"Ka-kakak, bangun ... aku takut."Shen Xiao mengusap matanya kemudian dia memijit pangkal hidungnya. Suara gadis itu muncul kembali, ia mendengarnya, sangat jelas dari indra pendengarannya yang sangat tajam.Apa yang dilakukan Shen Xiao itu membuat dua orang pembunuh bayaran yang memiliki senjata andalan panah menjadi berpikir bahwa pemuda itu tengah dalam kegelisahan, mereka menganggapnya, dia khawatir dan takut dengan gertakkan mereka. "Sudah kuduga, dia pasti hanya Tuan Muda sampah yang lemah," kata salah satu dari mereka. Melihat tingkah Shen Xiao, perasaannya menjadi yakin bahwa pemuda itu hanya pemuda cacat saja yang lemah.Satunya lagi menanggapi, "Kau benar, sepertinya dia berada di hutan ini juga karena keluarganya menginginkan dia mati saja. Mungkin, dia aib keluarga karena kecacatannya."Hanya seorang saja yang beranggapan berbeda. Dia mengabaikan para rekannya memilih memperhatikan pemuda itu begitu serius dengan kedua mata tajamnya. "Aku yakin ada sesuatu yang salah," pi
"Kau memungut anak kecil lagi?" Xin Xin memandang Shen Xiao hampir dibuat geleng-geleng kepala.Sudah menghilang ntah kemana sampai malam hari sudah terasa mencengkram di dalam hutan ini. Pemuda itu datang-datang membawa dua orang anak yang kiranya salah satunya seusia dengan Lin Tian, sebelas tahun. Dan satunya lagi sekitar tujuh-delapan tahun.Tapi, ada satu hal yang membuat Xin Xin dibuat menggeleng-geleng kepala ketika melihat Shen Xiao menggendong seorang anak laki-laki sedangkan Shen Xiao tampak membawa dirinya sendiri saja kesulitan dengan tongkatnya itu. "Shen Xiao-- ""Panggil aku Tuan Shen," tukas Shen Xiao mengatur panggilan Xin Xin dengan tegas. Xin Xin menganggukkan kepalanya, walaupun wajahnya terpasang tertekuk. Semulanya menatapnya menjadi mengalihkan wajah kembali ke depan yang terdapat api unggun, dibuat secara langsung oleh Lin Tian yang kini pemuda itu bersama Bian Xiao si bayi Harimau tengah tertidur beralas daun talas.Shen Xiao mengetahui Xin Xin pasti tengah m
Sang fajar sudah menyingsikan wujudnya. Sahut menyahut kicauan burung menyambut kedatangannya. Sesegar udaranya, sesosok pemuda yang kini disibukkan berburu di hutan dengan menjadikan anak-anak umpannya, begitu sangat semangat sekali membuat para anak-anak menjebak hewan masuk ke dalam perangkapnya.Dia hanya menangkring di atas pohon dan hanya mengarahkan anak-anak untuk berlari demi lolos dari kejaran Hewan Buas yang ingin diperangkapnya. Tapi Xin Xin kebanyakan yang membantu anak-anak lolos dari kejaran Hewan Buas tersebut. Shen Xiao lebih banyak mengaturnya saja, sedangkan dia santai di atas pohon memandangi mereka dari bawah. Xin Xin memandangnya begitu sinis, dia bisa membawa anak-anak bersama mereka, tapi tidak bisa menjaga anak-anak dengan baik dan akhirnya Xin Xin juga yang turun tangan.Xin Xin melesat terbang ke arahnya sambil berteriak memanggilnya, "Tuan Shen!""Pelankan suara mu, kau bisa membuat sekawanan Serigala Darah muncul di sekitaran sini." Shen Xiao memperingatin
"Ayo anak-anak manis, makanlah." Mereka bertiga melihat kepedulian Shen Xiao merasa heran. Setelah memasakkan sup daging dari peralatan masak yang ntah darimana asalnya begitu terlihat lengkap, seperti langsuny diambil dari dapur restoran, Shen Xiao menyajikan sup itu ke mangkuk dan memberikannya kepada mereka bertiga dengan hati-hati. Shen Xiao turut makan seperti mereka juga, dia duduk bersila di antara mereka dan menikmati makanan itu bersama-sama dengan tenang dan begitu fokus pada makanannya. Ada yang aneh, ketiga anak itu memikirkannya. Sampai suara Lin Tian terdengar di tengah makan mereka. "Kak Shen, di mana Xin Xin?" tanya Lin Tian, menyadari tak adanya gadis Blue Phoenix itu di sini sejak tadi, bahkan ketika makan, Xin Xin tak ikutan hadir menikmati makanan yang dibuat Shen Xiao dari hasil buruan mereka dan Xin Xin turut andil membantu mereka bahkan dia juga mengajari mereka bertiga cara menguliti kulit para Hewan Buas tersebut. Karena bermacam-macam Hewan yang mereka ta
