Klak!
Dinara membuka pintu kamar mandi dan segera keluar dari kamar mandi dengan wajah sedih dan murung. “Maaf, Pak. Saya lupa bahwa seharusnya saya tidak pantas untuk melakukan ini dan seharusnya saya menjaga calon anak bapak ini.” Dinara kemudian berlalu mengambil pecahan ponselnya dan memisahkan kartu ponselnya. Dinara juga berjalan keluar dari kamar menuju entah kemana sedang Arka menatap Dinara pergi dengan tatapan bersalah dan juga sedih.“Ini gak benar. Aku harus minta maaf. Aku gak boleh membuat Dinara sedih atau merasa buruk. Itu akan mempengaruhi calon anakku. Bagaimana jika nanti anakku jadi anak yang cengeng?” Arka segera keluar dari kamar Dinara dan berjalan menuruni anak tangga rumahnya namun ternyata Dinara dan yang lain berada di meja makan.“Sayang, kenapa lama sekali? Kami jadi makan duluan tanpa kamu.” Sandra menatap Arka tersenyum namun matanya menunjukkan sebaliknya.“Maaf, silakan lanjutkan makan malam kalian.” Arka menghela nafas lega dengan nafas yang masih memburu menatap Dinara.“Nara, kamu sakit? Kenapa wajah kamu begitu?” Sandra dengan sengaja bertanya pada Dinara untuk menjebak Dinara.“Saya kurang enak badan, Bu.” Suara Dinara terdengar masih bergetar.“Ohh, kalau gitu kamu istirahat saja nanti biar pelayan bawa makanan kamu ke kamar.” Sandra entah kenapa menjadi mendadak ramah terhadap Dinara.“Gak apa-apa, Bu. Kasihan mereka nanti repot.” Dinara memaksa senyum ke arah Sandra yang sudah tahu kalau Dinara baru saja menangis.“Baiklah.” Kali ini Sandra menatap ke arah Arka.“Sayang, kamu sebenarnya masih sayang sama aku atau enggak sih?” Satu kalimat yang Sandra ucapkan tampaknya cukup mengganggu bagi Arka yang merasa jengah.“Pasti dong, Sayang. Sekarang kita makan dulu saja ya. Oke?” Arka berniat ingin membuat Sandra diam tapi Sandra malah tidak bisa diam.“Kalau gitu, bagaimana kalau setelah ini kita bahas rencana pernikahan kita? Dan kita juga harus bahas soal anak.” Semua orang terkejut menatap ke arah Sandra yang berfokus menatap Arka.Arka menghela nafas dan menatap Sandra. “Kita bicarakan itu nanti. Lagi pula bukannya sebelumnya kamu bilang kalau kamu gak mau hamil dan melahirkan karena kamu gak mau tubuhmu berubah? Kamu juga bilang kan kalau kita bisa mendapatkan anak dengan cara adopsi atau menyewa rahim wanita lain?” Suasana berubah menjadi kian panas menegang dengan Arka dan Sandra yang mulai tersulut emosi sedang Dinara yang perasaannya sensitive tidak bisa berbuat apapun selain mendengarkan.Sandra tahu kalau Arka menyayangi anak yang Dinara kandung, maka dari itu karena Sandra tidak ingin membuat Arka marah dan membencinya, Sandra sudah memikirkan cara lain untuk menyingkirkan Dinara dan juga janinnya. Sandra juga akan membuat Arka membenci Dinara.“Benar, Arka. Tapi aku sudah pikirkan setelah kita menikah nanti, aku akan melahirkan anak untuk kamu. Bagaimana? Kamu senang kan? Dengan begitu, kita tidak perlu mengadopsi anak lagi atau menyewa rahim wanita manapun.” Tampaknya Sandra benar-benar menyinggung Arka dan juga Dinara dengan cara ini.“Terserah kamu saja.” Arka menjawab singkat seraya melanjutkan kembali makan malamnya walau Arka sudah tak berselera.“Baiklah, Sayang. Nanti setelah makan malam, aku mau menginap di rumah mama kamu ya. Aku mau bahas pernikahan kita sama mama. Mereka pasti akan senang.” Sandra menggoda Arka dan bersikap manja dengan menempel pada Arka sedang Dinara wajahnya sudah terlihat memerah dengan netra yang terus menatap bawah.“Baik, aku akan antarkan kamu nanti.”“Gak perlu repot-repot, Sayang. Kan ada Dimas, dia bisa mengantarkanku. Lagi pula aku tau kamu sibuk. Jadi jangan memaksakan diri.”