Pagi ini Glyn berencana untuk mencari pekerjaan, Karena ia tidak mungkin terus merepotkan ayahnya.
"Aku cari kerja dimana ya ? Apa kira-kira ya ? Aku tidak mau lagi menjadi designer, Aku ingin melupakan itu semua." gumam Glyn sendirian. Mungkin dia bisa membantuku " gumam Glyn lagi dengan berfikir Junos akan membantunya. "Tapi, dimana Aku bisa menemukannya ? Aku tak tahu dia tinggal dimana, huh ! Merepotkan sekali."
Baru saja dia berfikir tentang Junos, tiba-tiba terdengar seperti suara motor yang berhenti didepan rumahnya.
"Apa mungkin itu dia ?." gumam Glyn sambil berlari ke jendela dan melihatnya. "Benar itu dia.." gumam Glyn lagi dengan senang. Lalu dia turun dan menemui Junos.
"Hai, Aku bawakan sarapan." ucap Junos.
Glyn Masih terdiam menatap Junos, karena dia masih berfikir tentang pribadi Junos dan siapa dia.
"Kenapa kau baik padaku ? Kita tidak saling kenal, Aku tidak mengenalmu sama sekali." ucap Glyn menyelidik.
"Karena aku
Selesai bertemu dengan klien, Junos menuju rumah Glyn, dia penasaran dengan keadaan Glyn sekarang. Tak butuh waktu lama, Junos sudah tiba di depan rumah Glyn. Dia melihat keadaan rumah yang sepi, Junos memarkirkan motornya terlebih dahulu lalu perlahan Junos masuk dan melihat Glyn yang tengah tertidur di sofa. Dalam benak Junos ada niatan untuk menjahili Glyn. Junos merogoh air yang ada di dalam pot bunga didekatnya, lalu dia mencipratkan air itu ke wajah Glyn. Glyn mengernyitkan wajahnya, didalam mimpinya dia sedang berada ditengah hujan deras dan tiba-tiba keadaan menjadi banjir. "Banjiiir...banjiiir !" teriak Glyn sambil terbangun. Junos tertawa terbahak-bahak melihat Glyn yang bermimpi. "Kau ? Dasar kau !" ucap Glyn sambil melemparkan bantal sofa ke arah Junos dan memukulnya berkali-kali. "Aw..aw...aw..." erang Junos sambil tertawa. Dengan refleks Junos memegang kedua tangan Glyn dan menatapnya. Glyn terdiam dan berkata, "Apa ?" Sambil men
"Gila ! Guru konseling kali ini bisa beladiri Bro !" ucap Frans."Santai Bro... 13 guru konseling udah kita usir dari sekolah ini, yang ini juga pasti bisa..." jawab Badar dengan santai."Guru konseling itu...." ucap Erik tidak selesai."Loe kenal ?" tanya Ervan menyelidik."Enggak, gue gak kenal.." jawab Erik.Padahal Erik baru saja kemarin bertemu dengannya, dia yang mengejar Erik waktu itu, ketika ketahuan mencuri di sebuah toko kaset."Sial !" gumam Erik perlahan."Alaaaah ! Cewe kerempeng gitu mah gampang.... Tinggal sentil, mental dah tuh !" ucap Badar menyepelekan.Lalu mereka semua tertawa, kecuali Erik."Gue cabut duluan ya ! Mau cari angin." ucap Erik sambil berjalan meninggalkan mereka."Napa tu bocah ?" tanya Badar."Biarin aja lah...lagi be-te pasti..." jawab Frans."Woooiiii !" Seru Frans sambil melemparkan bantal pada Adam yang sedari tadi hanya bermain game saja di ponselnya."
Alana Guvenc, sejak kecil dia tidak tahu wajah ayahnya, karena Ibunya selalu bercerita kalau dia sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika hendak pergi bekerja. Alana sejak bayi sudah menjadi cibiran semua orang, karena rambutnya yang tumbuh dengan warna hitam putih yang bersilang, meskipun dia sudah pernah menggunduli rambutnya, namun tetap saja, ketika tumbuh warnanya masih tetap sama hitam putih bersilang, tidak berubah. Namun Ibunya, Maria. Selalu dan tak henti memberikan kasih sayang yang tulus dan memberi semangat agar Alana percaya diri. Semua jeri payah Maria membuahkan hasil. Alana menjadi anak yang percaya diri dan berlapang dada dengan warna rambutnya yang aneh. "Hai Madame..." sapa Alana pada tetangganya yang sedang menyiram tanaman. "Hai, Sigung kecil..." Jawabnya tersenyum. Sebenarnya Alana tidak suka dengan panggilan sigung kecil, namun dia tetap tersenyum dan menerimanya. "Bu, apa aku warnai saja rambutku, dengan w