Suara berisik dari luar membuatnya terbangun. Semulanya ia tertidur sangat pulas dengan tidak tahu malunya berada di tempat orang. Tempat tinggal kerabat pedagang yang memberikanya tumpangan. Namun kini juga memberikanya kamar untuk ditinggali untuk sementara waktu. Sangat menguntungkan, tak perlu lagi ia susah payah mencari penginapan di kota. "Kakak! Kau tahu kan bagaimana situasi kota ini? Kau seharusnya tidak asal membawa orang asing ke sini! Kau ingatkan waktu lalu apa yang terjadi dari tindakan baik mu itu?!" Shen Xiao melihat keluar, sedikit ia membuka pintunya untuk melihat siapa yang berdebat di luar. "Li Mei, pemuda itu dalam keadaan buruk, dia bahkan tidak bisa bicara karena keadaannya sekarang. Li Mei, keluarga kita tidak pernah membiarkan orang lain yang tengah terluka begitu saja. Adikku dengarkanlah kakak mu kali ini saja," mohon pria berbadan gempal menyatuhkan kedua tangannya pada seorang gadis yang dilihat dengan kedua mata hitam pekat Shen Xiao. Gadis yang seperti
Kedua netra hitam tajam Shen Xiao menyapu pandang pada sekitaran kota dari atas atap rumah warga. Shen Xiao tengah berdiri sambil memegang sebuah tongkat kebanggaannya melihat dari atas suasana kota yang begitu sangat ramai, aman, damai dan tenang. Seperti tak ada sesuatu yang mencurigakan di dalam kota ini, tapi anehnya membuat gadis yang ditemuinya saat siang hari tadi menyuruhnya untuk segera pergi.Karena penasaran akan sesuatu yang dikatakan gadis itu, Shen Xiao memutuskan untuk mencari tahunya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi di kota ini?"Ibu! Ibu! Lihat ada bunga api!" Seruan seorang gadis kecil yang terdengar sangat jelas meski ributnya suara warga kota sambil jarinya menunjuk pada langit di atasnya seketika membuat Shen Xiao serta para warga kota lainnya mendongakkan matanya. Bunga api di malam hari, memang indah sekali. Sebenarnya apa ada festival di kota ini sampai ada bunga api segala? Shen Xiao memikirkan itu. "Sudah lama sekali aku tidak melihat bunga api di langi
Bruk!"Sial!" Shen Xiao mengumpat dalam hatinya. Setiba keluar dari cermin pemindahan. Pria yang membawanya itu asal mendorongnya dengan tak berperasaan 'nya sampai membuatnya jatuh tersungkur di lantai dan itu tak ia sangka tepat di bawah kaki seorang wanita berpenampilan seksi begitu cukup terbuka pakaian yang dikenakannya, sampai tampak kaki mulus dan jenjangnya itu dari posisinya yang cukup menguntungkan untuk melihatnya.Shen Xiao tidak se-m*sum itu, matanya memilih mengarah ke lain arah setelah tanpa sengaja melihatnya. "Kau membawa bajingan mana lagi, Tuan Zhang?" Wanita itu bersuara, suaranya sangat lembut dan terdengar sangat menggoda.Wanita pemilik tato pedang bersilang yang di tengah-tengahnya terdapat gambar mawar merah yang letak nya sendiri berada di dadanya yang cukup terbuka membela dari kedua benda besar yang dimilikinya. Wanita berambut hitam tergerai panjang itu tengah duduk di kursi sambil menghisap tembakau.Karena biasa melihat kebiasaan wanita itu. Pria tersebu
"Shen Xiao, cepat pergilah." Ji Shu mendesak Shen Xiao untuk segera pergi dengan mendorongnya bersama Zhang Cheng. "Kau bawa Shen Xiao pergi dengan cermin pemindah, secepatnya," pintanya pada Zhang Cheng.Zhang Cheng menatap Shen Xiao seraya mengatakan. "Cepat ikut denganku.""Aku bukan pria pengecut yang akan meninggalkan wanita sendirian di sini."Langkah yang akan diambil Zhang Cheng terhenti. "Hei, jangan bersikap lunak, kau sekarang sedang ditolong Nona Shu, jangan menyia-nyiakannya.""Aku akan tetap di sini," kata Shen Xiao tetap teguh pada keputusannya. "Haha ... ternyata wanita jalang ini masih memelihara pria lagi. Tapi standar pria yang kau pelihara kenapa menjadi rendah begini? Dia cacat lagi ... haha!" Seorang pria datang bersama rombongannya yang sepertinya itu anak buahnya.Ji Shu membalasnya ketus, "Dia bukan pria peliharaan ku.""Kau siapa?" tanya Shen Xiao dengan pandangan mata memicing tak senang mendengar perkataan pria itu asal menuduhnya pria peliharaan Ji Shu.P