yang menuntut dirinya untuk segera mencari pendamping hidupnya, membuat pikirannya semakin kalut. Yana segera mengendarai mobilnya membelah jalanan Kota Jakarta malam itu. Dia pun telah bertekad untuk menerima ajakan para teman-temannya.Sementara di sebuah Bar yang ada di bilangan Jakarta Selatan,Seorang pemuda bernama Indra Aharon, sedang merayakan pengangkatannya sebagai CEO baru di perusahaan milik keluarganya.Pria itu mengundang beberapa orang rekan bisnis dan koleganya, untuk kumpul-kumpul bersama saat ini."Perhatian sebentar! Saya mewakili teman-teman semuanya, mengucapkan selamat kepada Bro Indra atas jabatan barunya! Ayo kita angkat gelas masing-masing!" Mereka pun melakukan apa yang di perintahkan oleh Nino, sahabat karib dari Indra selama ini. Semua orang mengucapkan selamat kepada Indra atas prestasinya. Pria itu memang terbilang sangat cerdas sehingga para pemilik saham mempercayakan kepadanya untuk menjabat sebagai CEO. Akan tetapi wajah Indra saat ini, tidak mencerminkan rasa bahagia sedikit pun. Pasalnya, pria itu sedang mengalami patah hati yang mendalam saat ini. Wanita yang selama ini dirinya kagumi telah menjadi milik orang lain. Anisa telah menikah dengan Fred yang umurnya jauh lebih matang darinya. Bahkan perusahaan milik suami Anisa, telah berkembang sangat pesat. Fred juga telah lama menjabat sebagai CEO. Tidak seperti Indra, yang baru saja beberapa jam yang lalu menjabat sebagai CEO. Hati pria itu terlihat gunda gulana saat ini. Untuk mengobati luka hatinya, pria itu terlihat mulai minum wine dari tadi."Bro! Jangan kebanyakan Lo minumnya! Nanti Lo bisa teler!" tegur Nino sang sahabat.Namun Indra sama sekali tak menggubris perkataan Nino dia terus saja menegak wine itu.Di dalam bar yang sama, Yana sedang berkumpul dengan teman-temannya menghabiskan malam minggu yang panjang.Kegalauan yang melanda hatinya, membuat gadis itu mulai minum wine. "Yana! Sejak kapan Lo berani minum wine?" tukas Anggi, sahabatnya. "Sejak sekarang, Anggi. He-he-he." Yana malah cengengesan."Lo kenapa sih, Yan? Jika Lo punya masalah, Lo bisa cerita ke gue! Bagaimana sih, Lo?" Anggi malah kesal melihat Yana."Yana! Berhenti!" seru Cici lalu merebut paksa gelas berisi wine itu dari tangan Yana."Kalian kenapa, sih? Reseh banget! Lama-lama Lo berdua kayak Emak gue! Tahunya nyuruh gue kawin mulu! Memangnya gue kambing apa, disuruh kawin terus tiap hari? Mencari cinta sejati itu tak semudah membalikkan telapak tangan!" Yana malah memarahi kedua sahabatnya."Yaelah, Yan. Galak amat sih, Lo?" tukas Anggi."Lagian ya, kita khawatir kepada Lo. Karena ini kali pertama Lo meneguk wine!" seru Cici mengingatkan temannya."I am okay! Kalian nggak lihat gue baik-baik saja?" ucapnya kepada kedua temannya, pertanda jika dirinya tidak mabuk walaupun telah minum beberapa gelas.Akan tetapi setelah berbicara panjang lebar kepada kedua temannya, Yana merasakan kepalanya sangat pusing dan dia ingin muntah sekarang. Sepertinya reaksi minuman itu mulai dirinya rasakan. Cici yang menyadari akan hal itu segera angkat bicara,"Yana! What happen with you? Are you okay?" tanyanya kepada sahabatnya."Gue baik-baik saja, kok. Gue mau ke toilet dulu, ya?" ujarnya kepada kedua temannya."Yana, gue antar Lo ke toilet, ya!" ujar Anggi."No, gue bisa sendiri. Kalian di sini saja. Gue akan kembali dengan cepat," ucap Yana mencoba untuk tetap sadar. Entah kenapa kepalanya mulai berat saat ini.Indra yang dari tadi juga asyik minum wine karena patah hati, juga turut pamit kepada teman-temannya untuk ke toilet. Sepertinya dia juga hendak muntah saat ini.Karena buru-buru, Indra tidak sadar jika dirinya memasuki toilet wanita. Pria itu pun mulai memuntahkan isi perutnya akibat pengaruh minum wine yang banyak.Setelah menyelesaikan urusannya, Indra pun mencuci wajahnya di wastafel. Namun tiba-tiba pria itu terperangah saat melihat seorang wanita yang dirinya kenal sedang berjalan sempoyongan menuju ke pintu toilet. "Tante Yana!" seru Indra lalu menangkap tubuhnya yang hampir saja jatuh