SBY 13
Dehaman seseorang dari belakang seketika menghentikan aktivitas Harry dan Erie. Mereka serentak menoleh dan terkesiap ketika melihat sosok orang yang kini tengah memasuki ruangan dan menutup pintu.Sepasang mata beriris hitam itu mengawasi gerak-gerik pasangan yang tertangkap basah tengah berpagutan tersebut sembari melipat tangan di depan dada. Orang yang tak lain adalah Malvin itu menggeleng-geleng, kemudian menyugar rambut, ciri khasnya bila tengah gusar."Sejak kapan kalian punya hubungan spesial?" tanya Malvin tanpa tedeng aling-aling."Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Vin," jawab Harry. "Aku ... baru beberapa hari menyatakan perasaan pada Erie. Sekaligus memintanya untuk menjadi istriku," sambungnya yang membuat Malvin terperangah."Kamu sadar dengan apa yang kamu omongin, Har? Apa kamu nggak mikirin perasaan Nick?""Saat ini aku dalam kondisi sadar, demikian juga Erie. Aku mencintainya, tapi diaSBY 14"Aku nggak nyangka kamu bakal menusuk Nick dari belakang, Har!" geram Malvin. Siang itu, Malvin, Harry dan Samudra berada di ruang kerja sang bos untuk membahas apa yang telah terjadi antara Harry dan Erie. Malvin sangat kesal karena Harry telah mengkhianati Nick, apalagi saat itu Nick tengah membutuhkan dukungan moral dari mereka, ketiga sahabatnya. "Aku ... sudah mencintainya sejak lama, Vin. Mungkin karena sering menjadi sopir antar jemput bila dia akan berkencan dengan Nick," terang Harry. "Setelah Nick pergi, aku makin sulit mengendalikan rasa ini yang sudah telanjur tumpah semua cinta pada Erie," sambungnya sambil memandangi wajah sahabatnya itu yang duduk di kursi seberang. "Tega banget kamu! Aku nggak tau gimana caranya buat ngertiin cintamu pada dia, di saat dia masih menjadi kekasih sahabat kita." "Nggak perlu dimengerti. Karena Erie sudah menolakku. Jadi biarkan saja keadaan tetap kayak gini." Harry terdiam
SBY 15"Erie!" seru Harry sambil mengejar perempuan itu dan berhasil menggapai tangan Erie saat perempuan itu hendak memasuki lift. "Lepasin, Mas!" sergah Erie sembari menghempaskan tangan Harry, tetapi gagal karena pria itu justru mencekal pergelangan tangannya."Aku nggak bakal ngelepasin. Kita harus bicara!" tegas Harry. "Nggak perlu. Semuanya udah jelas." "Apanya yang jelas?" "Mas memang punya hubungan dengan Rina 'kan? Ngaku aja deh!" "Sudah kubilang nggak ada hubungan apa-apa. Dia cuma bertamu." "Udahlah, Mas. Terusin aja kencan dengan dia, aku mau pulang." Erie kembali berusaha untuk melepaskan cekalan, tetapi tetap gagal. "Siapa yang kencan? Udah kubilang kalau dia hanya bertamu dan itu pun untuk membahas pekerjaan kami nanti di Sydney." "Terserah! Aku nggak mau tau dan nggak perlu tau juga." Harry menghela napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Mema
SBY 16Sepanjang jalan menuju kediaman orang tua Erie, bibir Harry tak henti-hentinya membingkai senyuman. Dia benar-benar bahagia karena akhirnya Erie mau menikah dengannya. Harry tahu, jalan mereka masih panjang, terutama karena saat ini hati Erie masih terbagi. Sementara Erie juga melakukan hal serupa. Tersenyum-senyum sendiri, tetapi tidak berani menoleh ke kanan karena takut bila Harry akan melihat pipinya yang merona. Erie merasa yakin bila keputusan itu sudah tepat, karena dia tahu bahwa inilah yang diinginkan orang tuanya. Setibanya mereka di tempat tujuan, Hendra ternyata sudah menunggu di teras. Pria itu sempat bingung kenapa Erie memaksa untuk menemui Harry padahal dirinya tengah kurang sehat. Dia bertambah bingung kala menyaksikan wajah semringah kedua anak muda tersebut yang tengah jalan bergandengan tangan ke arahnya. "Assalamualaikum," sapa Harry dan Erie, sebelum sama-sama merunduk untuk menyalami Hendra secara bergantian. "Waalaikumsalam," jawab Hendra. "Kalian ko
SBY 17Dering ponsel mengejutkan Harry yang sudah nyaris tertidur. Niat untuk mengabaikan akhirnya ditangguhkan ketika melihat nama pemanggil. Dengan enggan dia menggulirkan jemari untuk menekan tanda hijau di layar ponsel sebelum menempelkan benda itu ke telinga kanan. "Ya, Bro," sapa Harry. "Nick nanya tuh di grup," sahut Sam. "Tentang?" "Lihat aja sendiri." Harry memutus panggilan dan mengamati layar sebelum menekan aplikasi hijau berlogo gagang telepon putih. Puluhan pesan masuk dari beberapa grup dan juga pesan pribadi. Harry menelan ludah ketika membaca pesan dari Nick yang menyertakan tangkapan layar postingannya tadi siang. Harry : Itu cuma bercanda, NickNick : Aku pikir beneran, Har. Makanya kaget. Harry : Kalau bener aku pasti ngomongNick : Ok. Dan gimana kabar sayangku? Harry : Dia, baikNick : Jadi operasi? Harry : Mau dilihat perkembangan tiga bulan ke depan. Kalau membesar, jadi operasiNick : Ok. Kamu, jaga kesehatan, yaHarry : Kamu juga, NickHarry masih me
