"Galen... Ja-ga putri... Kita" ucap wanita pirang itu terbata. Nampak jejak darah di sudut bibirnya, pandangannya sudah memburam menatap suaminya yang kini terisak memangkunya."Hiks Lucy aku hiks aku mohon, kita jaga dia hiks bersama. Aku mohon jangan tinggalkan aku hiks aku mohon" ucap pria bersurai putih seraya memeluk isterinya itu.Pria itu baru saja pulang dari medan perang, betapa terkejutnya ia saat sampai di kekaisarannya. Ibukota kacau balau, istana hampir hancur, dan ia merasa setengah nyawanya dicabut saat mendapati isteri dan ayah mertuanya yang tengah terkapar sekarat.Lucy tersenyum lembut, tangannya terangkat gemetar hendak meraih wajah suaminya. Galen dengan cepat meraih tangan Lucy dan mengecupnya penuh cinta. "Galen... Aku tidak per-nah... Pergi..." ucapnya lemah.Galen kembali terisak di dalam air matanya, "Aku selalu bersamamu... Disini" ucapnya seraya menurunkan tangannya menyentuh dada kiri Galen."Hiks jangan...kumohon jangan pergi" ucap Galen menunduk seraya m
Senja yang indah, gradasi warna oranye dan ungu yang menjadi tanda bahwa malam akan segera tiba pun menghiasi kanvas langit.Crackle crackleBunyi ranting pohon kering terbakar api mengisi suasana sore itu dengan kehangatan, nampak dua orang pria berambut hitam dan abu-abu tengah membereskan barang bawaan mereka. Sedangkan seorang pemuda bersurai putih nampak tengah memanggang ikan dengan api yang ia ciptakan menggunakan sihirnya."Ah akhirnya selesai juga" ucap pria bermbut hitam itu seraya merenggangkan punggungnya. "Ikannya sudah matang!" seru suara dari arah sana. Mereka pun segera berjalan mendekati sang pemilik suara."Wah baunya enak sekali. Pangeran tampan kita memang sangat pandai memasak" ucap pria berambut hitam itu. Sedang pria berambut abu-abu nampak sudah meneteskan air liurnya karena tidak tahan."Sudah, cepat dimakan sebelum dingin" ucap pria berambut putih itu dengan nada ketus. Padahal pipinya sudah b
Evan menatap ke arah Isandra menunjuk, "Oh itu wilayah kerajaan Erebos, kerajaan yang penuh misteri. Tidak ada yang berhasil sampai ke sana karena kabut tebalnya, beberapa pelaut nekad malah tidak pernah kembali" jelas Evan."Hmmm kalau begitu bagaimana kita bisa mengetahui nama kerajaannya?" tanya Isandra bingung."Itu karena mereka adalah mitra dagang kekaisaran kita" ucap Evan.Isandra kembali mengerenyit bingung, "Hah?""Setiap bulan, kerajaan mereka akan mengirim barang dagangan melalui sihir teleportasi, kita juga begitu" ucap Evan."Oh ya? Apa yang mereka dagangkan?" tanya Isandra nampak tertarik."Hampir semua hal, dan barang-barang mereka semuanya berkualitas tinggi" ucap Evan lagi.Isandra pun hanya ber-oh ria seraya mengangguk paham, sepertinya ia perlu belajar lebih banyak lagi tentang dunia ini. Apa dia minta saja pada kaisar untuk memasukkannya ke akademi ya?"Sudah sore, kita pulang ya" ucap Evan
Ya, siapa lagi kalau bukan Percy? Pangeran tampan kekaisaran Eleino."Hah? A-apa?" Isandra membeo karena terlalu larut memandang wajah indah Percy. Bukannya apa, Isandra teringat pada ciri fisik salah satu karakter anime favoritnya.Percy mengerutkan dahinya,"Aku bilang, apa yang kau lihat?" tanyanya.Isandra yang tersadar bahwa ia sudah memandangi wajah seseorang tepat di depan orangnya pun meminta maaf. "Maaf, saya sudah berlaku tidak sopan" ucap Isandra seraya menunduk.'Agh bodoh bodoh! memalukan sekali. Tapi dia memang terlalu tampan. Sayangnya para sahabat otaku-kj tidak akan pernah bisa melijatnya hiks' batin Isandra meringis di dalam hati."Hei kau dengar tidak?" tanya Percy ketus. "Eh? Maaf saya tidak mendengarkan, anda tadi mengatakan apa ya?" tanya Isandra. Ah memalulan sekali, bisa-bisanya dia melamun sampai tidak mendengar ucapan orang lain."Aku bilang, laporkan para gadis sialan itu pada kaisar" ucapnya d
"Yang mulia, gaun mana yang ingin anda pakai?" tanya Marrie.Isandra baru selesai mandi pagi, dan hari ini ia memiliki jadwal belajar dansa dan etiket bersama Marchioness Crinossio. Karena pesta debutante pangeran Percy akan diadakan dalam waktu dua bulan, ia harus bisa menguasai semua hal mengenai bangsawan. Sepertinya Isandra harus belajar sampai mampus."Yang itu saja Marrie" ucap Isandra menunjuk gaun cantik berwarna babypink yang terkesan santai namun tetap sopan."Baiklah, waktunya berdandan" ucap Marrie antusias.Isandra hanya bisa menggeleng sembari tersenyum geli melihat tingkah Marrie. Jujur, Isandra tidak pernah berdandan ataupun didandani di kehidupan sebelumnya. Ia juga tidak terlalu memikirkan penampilan.Tapi siapa sangka ia malah terlahir kembali sebagai seorang putri? Dan ia diharuskan untuk selalu tampil cantik demi pandangan orang lain. Bukankah kekaisaran akan malu jika puteri mereka tampil biasa saja?