“Baiklah.” Singkat Arka mengakhiri percakapan.Setelah makan malam selesai, Dimas bergegas mengantarkan Sandra ke rumah orang tua Arka yang juga berada di kota Jakarta sedang Dinara mengurung diri di kamar. Dinara sadar kalau dirinya hanya istri kontrak rahasia yang tidak pantas mendapat cinta dari Arka. Tapi tetap saja, walau bagaimanapun Dinara memiliki hati dan juga perasaan yang sama dengan wanita lain. Ingin diakui, disayang dan juga dicintai sepenuh hati tanpa ada kebohongan di dalamnya.“Dinara,” panggil Arka yang berhasil membuka pintu kamar Dinara dengan kunci lain hingga Dinara tampak terkejut melihat Arka.Dinara tidak menyahut dan malah memilih untuk mengalihkan pandangannya. Melihat Arka sekarang ternyata membuat Dinara mual.Baru saja Arka akan mendekati Dinara, tapi Dinara malah buru-buru berlari masuk ke kamar mandi dan memuntahkan makan malamnya. Arka yang khawatir langsung mengejar Dinara tapi Dinara mendorong Arka.“Jangan mendekat, saya mual melihat anda.” Jelas Dinara menatap tak suka Arka yang diam melongo bingung.“Jadi saya harus bagaimana? Saya akan panggilkan pelayan untuk kamu. Aneh sekali kamu ini.” Arka berlari keluar dari kamar Dinara untuk memanggil pelayan sedang Dinara menuntaskan tangisannya dengan puas seraya menunggu pelayan datang.Salah satu pelayan senior Arka sudah masuk membantu Dinara dan Arka menunggu Dinara di depan pintu kamar Dinara. Begitu Dinara sudah kembali ke ranjang untuk istirahat, Arka memanggil pelayan tersebut karena mengira bahwa Dinara berbohong dan Arka berpikir bahwa Dinara bersikap seperti ini karena marah pada soalnya Arka menghancurkan ponsel Dinara.“Bik, kenapa katanya Nona Muda mual kalau lihat saya? Aneh sekali dia. Dia bohong kan Bik?” Arka memanggil pelayannya tersebut keluar dari kamar Dinara.“Tuan, Ibu hamil memang begitu. Mereka sensitif pada semua hal yang kita tidak bisa duga. Dari mual dengan aroma, tiba-tiba menyukai sesuatu dan tiba-tiba membenci sesuatu. Maaf, Tuan harus lebih sabar lagi ya.”“Kamu turun, telepon Dimas, bilang suruh Dimas beli ponsel baru untuk Nona Muda. Cepat,” pinta Arka paham lalu kemudian menyuruh pelayannya tersebut pergi sedang Arka hanya bisa mengintip Dinara dari depan kamar Dinara saja yang tidak tertutup sempurna seperti seorang maling seraya Arka menunggu Dimas datang.Beberapa saat kemudian.“Pak, ini pesanan anda.” Dimas memberikan Arka pesanannya.“Bagus, kamu pergilah.” Pinta Dimas seraya mengambil pesanannya namun Dimas tidak kunjung pergi. “Ada apa? Ada yang kamu ingin katakan?” Menyadari Dimas belum pergi, Arka kembali menatap Dimas padahal Arka sudah bersiap untuk masuk ke dalam kamar Dinara.“Tidak, Pak. Saya permisi.” Dimas terpaksa pergi padahal ada hal yang ingin Dimas laporkan pada Arka terkait sikap dan pertanyaan aneh yang Sandra tunjukan pada Dimas tadi tapi melihat Arka tidak dalam minat untuk mendengarnya, maka Dimas memilih pergi dan akan memberitahu Arka apa yang ia pikirkan itu besok saja.“Dan satu lagi, cari tahu tentang kehamilan. Apa yang mereka suka dan tidak atau apa aja hal yang membuat mereka mual.” Pinta akhir Arka sebelum akhirnya Arka masuk perlahan ke dalam kamar Dinara diam-diam tanpa membuat suara karena Dinara sudah tidur.Arka meletakkan kotak ponsel baru untuk Dinara ke atas nakas lalu Arka perlahan ikut berbaring di samping Dinara dan memeluk Dinara. Dinara terlihat bergerak sedang Arka spontan mematung.