Setelah menulis jadwal pelajaran, Bu Sandra pamit undur diri. Luisha yang berada tepat didepan meja Kendra berbalik heboh membuat si empunya meja terganggu.
"Sorry, sorry, gak sengaja," ucap Luisha sambil menatap Kendra gugup.
Kendra diam tak menjawab lalu menutup bukunya kemudian pergi. Mauryn dan Luisha terkejut dan memperhatikan kepergian Kendra hingga menghilang diambang pintu.
"Ryn, kamu yang kuat ya sebangku sama limbad," ucap Luisha dengan wajah prihatin tapi nada mengejek.
"Kamu juga yang sabar ya duduk sama Demian," sahut Mauryn dengan ekpresi meniru Luisha.
"Kok Demian?" Luisha bingung.
"Karna selalu pengen jadi sempurna." Mauryn menjulurkan lidahnya meledek.
Luisha kesal lalu memukul Mauryn tapi tidak sampai.
"Kalian ngomongin aku?" tanya Izra tiba-tiba berbaik badan.
"Eh?" Mauryn terkejut.
"Eh?" Luisha terkejut sekaligus salting.
"Izin ke toilet dulu, ya." Mauryn bergegas pergi meninggalkan Luisha dan Izra yang menjadi canggung.
_____
'Si Izra dingin banget, jadi takut. Tapi kok Luisha bisa ya suka sama cowok dingin begitu?' batinnya sambil berjalan pelan dikoridor.
Bruk.
Ada yang menabraknya dari belakang. Ingin rasanya marah pada yang menabraknya, tapi ketika melihat orang yang menabraknya, nyalinya langsung ciut. Tentu saja ciut karena orang itu adalah Kendra yang sedang memunguti buku-buku yang berjatuhan.
"Aku bantu." Mauryn langung berjongkok dan membantu Kendra memunguti bukunya.
Namun saat mata Kendra bertatapan dengan mata Mauryn, Kendra langsung bangkit dan pergi meninggalkan Mauryn beserta buku-bukunya. Ya, lelaki itu pergi dengan tangan kosong sedangkan Mauryn yang ingin sekali ke toilet jadi terhambat karena kebingungan dengan buku-buku yang Kendra tinggalkan.
"Sebenernya dia kenapa sih? Ini buku apa? Dari siapa? Mau dikemanain?" keluh Mauryn sambil memunguti buku-buku itu.
Mauryn bangkit dengan perasaan lelah sambil menggendong tumpukan buku yang tidak tau harus diapakan atau dikemanakan.
Terpaksa Mauryn mengurungkan niatnya ke toilet dan kembali ke kelas sambil menggendong buku-buku itu padahal panggilan alam sudah tidak sabar dikeluarkan.
_____
Brak!
Mauryn sedikit membanting buku-buku yang dibawanya ke meja Bu Sandra. Ia menatap sekeliling kelas dan menatap ke arah bangkunya. Ada Kendra sedang duduk menatap luar jendela di sebelahnya. Ia pun menghampiri lelaki itu.
"Buku kamu udah aku bawa kesini. Tuh aku simpen dimeja Bu Sandra, ambil sendiri aja ya, berat tau," ucap Mauryn lalu pergi.
"Uhuk ... uhuk ...."
Suara batuk itu membuat Mauryn berhenti melangkah dan menengok lagi ke Kendra.
"Apa? Mau minta bawaain ke meja kamu? Maaf, aku cape, ada panggilan alam juga yang mendesak. Kamu punya kaki dan tangan, ambil dan bawa sendri aja," ucap Mauryn mulai kesal. Ia pun pergi tanpa memedulikan Kendra.
"Punya mulut bukannya ngomong malah kaya orang bisu." Mauryn berjalan sambil mencak-mencak hingga ia hilang dari pandangan mata Kendra.
Diam-diam Kendra mengulas senyum di wajahnya.
"Ih ih, Kendra senyum!" jerit Luisha yang tidak sengaja berbalik dan mendapati Kendra yang tersenyum.