ke lantai.Yana yang telah berada dibawah pengaruh minuman beralkohol. Mencoba menajamkan penglihatannya dan melihat wajah pria yang sedang menopang tubuhnya saat ini."Kamu siapa? Kok berani-beraninya, memeluk tubuh saya?" serunya marah.Indra dapat mencium bau wine yang sangat menyengat dari tubuh Yana saat ini."Tante Yana, ini gue Indra.""Hah? Indra? Siapa kamu? Saya tidak mengenal Anda! Lepas! Saya ingin pergi dari tempat ini!" ucap Yana lalu menghempas tubuh Indra, sampai pemuda itu terjatuh di lantai.Namun bersamaan dengan itu, Yana juga terjatuh karena kepalanya yang tiba-tiba pusing dan pandangannya menjadi gelap. Akan tetapi dengan siap Indra segera bangkit dari lantai. Lalu menahan tubuh Yana yang hampir saja terbentur di lantai keras toilet itu."Tante Yana! Bangun! Anda kenapa?" seru Indra khawatir.Namun Yana tidak merespon. Dia benar-benar pingsan saat ini."Sial! Apa yang harus gue lakukan!" Indra juga berada dibawah pengaruh minuman beralkohol saat ini.Dengan sigap pria it
Setelah menaburkan darah ayam di atas sprei. Wanita tadi mulai mengambil beberapa foto keduanya dan gambaran kondisi kamar yang sangat berantakan. Sementara sang pria mulai merekam wajah Yana dan Indra serta kondisi kamar saat ini. Setelah semua beres, keduanya saling memberi isyarat satu sama lain.Mengetahui jika rencana bos mereka berhasil, orang-orang tadi segera ke luar dari dalam kamar tersebut menuju lantai bawah.Keduanya meninggalkan bar tersebut melalui pintu belakang. Sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui tindakan mereka. Ruang cctv juga telah dikendalikan oleh anak buahnya sehingga tidak ada bukti yang di dapatkan nantinya. "Semua telah beres! Ayo kita segera meninggalkan tempat ini!" bisik salah seorang koordinator penyerangan itu. Secara perlahan orang-orang itu pun mundur. Ternyata Nino dan Kaleb benar-benar jago bela diri sehingga merela tak terkalahkan sedikit pun."Hei, pecundang! Kalian kok malah pergi!" teriak Nino geram."Dasar penakut!" Kaleb menjadi i
Pagi pun tiba, Kediaman Aharon."Indra Aharon! Di mana kamu!" hardik Tuan Irwan Aharon yang baru saja tiba di rumah pribadinya setelah melakukan perjalanan bisnis dari luar kota.Sang istri yang sedang sibuk di taman yang berada di samping rumahnya merasa kaget dengan suara suaminya yang begitu besar, menggelegar saat ini.Nyonya Endang segera masuk ke dalam rumah dan hendak menemui suaminya yang sedang marah-marah kepada para maid, karena tidak menemukan keberadaan sang putra, Indra."Maaf, Tuan Besar. Kami telah mencari Tuan Muda Indra di dalam kamar pribadinya. Namun dia tidak berada di sana," ucap salah satu maid mencoba menjelaskan kepada Tuan Irwan yang sedang emosi."Anak kurang ajar! Kalian cari dia sampai dapat! Jika tidak saya akan pecat kalian semua!" hardik Tuan Irwan penuh amarah.Nyonya Endang yang baru saja sampai di ruang tv rumahnya. Begitu sangat kaget mendengar suaminya yang sedang marah-marah, dan penyebab sang suami naik pitam adalah Indra, putra kesayangan merek
"Mami, sepertinya latar belakang gadis itu tidak begitu penting saat ini. Mau tidak mau Indra harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah menodainya. Apakah Mami tidak lihat noda darah yang banyak di atas seprei tadi?" tutur sang suami."I ... iya, Pi. Gadis itu sudah tidak suci lagi, dan semua karena Indra." Nyonya Endang sudah tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya saat ini mengingat kejadian yang menimpa putranya.Tak berapa lama setelah itu, ponsel Asisten Aji berdering. Dia pun segera mengangkatnya. Ternyata panggilan telepon itu berasal dari salah seorang anak buahnya yang menginformasikan jika keberadaan Indra telah ditemukan.Asisten Aji segera menginformasikan hal tersebut kepada Tuan dan Nyonya Aharon."Tuan, Nyonya. Lokasi Tuan Muda telah ditemukan," serunya kepada kedua majikannya."Papi, ayo kita segera ke sana!" seru Nyonya En kepada suaminya."Iya, Mi. Kita memang harus te tempat itu dan menemui Inda. Aji tolong antar kami ke sana," perintahnya kepada sang a