Malam yang cerah, sinar rembulan menyinari dengan indahnya. Di sebuah kamar di dalam istana megah, nampak seorang gadis berambut coklat tengah menyisir surai keemasan milik tuannya."Marrie" panggil Isandra pada Marrie yang tengah menyisir rambutnya. Ia baru selesai mandi setelah semua aktifitas melelahkan hari ini."Ya Yang Mulia?" sahut Marrie."Apa yang kau tau tentang Marchioness Crinossio?" tanya Isandra.Marrie nampak antusias menjawabnya, "Beliau adalah Lady paling terpandang di kekaisaran ini Yang Mulia. Semua etiket dan perbuatannya terbilang sempurna, beliau juga pribadi yang baik dan dermawan""Sangat banyak kegiatan amal yang sering beliau lakukan bersama countess Rosea, kakak iparnya. Kalau dulu mereka sering melakukan itu bertiga dengan Permaisu-ah maaf yang mulia, saya tidak bermaksud untuk menyinggung anda!" seru Marrie meminta maaf seolah telah salah bicara."Tidak apa-apa Marrie, lanjutkan" ucap Isandra lembut.
"Hm menarik, dapat kurasakan mana sucimu kuat juga" ucap dewa matahari itu menyeringai licik."Baiklah, kalau begitu aku memiliki sebuah tugas untukmu" ucapnya."Tu-tugas? Hamba akan lakukan semua yang hamba bisa!" ucap Saintess yakin."Kau harus melahirkan anakku"Saintess membelalak, yang ia maksud 'mengorbankan diri' adalah menjadi tumbal atau semacamnya, bukan mengorbankan tubuhnya. "Bagaimana?" tanya sang dewa karena Saintess hanya diam saja.Wajah Saintess nampak ragu untuk menjawab, namun ia meyakinkan hatinya. Ini demi para penduduk, "Hamba bersedia!" ucapnya tegas.Begitulah, sang Saintess pun mengandung anak dari sang dewa. Mereka tidak melakukan hubungan intim, melainkan dengan cara menanam mana dewa matahari di dalam rahim Saintess. Dan selama sembilan bulan musibah kemarau masih berlangsung di benua itu. Seluruh penduduk menderita dalam kelaparan, banyak korban nyawa berjatuhan selama sembila
Suatu hari, sebuah wilayah di sana mengalami pertikaian kecil namun berujung pembunuhan. Karena orang-orang di wilayah itu berebut pembagian hak untuk satu-satunya sumur yang ada disana.Ini adalah kasus pembunuhan pertama yang pernah terjadi. Karena tidak bisa dianggap remeh, takut jika nanti ada korban lagi. Eleino dan Aquillio pun mendatangi tempat itu.Aquillio memberi saran untuk kakaknya membuatkan sumur lain dengan kekuatannya. Agar mereka tidak perlu berebut lagi untuk menggunakannya. Namun Eleino menolak, menurutnya masyarakat di sana harus bisa menggunakan sumur itu bersama. Jika dibuatkan sumur lagi, pastinya hal rebutan itu akan terjadi lagi. Dan akan ada sumur kedua ketiga dan seterusnya. Eleino juga mengingatkan adiknya bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan dengan kekuatan, mereka juga harus memikirkan cara lain agar masalah dapat diselesaikan.Aquillio tidak setuju dan mengatakan, "Aku heran kenapa dewa menjadikanm