Izra yang mendengar langsung berbalik dan menatap Kendra yang sudah mengalihkan padangannya ke jendela.
Izra menatap Luisha juga sebaliknya. Izra menghadap kedepan lagi dan Luisha cemberut.
'Bener kata Mauryn, Izra itu Demian,' batinnya.
_____
"Dasar nyebelin! Bisa-bisanya dia begitu ke aku! Emangnya siapa dia berani begitu ke aku? Gak tau apa aku ini siapa dan gimana orang memperlakukan aku disekolah ini!" Mauryn mencak-mencak sendiri mengingat Kendra yang menyebalkan.
Brak.
Ada yang menabraknya hingga membuatnya terhuyung kebelakang.
"Aduh!"
"Hey, stupid!" ucap seseorang dengan nada membentak.
Mauryn yang sedang merapikan pakaiannya pun mendongak. Ada gadis dengan wajah asing didepannya. Dibenak Mauryn hanya ada pertanyaan 'Siapa?' untuk 2 pertanyaan. Siapa yang gadis itu stupid dan siapa gadis itu? Gadis memakai dress mini dengan dandanan cukup tebal dengan rambut terurai rapi. Cukup indah dipandang tapi tatapan matanya sayu dan terlihat lelah.
"Hey, are you stupid?" tanya gadis itu dengan tatapan marah.
Mauryn menengok ke kanan dan ke kiri memastikan siapa yang diajak gadis itu bicara.
"Hey, you!" Gadis itu mendorong Mauryn.
"Me?" Mauryn menunjuk dirinya.
"Yes."
"Stupid?" tanya Mauryn masih menunjuk dirinya.
"Yes," tegas gadis itu.
"Who are you?"
"Me?" Gadis itu menunjuk dirinya dengan elegan.
Mauryn mengangguk pelan dan gadis itu tertawa. Lalu berdeham untuk mengatur suaranya.
"You can call me Princess Yavanna," ucapnya senyum.
"Madman," ucap Mauryn ketus lalu pergi meninggalkan gadis itu.
"What? Hey, you! Come here!" teriak gadis itu tapi Mauryn mengabaikannya dan terus berjalan.
Mauryn heran, kenapa hari ini ada begitu banyak orang menyebalkan. Bahkan orang tadi lebih menyebalkan dari Kendra.
"Apa tadi? Princess Yavanna? Hih, sok banget princess emang dia anaknya Ratu Elizabeth apa segala minta dipanggil princess," kesal Mauryn yang masih berjalan menuju toilet.
"Eh, lo cewe!" panggil seseorang membuat Ryn berhenti berjalan.
Mauryn menengok ke sumber suara. Dan ia terkejut ada lelaki tampan yang sedang menatapnya dan berjalan kearahnya.
'Waduh, ini pacarnya si princess tadi ya? Apa bodyguardnya? Haduh aku tadi ngomongnya kenceng banget ya sampe langsung disusulin gini?' batinnya panik dan ia juga memejamkan matanya.
"Lo tau yang namanya Kendra?" tanyanya yang membuat Mauryn membuka matanya kaget.
"Hah?"
"Lo tau kelasnya Kendra?"
Mauryn diam dan tubuhnya diguncang lelaki itu.
"Heh! Gue nanya ya jawab dong!" ucap lelaki itu kesal, tangannya masih memegang kedua bahu Mauryn.
'Aduh, si Kendra punya masalah apa coba? Katanya dia bego tapi kok begini? Aduh bingung,' batin Mauryn panik.
"Lo budek, ya?" bentak lelaki itu makin kesal.
Seketika ia mendapat ide konyol yang gak pernah ia lakukan sebelumnya.
Gubrak.
Mauryn pura-pura pingsan membuat lelaki itu kaget dan panik. Ia juga merasa tubuhnya diangkat dan ketika membuka matanya sedikit untuk mengintip, ia sedang di gendong oleh lelaki tadi.
Tbc ...
