Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan.
"Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra.Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut."Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja"Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya
Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me
Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan
Chirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw
"Aku adalah putrimu ayah! Ini debutanteku dan yang kalian perhatikan malah dirinya! Apa penderitaanku selama ini belum cukup untuk menghukumku?!"Seorang pria berambut putih dan iris setajam belati emas dengan jubah kebesaran kaisar itu berjalan mendekati gadis pirang yang barusan memarahinya. "Isandra, tolong dengarkan dulu-" "Tidak! Aku sudah muak dengan kalian semua! Kalian ingin aku mati, bukan? Baiklah dengan senang hati. Jika hal itu bisa membuat kalian bisa memaafkan kesalahan yang bahkan tidak aku perbuat, akan kulakukan!"Gadis pirang itu menarik susuk yang ia gunakan di rambutnya. Ia mengangkat susuk itu tinggi-tinggi, kemudian memejamkan matanya. Air mata itu mengalir membasahi pipinya, "Semoga kau bisa memaafkan aku, ibu"Jleb"ISANDRA!!!"BOOOOOOOOMMMMMCahaya oranye kemerahan itu keluar dari tubuh Isandra tepat setelah ia menusuk dirinya sendiri. Tidak, itu bukan cahaya melainkan kobaran api yang menyala. Tiba-tiba entah darimana muncul seekor naga emas. Naga itu mengam
"Isandra?"Gadis itu menoleh saat namanya dipanggil."Apa kau penggantiku?"Kening Fani berkerut mendengar pertanyaannya, "A-apa maksudmu?" Gadis itu pun berdiri, mata biru terang itu menatap mata coklat Fani."Jiwa dan ragaku sudah mati" lirih gadis itu. Fani pun menatapnya bingung."Aku tau kalau ragamu juga sudah mati, tapi jiwamu belum" ucap gadis itu. Fani masih terdiam menyadari gadis itu belum selesai berbicara."Oleh sebab itu, jiwamu terpanggil untuk mengisi ragaku. Dan orang baik itu juga telah memutar kembali waktu. Agar kau bisa mengubah hidupku" ucapnya menatap Fani penuh harap.'Orang baik? Siapa? Memutar waktu? Mengisi raga? Menukar jiwa? Aaaakkhhh tolong kalau ingin menyuruhku melakukan sesuatu, berikan brieffing pembukaan dulu' racau Fani di dalam hati."Aku tau kau memiliki banyak pertanyaan di benakmu, tapi kita dikejar waktu. Yang pasti, mulai saat ini kau adalah aku, Isandra Valerie de Eleino"Belum sempat Fani membalas ucapan gadis itu, ia sudah menghilang menja
Malam itu, malam debutante Isandra. Malam yang begitu Isandra nantikan. Malam dimana ia akhirnya bertemu dengan sang ayah. Namu sayang, cinta sang ayah malah tak ia dapatkan.Isandra yang terbakar api cemburu saat melihat ayah dan kedua kakaknya malah mengabaikannha pun nekad bunuh diri di hadapan seluruh hadirin yang ada di sana. Tidak hanya itu, segel yang ada di dalam tubuh Isandra pun terbuka, Flammedra pun keluar dan mengamuk.Kekaisaran Eleino, habis terbakar.Kemudian, 'orang baik' yang waktu itu Isandra sebutkan membantunya untuk memutar balikkan waktu dan menukar jiwanya. Dan disinilah jiwa Fani berada."Nona Isandra baik-baik saja, tapi saya harap nona bisa makan lebih teratur dan bergizi kedepannya" ucap dokter yang memeriksa Isandra."Saya mengerti dokter, pesan anda akan saya lakukan" ucap gadis maid itu sopan."Kalau begitu, saya permisi" Dokter itu pun pergi meninggalkan Isandra dan gadis maid sendirian di dalam kamar. "Siapa namamu?" tanya Isandra saat pintu sudah tert
Galen dan Evan terkejut saat pintu ruang kerja kaisar dibuka secara paksa, kening Galen mengerenyit melihat Noah yang nampak panik dengan nafas terengah. Tidak biasanya asistennya itu panik begini, pasti ada hal besar."Noah? Ada apa?" tanya Galen."Tu-tuan putri..."Mata Galen dan Evan membelalak seketika, mereka langsung berlari keluar menuju istana Lily.'Tuan puteri mengamuk di istana Lily, mana naga itu keluar entah kenapa"Ucapan Noah terngiang-ngiang di kepala Galen, 'Isandra...' batinnya.Beberapa saat sebelumnya,"Ini ruangannya yang mulia" ucap Marrie saat mereka sudah sampai di ruang count Berrel.Isandra pun langsung membuka pintu itu tanpa memerintahkan kedua penjaga yang berdiri di sisi pintu, ia ragu kalau mereka itu akan menurutinya.KrieeettttPintu itu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya yang memiliki perut hamil sembilan bulan, tengah duduk menengak alkohol di sofa ruang kerjanya. Isandra melangkah masuk dengan Marrie di belakangnya, Marrie spontan menutup