“Hmm,” gumam Dinara bergerak memunggungi Arka namun Dinara tidak bangun sama sekali. Arka melepaskan nafasnya yang sempat ia tahan tadi seraya kembali memeluk pinggang Dinara.Pagi hari.Arka bangun lebih awal dan segera keluar dari kamar Dinara sebelum Dinara bangun. Arka juga segera meminta pelayan untuk menyiapkan makanan dan susu untuk Dinara, baru setelahnya Arka masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap. Saat semua orang berada di meja makan, tiba-tiba saja Arka kedatangan tamu tak terduga. Yaitu orang tua Arka bersama dengan Sandra.“Arka, mama mau bicara. Bisa kita bicara di depan?” Tegas Dena, mama Arka seraya melirik Dinara.“Iya, Ma.” Arka bangkit dari kursinya dan segera berjalan menuju ruang tamu meninggalkan Dinara dengan Dimas yang menatapnya penasaran di meja makan.Dena memanggil Arka ke meja makan sendirian sedang papa Arka dan Sandra duduk menunggu Arka di ruang tamu.“Ada apa, Ma?” Arka mendudukkan boko
“Sepertinya Dinara tidak sedang baik-baik saja. Dinara sedang dalam tekanan. Aku harus menolong Dinara.” Pikir Hardiansyah seraya berlalu ke ruangan kerjanya.Di depan ruangan Arka, Dinara duduk membereskan barang-barangnya seperti biasa dan menyusunnya ke atas mejanya sedang Arka masih berdiri di samping Dinara dan menatap Dinara seraya berpikir. Arka harus memberitahu Dinara kalau Arka akan menikahi Sandra secara langsung.“3 hari lagi saya akan menikahi Sandra.” Arka ingin melihat reaksi Dinara, jadi Arka menahan kalimatnya.“Ohh, kalau gitu, apa yang perlu saya siapkan untuk bapak?” Dinara bersikap layaknya sekretaris profesional mengesampingkan status dan perasaannya sebagai istri dan ibu dari anak Arka dan Arka tidak suka itu. Begitupun Arka tidak bisa berbuat banyak karena Arka tidak ingin membuat siapapun curiga pada status hubungannya dengan Dinara. “Tidak perlu, saya cuman mau kasih tau kamu saja. Dan setelah kami menikah, Sandra jug
Malam hari.Seperti pasangan normal lainnya ketika malam pengantin. Arka membawa Sandra masuk ke dalam kamar hotel mereka sedang Dinara dan Dimas juga masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Entah apa yang Arka dan Sandra lakukan di kamar mereka sebagai pengantin baru, di sisi lain, Dinara merasa tidak nyaman berada di kamarnya dan memikirkan sesuatu yang tidak sepantasnya ia pikirkan. Dinara berniat untuk pulang namun sepertinya ini tidak akan mudah karena Dimas pasti mengawasinya.Perlahan Dinara membuka pintu kamarnya dan menoleh ke sebelah kanan dan kirinya untuk memastikan kalau Dinara dalam kondisi aman untuk kabur. Kebetulan saat itu Dimas sedang mandi dan Arka serta Sandra sedang dalam ritual mereka. Segera Dinara melangkahkan kakinya keluar dari hotel tersebut tanpa sadar jika seseorang mengawasinya.Di kamar Arka, ponsel Arka berdering ketika Arka sedang bermesraan dengan Sandra, terpaksa Arka menjawab telepon tersebut lebih dulu sedang Sandra
Semua orang sudah berkumpul di meja makan dan sarapan siap dimulai dengan Sandra yang selalu menempeli Arka seperti lem. Pagi ini, Dinara harus melihat apa yang tidak ingin ia lihat. Terpaksa Dinara hanya duduk diam dan menunduk seraya menunggu makanannya disajikan.“Terima kasih, Mbak.” Dinara bersikap ramah bahkan pada pelayan yang hal itu membuat Sandra menatap Dinara yang sudah seperti orang yang suka cari perhatian dengan tatapan tak suka. Namun Sandra menyadari makanan yang pelayan sajikan pada Dinara selalu berbeda dengan mereka. Apakah Dinara sespesial itu untuk Arka?“Dinara, kenapa kamu setiap hari minum susu? Kamu suka susu? Lalu kenapa bisa makanan kamu selalu berbeda dengan kami?” Sandra sengaja langsung bertanya pada Dinara untuk melihat reaksi Dinara dan juga Arka.“Iya, Bu. Saya suka susu. Saya ada alergi pada beberapa jenis makanan, Bu. Jadi saya terpaksa harus memilih sendiri makanan saya,” jawab Dinara gugup dengan senyum canggung.