Mauryn yang awalnya pura-pura pingsan malah tidur. Untung saja ada seseorang yang memberinya minyak kayu putih yang membuatnya bangun. "Ini jam berapa?" tanya Mauryn dengan mata menyipit karena masih beradaptasi dengan lampu ruangan itu. "Jam sebelas." Mauryn memelototkan matanya. Suara ini, suara yang tadi menanyakan keberadaan Kendra. Mauryn menoleh dan tersenyum canggung pada lelaki itu. "Kenapa?" Lelaki itu menatap Mauryn aneh karena terus tersenyum padanya. "Kamu masih nyari Kendra?" tanya Mauryn ragu-ragu. "Enggak. Udah ketemu." "Kamu anak baru?" "Hah? L
Mauryn membanting tubuhnya ke kasur empuk itu. Ia menatap langit kamarnya dan membuang nafasnya kasar. "Kalo dipikir-pikir, tadi muka Kendra pas di ruang kesehatan kok aneh banget ya, kaya malu tapi datar," ujarnya monoton. Gadis itu entah kenapa memikirkan lelaki itu. Tok ... tok ... tok ... Suara ketukan pintu itu membuat ia tersadar dari apa yang ia pikirkan sebelumnya dan menoleh ke arah pintu. "Nona Ryn, apa ada didalam?" tanya seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Iya," sahut Mauryn lalu bangun dari tidurannya dan menghampiri pintu untuk membuka. "Ada apa, Bi?" tanya Mauryn ketika membuka pintu dan mendapati Bibi Elli; asisten rumah tangga keluarga
"Huaaaa, seru banget filmnya," ucap Luisha sambil meregangkan kedua tangannya setelah film selesai. "Yuk, keluar," ajak Bastian yang diangguki Luisha. Ketika Bastian dan Luisha hendak keluar, Mauryn masih saja duduk dibangkunya. Bastian san Luisha bingung. "Ryn, ayo, kita keluar," ajak Luisha sambil memegang bahu Mauryn. Mauryn menengok tapi Luisha dan Bastian terkejut karena Mauryn berlinang air mata. "Ryn, kenapa?" Luisha langsung duduk lagi ditempatnya karna cemas pada Mauryn. "Hah?" Mauryn seakan baru sadar dari lamunan. "Ryn, kamu kenapa?" ulang Luisha. "
Keesokan harinya, Mauryn baru saja sampai diambang pintu. Dari sana ia melihat sosok Kendra yang sedang sibuk menulis. Perlahan gadis itu menghampiri lelaki itu karna mereka juga teman semeja. "Pagi," sapa Mauryn ragu-ragu sambil duduk di bangku sebelah Kendra. "Mmm," gumam Kendra dan menutup bukunya lalu mengambil buku lain untuk dibaca. Mauryn mengeluarkan buku-bukunya dengan sangat pelan karna takut mengganggu Kendra. Tapi tiba-tiba gadis itu mengingat kejadian kemarin. 'Tanyain jangan ya?' batin Mauryn bimbang. Mauryn mengayun-ayunkan bukunya karna bimbang. Lalu gadis itu meletakkan bukunya lalu merapikan dirinya dan bersikap tegap kemudian menengok ke arah Kendra dengan rasa deg-degan.
Flashback. "Izra," panggil Kendra pelan ketika mereka baru saja sampai di sekolah. Ya, mereka berangkat sekolah bersama karena Izra adalah bawahan Kendra. "Ikut aku. Ada yang mau aku bicarakan," ucap Kendra lalu berjalan mendahului Izra. Izra mengikuti Kendra dibelakang. Mereka mejuju atap sekolah. "Aku menyukai Mauryn," ucap Kendra to the point ketika mereka baru saja sampai di atap gedung. "Hah?" Izra terkejut atas ucapan Kendra yang tiba-tiba. "Aku suka Mauryn. Bantu aku mendekatinya," ulang Kendra datar. Perkataan Kendra sangat formal karna status yang berbeda.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be