Hari ini adalah hari besar untuk Maria, karena hari ini Alana akan masuk sekolah, mendapatkan sahabat baru, lingkungan yang baru, serta pelajaran yang baru."Apa kau mau memakai topi ini ?" Tanya Maria."Tidak usah Bu, aku akan jadi diriku sendiri.." Jawabnya percaya diri."Ingat, jangan membuat masalah, berbaurlah dan...""Jangan berkelahi..." Sela Alana ketika Maria belum selesai dengan ucapannya."Iya kamu benar.." Ucap Maria sambil mengecup kening Alana.Alana mulai berjalan memasuki gerbang sekolah."Ibu akan menjemputmu nanti..." teriak Maria. "Sampai jumpa.." ucapnya lagi dengan girang."Hai..." Sapa Alana ramah.Namun orang-orang melihatnya dengan aneh."Halo..."Sapa Alana lagi sambil berjalan menuju ruang kelasnya.Tiba-tiba..."Jangan halangi jalanku sigung kecil..." Ucap lelaki gendut itu kasar seraya menabrak Alana sampai jatuh.Alana tidak menjawab, dia hanya terseny
"Alana, ingat.... Jangan buat masalah.." Ucap Maria sebelum Alana berangkat."Iya Bu..." Teriak Alana. "Ya kalau dibutuhkan ya gimana lagi.." gumam Alana pelan dan tersenyum jahil.Hari itu di sekolah ada praktek olahraga, awalnya murid-murid begitu khidmat memperhatikan guru olahraga.Namun ketika Anak gendut itu mulai menjahili Alana, semua berubah.Perkelahian pun terjadi."Dasar kau sigung jelek..." ucap Anak gendut itu."Dasar kau gendut...!" balas Alana."Apa kau bilang ?" Geram si Gendut sambil menyerang Alana."Aaaw..." Alana mengerang.Alana membalas Anak gendut itu dengan jambakan rambut.Anak-anak lain bersorak ria seakan sedang melihat pertarungan gulat."Ayo Kau gendut, jangan kalah sama si Sigung jelek itu....!" seru salah satu murid."Ayo Alana... Jangan kalah dengan si Gendut tukang makan yang hanya berisi lemak tak berguna itu..." seru yang lainnya.Kedua anak it
Selama berada di rumah, Alana sibuk dengan hobi menggambarnya, banyak pola-pola baju Alana yang sangat membuat kagum Maria. Dan Maria membuat pola baju Alana menjadi nyata. Baju desain Alana sangat menarik perhatian banyak orang. Banyak orang yang berani membayar mahal untuk satu baju Alana.Tiba-tiba..."Heh.... Seenaknya saja kau membuka usahamu tanpa minta ijin dariku..." ucap seseorang yang tiba-tiba datang.Wajahnya sangat seram dan berkumis, badannya besar dan berotot kekar, membuat Maria takut."Kenapa Aku harus meminta ijin padamu ? Siapa kamu ?" tanya Alana gugup."Hahaha..." lelaki itu tertawa terbahak. "Kau tidak tahu siapa aku Nona manis ?" jawabnya sambil mendekati Maria dengan wajah mesum dan tangannya menyentuh wajah Maria."Menjauh dari Ibuku.." sergah Alana sambil mendorong lelaki itu."Dasar anak kecil bodoh..!" umpat lelaki itu.Lelaki itu menghempaskan Alana sampai terjatuh."Alana.." Teriak Maria.&nb
Beberapa tahun telah berlalu, Maria dan Alana membuka sebuah butik yang diberi Nama Guvenc Boutique. Alana kini tumbuh menjadi remaja yang cantik, dia mengubah warna rambutnya menjadi seperti warna rambut Maria. Mereka terlihat seperti saudara, karena paras Maria yang cantik dan awet muda."Terimakasih Alana.." ucap Maria suatu hari."Kenapa Bu..?" jawab Alana heran."Kamu sudah menjadi anugrah yang paling indah yang Tuhan berikan kepada Ibu." jawab Maria.Alana bangkit dari duduknya dan memeluk Maria."Terimakasih telah sabar denganku, dan mau menerima aku apa adanya Bu, kamu adalah orang yang paling aku sayang di dunia ini." ucap Alana.Dan mereka saling berpelukan.Sepanjang berjalannya waktu, Guvenc Boutique telah mulai di kenal di telinga penikmat fashion, dimulai dari warna dan model baju yang indah dan Unik.Onem Boutique adalah salah satu butik yang beridi sejak lama dan tak ada yang berani bersaing dengannya, namun den
Keadaan keluarga Guvenc semakin memburuk, berita - berita konyol yang tersebar membuat kesehatan Maria semakin memburuk.Ketika itu, tengah malam, saat Alana hendak ke dapur mengambil minum, terdengar hawar Maria berbicara kepada seseorang di telepon."Kumohon hentikan ini semua ! Apa kau setega itu ? Harimau pun tak memangsa anaknya sendiri.." hawar suara Maria."Ibu sedang berbicara kepada siapa ya ?" gumam ku heran."Demi ketenaranmu, kau tega sekeji ini..!" hawar Maria lagi. "Demi Tuhan kau akan mendapat balasannya."Itulah kata terakhir yang Alana dengar. Alana sangat penasaran sekali, tapi dia mengurungkan niat ya untuk pergi melihat Maria."Mungkin besok akan aku tanyakan.." gumam Alana.Pagi itu cuaca sangat dingin dan mendung, Maria melihat dengan sendu langit yang sama-sama sedang pilu."Bu.... Boleh aku masuk ?" tanya Alana lembut."Ya sayang..." jawab Maria lemas."Apa Ibu baik-baik saja ?" tanya