“Sayang, lidahku sangat perih seperti terbakar. Sepertinya sekretarismu tidak menyukai aku,” ujar Sandra mengadu sedang Dinara menahan tangisnya membersihkan pecahan gelas.“Dinara, hentikan. Kamu keluar dari ruangan saya dan jangan buat masalah apapun lagi.” Bentak Arka membuat Dinara benar-benar menangis dan pergi seraya Arka menenangkan Sandra.“Maaf Pak, Bu, saya tidak sengaja.” Dinara berlalu keluar dari ruangan Arka menuju toilet.“Dimas, panggil orang suruh bersihkan pecahan gelas ini. Katakan pada Nara jangan buat minuman apapun lagi atau dia akan membuat lidah semua orang terbakar.” Pinta Arka pada Dimas berikutnya setelah Dinara keluar dari ruangan Arka. Arka sengaja melakukan ini sebenarnya untuk menghukum Dinara sekaligus melindungi Dinara dari Sandra.Sandra merasa menang dan yakin kalau Arka lebih memilihnya dari pada Dinara. Sedang Arka hatinya merasa tidak tenang setelah membentak Dinara dan membuat Dinara menangis. Jujur s
“Kalau kamu sudah bisa kasih mama cucu, mama dan papa akan bantu kamu menyingkirkan wanita itu dan bayinya. Kalau sekarang, mama gak bisa bantu kamu untuk menyingkirkan mereka. Kamu tenang saja, Arka milikmu. Semua orang tau itu. Mama punya cara agar sekretaris itu tidak mengganggu kamu dan Arka. Mama akan suruh wanita itu tinggal di sini. Bagaimana?” Rupanya orang tua Arka ingin melindungi cucu mereka dari Sandra walau mereka mendukung Sandra untuk menjadi istri tunggal nan utama Danel.Sandra mengerti jika orang tua Arka memang sangat menginginkan cucu, tidak heran jika mereka ingin melindungi Dinara. Yang harus Sandra lakukan untuk menyingkirkan Dinara adalah dengan cara Sandra harus hamil dan membunuh Dinara dengan cara yang bersih atau yang berkesan bahwa itu terjadi karena sebuah kecelakaan. Yang lebih baik lagi adalah, jika Sandra ingin membuat semua orang membenci Dinara, maka Sandra harus membuat Dinara menjadi pelaku.“Haruskah aku berpura-pura hamil
Setelah berbincang dengan Sandra maka akhirnya Arka setuju untuk membawa Dinara kembali ke rumahnya. Arka sangat senang dengar respon Sandra yang sangat pengertian dan juga dewasa. Arka bersyukur bisa menikahi Sandra, wanita yang terlihat baik di matanya. Apalagi tadi kata Sandra, Sandra ingin mencoba akrab dengan Dinara.Sore hari.Arka dan yang lain sedang bersiap-siap untuk pulang. Arka menghampiri Dinara untuk memberitahu Dinara bahwa Dinara akan tetap tinggal di rumahnya. Dinara tak tahu apakah dirinya harus senang ataukah sedih karena Dinara akan selalu diperhatikan oleh Arka namun Dinara akan sedih dan cemburu jika harus melihat Arka dan Sandra bermesraan. Apalagi semenjak Arka menikahi Sandra, Arka selalu tidur di kamar Sandra. Padahal sebelumnya Arka tidur di kamar Dinara.Sesampainya di rumah, seperti biasa semua orang akan masuk ke dalam kamar mereka masing-masing, namun entah kenapa Sandra terlihat aneh sore ini karena Sandra ingin mengantarkan
Dinara menatap wajah Arka seraya menelan ludah kasar. “Pak, saya ngidam pengen makan mie instan, di dapur gak ada mie instan, jadi saya ke sini. Ini bukan salah mereka, jangan pecat mereka. Ini saya yang memaksa mereka,” ujar Dinara dengan sorot memohon. Arka menatap dalam netra Dinara dan itu berhasil mengacaukan hati Arka yang seketika itu juga mendadak luluh padahal Arka ingin marah pada Dinara dan para pelayan. Arka menghela nafas kesal dan menatap ke arah pelayan. “Kalian, buang semua makanan tidak sehat ini dari kamar kalian. Cepat!” Pinta Arka pada pelayan sedang pelayan segera mengumpulkan makanan simpanan mereka dan mengumpulkannya menjadi satu dalam sebuah wadah namun Dinara rasanya tidak rela melihat makanan enak tersebut dibuang begitu saja. “Kali ini, kalian saya maafkan. Lain kali jika kejadian seperti ini terulang kembali atau kalian ketahuan menyimpan makanan seperti ini lagi, kalian saya pecat. Paham?” Arka memberi peringatan keras pada para