"Bertanggung jawab apa maksudmu, Indra! Kamu jangan semakin bercanda!" Yana menjadi gusar. Apa lagi noda darah begitu banyak bertebaran di atas kasur empuk itu."Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!" seru Yana tak percaya jika dirinya dan Indra, Si bocah ingusan itu telah melakukan hubungan layaknya suami dan istri. "Tante, aku minta maaf. Aku memang tidak mengingat sedikit pun, apa yang telah terjadi tadi malam. Tapi Tante harus tahu, aku tidak akan lari dari tanggung jawabku!" ujar Indra dari kesungguhan hatinya."Apa? Kamu mau bertanggung jawab? Apakah kamu sudah gila Indra? Aku lebih tua sebelas tahun dari mu! Kamu jangan bercanda, deh! Dasar bocah!" Yana kesal bukan kepalang saat ini."Apa, Tante? Aku hanya seorang bocah?""Yaiyalah! Malah pakai nanya lagi kamu!" ketus Yana lagi. Sepertinya sang wanita dewasa, sangat marah saat ini. Setelah memakai kembali pakaiannya, Yana berencana hendak ke luar dari kamar tersebut. "Cih! Tapi bocah inilah yang membuat Tante sampai berdarah-da
"Papi! Mami!" kaget Indra.Sementara dengan spontan Yana bersembunyi di belakang punggung lebar pria muda itu."Indra, aku takut!" bisiknya penuh kecemasan.Indra dapat merasakan ketakutan Yana. Tiba-tiba saja tangan wanita itu, yang berada di dalam genggamannya dari tadi, menjadi sangat dingin. Mengisyaratkan rasa takut yang mulai mengintainya. Kebetulan layar LED itu masih menyala, yang menunjukkan foto-foto keintiman diantara Yana dan Indra. Lalu sang ayah berkata lagi,"Kamu sudah melihat perbuatanmu? Semuanya telah menjadi sangat heboh sekarang!" hardik sang ayah."Maaf, Pi. Aku sangat menyesal atas kejadian ini," ucap Indra tegas."Maaf, kamu bilang? Setelah apa yang telah kamu lakukan? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga besar kita, Indra! Kamu sudah tahu, jika saham perusahaan terjun bebas pagi ini!" hardik Tuan Irwan tak dapat menahan emosinya."Maaf, Papi. Saya akan mempertanggungjawabkan semuanya," sahutnya tegas."Tanggung jawab apa yang hendak kamu lakukan Indra! Ka
"Nona, Anda jangan sembarangan menghajar Tuan Muda, Indra!" teriak Kaleb marah dan tidak terima dengan sikap arogansi yang ditunjukkan oleh Cici."Lho, memangnya kenapa? Lo pikir gue takut apa? Dia wajib digebukkin karena telah berani merusak masa depan sahabat gue!" teriaknya semakin lantang.Yana hendak angkat bicara, namun Cici tidak memberinya kesempatan untuk bicara.Lalu Nyonya Endang yang kesal dengan putranya, juga mulai angkat bicara, "Hajar saja, Nak! Jangan kasi ampun!" sergah sang ibu."Mami! Kok Mami malah mendukung jika aku dibikin babak belur, sih?" Indra menjadi kesal kepada ibunya."Karena kamu memang berada dipihak yang salah. Jadi untuk apa Mami membelamu?" ketus Nyonya Endang.Cici semakin berada di atas angin karena ibunda dari Indra malah mendukungnya."Lo pikir Lo siapa berani melakukan itu kepada Yana?" Anggi juga ikut-ikutan menyudutkan Indra.Namun dengan lantang Indra berkata, "Aku adalah pacarnya Yana!" "Apa?" kaget Anggi dan Cici berbarengan. Keduanya
Di sebuah apartemen,Seorang pria yang umurnya lebih tua beberapa tahun dari Indra. Terlihat tersenyum puas menatap laptopnya, yang menunjukkan kondisi saham perusahaan yang baru saja dipimpin oleh rivalnya, Indra."Rasakan! Ini belum seberapa dengan apa yang akan aku lakukan kepadamu nantinya, Indra!" ketusnya penuh dendam.Victor pun kembali memutar video panas milik Indra hasil rancangannya. Sejenak pria itu tertegun melihat wajah wanita yang berada di dalam video tersebut. Bahkan Victor sampai melihat foto wajah wanita tersebut. Dia sampai menatapnya lekat-lekat."Kenapa wajah wanita cantik ini terasa familiar denganku?" Lalu dia pun bertanya kepada asistennya."Tono! Apakah ada informasi tentang gadis yang bersama Indra itu?" "Tidak ada, Tuan Muda. Maka hal itu yang memudahkan kami untuk menjebak keduanya tadi malam karena wanita itu masuk ke kamar bersama Tuan Indra dalam keadaan pingsan, tanpa membawa identitas sedikit pun," terang Tono."Baiklah. Apakah ada perkembangan terb