SBY 18Sepasang mata beriris hitam mengawasi sebuah mobil HRV hitam yang baru berhenti di depan kediaman orang tua Erie. Pria di mobil Pajero Sport putih menggertakkan gigi kala menyaksikan kemesraan sepasang manusia yang turun dan jalan menuju rumah sambil berpegangan tangan. Pria bermata sipit itu memukul pelan kemudi. Sekarang dia mempercayai penuturan Malvin yang mengatakan bila Harry telah berhasil mendapatkan restu keluarga Erie. Hal itu sebenarnya masih dirahasiakan pasangan tersebut dari khalayak, tetapi mereka sudah menceritakannya pada Sam dan Malvin, karena Harry tidak mau bila kedua sahabatnya salah paham padanya yang mendapat desakan dari kedua keluarga untuk menikahi Erie. Nick mengeraskan rahang dan mengepalkan kedua tangannya. Dia benar-benar geram dan ingin menghajar Harry yang telah tega menusuknya dari belakang. Nick juga ingin memberikan pelajaran pada Erie yang telah mengkhianatinya. Hanya menunggu saat yang tepat maka serangan balas dendam akan diluncurkan. Ni
SBY 19Waktu bergulir dengan kecepatan maksimal yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun. Jumat siang menjelang sore Harry mengajak Erie pulang terlebih dahulu, tentu saja dengan persetujuan sang bos, Samudra. Keduanya menaiki mobil MPV hitam dan melaju keluar area parkir perkantoran. Tidak ada yang menduga bila kendaraan mereka telah dibuntuti mobil SUV putih. Pengendara mobil penguntit berusaha menjaga jarak aman agar tidak ketahuan. Dia juga menahan diri untuk tidak terbawa emosi yang sempat mencuat karena cemburu sekaligus sakit hati pada kedua orang di mobil terdepan. Pria bermata sipit menelepon seseorang dan memintanya bersiap-siap untuk janji temu. Kendaraan di depan berbelok ke sebuah restoran. Sang penguntit berhenti di pinggir jalan dan menunggu beberapa saat sebelum memasuki tempat parkir yang dipenuhi banyak kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Dia tidak langsung turun, melainkan menanti kehadiran orang yang diharapkan bisa menjadi sekutunya.Belasan menit berlalu,
SBY 20Suasana kediaman Hendra, Sabtu pagi menjelang siang terlihat ramai. Puluhan anggota keluarga dan kerabat Harry turut mengantarkan pria tersebut dalam acara lamaran. Kendatipun bahagia karena berhasil mengikat Erie dalam tali pertunangan, tetap saja Harry gundah. Dia tidak bisa melupakan obrolan singkat dengan Nick kemarin sore yang membuatnya gelisah. Harry sudah berulang kali menelepon Nick tetapi tidak tersambung. Dia sudah meminta tolong pada Samudera untuk menghubungi Nick, tetapi pria berambut gondrong juga tidak bisa menelepon Nick. Harry tidak berani meminta bantuan pada Malvin untuk mencari keberadaan Nick. Sang calon pengantin memahami jika Malvin juga telah menjauhinya. Bahkan, undangan khusus pertunangan yang dikirimkan Harry, sama sekali tidak dibalas Malvin. Setelah semua rangkaian acara dituntaskan, Harry mendatangi Samudera yang hadir bersama Salman dan Yenita, ibunya. Harry berbisik meminta Samudera mengikutinya ke teras samping bangunan, di mana Erie telah
SBY 21Pasangan calon pengantin duduk berdampingan di sofa ruang tengah unit apartemen Harry. Keduanya sama-sama diam. Hanya suara televisi yang terdengar. Selebihnya hening. Harry menarik napas dalam-dalam dan menahannya sesaat, kemudian mengembuskannya perlahan. Pria bermata sendu melirik kekasihnya yang tengah bergelung di ujung kiri. "Rie, udah jam sembilan lewat," tutur Harry. Erie melirik jam dinding, kemudian bangkit dan berpindah duduk menempel ke lengan Harry. "Aku mau nginap di sini aja," sahutnya. "Nanti orang tuamu marah. Aku yang akan nggak enak hati." "Abaikan aja." "Mana bisa begitu." "Mereka nggak akan ngomel. Kita sudah dijodohkan, jadi apa pun yang kita lakukan nggak bisa diprotes." "Tapi ...." Harry tidak bisa melanjutkan ucapannya karena telanjur diciumi Erie. Pria beralis tebal membalas kecupan kekasihnya dengan kehangatan yang sama. Keduanya larut dalam aktivitas bertukar saliva. Tangan saling membelai tubuh pasangan yang kian meningkatkan hasrat primiti