Share

Sewindu Setelah Berpisah
Sewindu Setelah Berpisah
Penulis: Ummi Salmiah

Part 1

"Perhatian-perhatian satu  Bis kecelakaan menuju rumah sakit, semua dokter, bersiaplah!" begitu pesan pengeras suara membuat kami berlari menuju depan pintu UGD, tidak bisa dibayangkan bagaimana sibuknya kami jika mendapat panggilan darurat seperti ini.

 

"Ambulan menuju rumah sakit, korban kecelakaan 25 orang, dimohon semua dokter segera menuju UGD." 

 

Kawasan rumah sakit yang tidak jauh dari puncak membuat kami harus siaga jika ada kecelakaan seperti ini.

 

"Dokter Nadhine, pasien sudah sampai!" salah satu perawat mendatangiku, hari ini hari yang harus siap kondisi lahir dan bathin. Menjadi dokter adalah kebanggaanku.

 

Namaku Nadhine Azzahra dokter spesialis bedah umum, ini tahun kedua berada di rumah sakit ini. 

 

"Yang patah tulang 2 orang, Dok, satu ada cedera yang butuh operasi dari dokter Nadhine."

 

"Dokter yang menangani sudah siap?" 

 

"Siap, Dok."

 

"Baik."

 

Setelah mengecek kondisi ternyata ada 3 orang yang harus dioperasi, Bis yang jatuh membuat kondisi pasien banyak yang luka parah.

 

"Ruang operasi sudah siap?"

 

"Siap, Dok." 

 

Berkejaran dengan waktu untungnya hari ini personil lengkap, jadi tidak perlu antri untuk operasi. Ketegangan demi ketegangan di sini menjadi hal biasa bagiku dan dokter yang lain.  Setelah semua bisa dikendalikan langsung menuju ruang operasi, kami membagi diri di tiga ruang karena kondisi pasien memang sangat parah.

 

"Cek kondisi pasien." 

 

"Normal, Dok."

 

"Oke, kita akhiri operasi hari ini. Terima kasih semuanya."

 

"Terima kasih juga bantuannya, Dok."

 

Aku keluar dari ruangan, selesai operasi ketegangan otot jangan ditanya. Menunduk dan konsentrasi membuat leher ini rasanya nano-nano. Seperti biasa, setelah operasi minum segelas latte paling pas.

 

"Bu Dokter capek sekali." Seperti biasa Reyhan yang selalu menyapaku setiap selesai operasi.

 

"Capek, beut. Syukurnya semua bisa terkondisikan."

 

"Baru selesai operasi juga, Dok?" Tanyaku pada Reyhan yang spesialis syaraf.

 

"Iya, baru selesai."

 

Aku dan Reyhan sahabat sejak lama, banyak yang bilang kami cocok, tapi mereka tidak tahu jika aku adalah seorang janda. Delapan tahun yang lalu aku menikah dengan seorang dokter spesialis bedah. Namun, keluarganya tidak setuju, membuangku dan menelantarkanku di jalanan. Alasannya sungguh tidak masuk akal karena aku bukan dari keluarga yang kaya raya.

 

Aku akui kelabilanku saat itu membuatku jatuh hati pada dokter senior, sebagai mahasiswa kedokteran yang mengandalkan beasiswa harusnya fokus menggapai cita-cita. Bukan langsung menerima pinangan dokter yang saat itu banyak penggemarnya. Setelah mendapat gelar S.Ked dia melamarku, awalnya semua baik-baik saja. Orang tuanya setuju, entah mengapa umur pernikahan kami hanya sebulan dan lucunya ibunya memberiku pesangon yang tidak sedikit setelah membuangku dijalanan. Tidak boleh ada pembelaan yang mereka dengar, yang mereka mau aku hilang dan pergi jauh dari anaknya. Hingga aku bisa berdiri seperti ini karena bantuan Reyhan yang baik hatinya.

 

"Kenapa melamun, manis." Hampir nih kopi tumpah, Reyhan memang orang yang paling iseng.

 

"Kagak."

 

"Belum bisa move on lagi!"

 

"Idiih, kagak!"

 

"Lancar operasinya?"

 

"Lancar, tiada hari tanpa operasi ni rumah sakit."

 

"Hooh, kenapa kita terdampar disini, Han?"

 

"Ini 'kan rekomendasi dari kampus, bawel."

 

"Pantes, gaji sih gede, tapi ampun badan remuk, Han."

 

"Mungkin nyonya bawel butuh refreshing." Aku hanya mengangguk sepertinya butuh banget.

 

"Kemana, Han."

 

"Ke hatimu saja, Nadhine."

 

"Reyhaaan ...." begitulah kami hanya bisa kumpul ketika jam istirahat setelah itu kembali ke tempat masing-masing.

 

"Oh, jadi ini selingkuhanmu sampai meninggalkanku begitu saja." Jantungku berdegup kencang, wajah blasteran itu setelah sekian lama datang menghampiriku. Terbaca jelas di papan namanya 'dr. Andra Wijaya' Orang yang 8 tahun yang lalu pernah mengisi hatiku.

 

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status