Savana pun langsung menyimpan handphonenya, lalu mengambil handuk putih miliknya dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Setelah selesai mandi Savana sedikit berdandan agar mata sembabnya sedikit menghilang. Savana segera turun ke lantai bawah setelah sedikit berdandan, Savana berjalan perlahan menuju meja makan.
Papah Rangga yang melihat putri kesayangannya datang menghampirinya ia langsung menyapa. "Selamat pagi sayang," sapa Papa Rangga pada Savana sambil tersenyum lebar.
Savana tersenyum tipis. "Pagi juga Pah," sahut Savana pelan. Kemudian ia segera duduk di kursi kosong yang ada di depan Papa Rangga.
Savana mengerutkan keningnya. "Mama sama Maura kemana Pah? gak ikut sarapan bareng?" tanya Savana pada Papa Rangga karena ia tidak melihat adik dan ibu tirinya itu.
Dalam hatinya Savana merasa tidak enak karena sudah membuat hubungan Papa dan Mamanya renggang, namun ia sendiri tidak dapat membohongi perasaannya jika dirinya sangat mencintai kekasihnya yaitu, Aksa.
Papa Rangga menatap wajah putri kesayangannya. "Mereka masih di kamar mungkin Nak," sahut papa Rangga.
"Pasti Mama sama Maura marah sama Papa karena Papa nemenin aku dari semalam," batin Savana, ia merasa sangat bersalah atas konflik yang terjadi di dalam rumahnya.
Setelah selesai sarapan Savana segera pamit pada Papa Rangga untuk bertemu Aksa.
Savana menatap mata sang Papa. "Aku pamit dulu ya Pah, aku mau ketemuan sama kak Aksa," ucap Savana dengan nada tidak bersemangat.
Papa Rangga tersenyum manis melihat wajah Putrinya. "Mau Papa anterin?" tanya Papa Rangga.
Savana menatap teduh wajah sang Papa. "Enggak Pah, gak usah aku sendiri aja," sahut Savana.
"Yaudah kamu hati-hati ya sayang," kata Papa Rangga sambil memeluk dan mencium kening Savana.
Savana segera keluar dan menunggu taksi yang lewat dijalan. Kebetulan masih pagi, sudah banyak taksi yang berlalu lalang, Savana pun segera masuk kedalam taksi tersebut dan meminta kepada supirnya untuk mengantarkan ketempat yang ia tuju.
Didalam mobil pada saat menuju perjalan ke kafe, pikiran Savana sudah sangat kacau, ia benar - benar kecewa dengan kekasihnya itu.
***
Savana pun telah sampai di kafe yang ia tuju, ternyata Aksa datang lebih awal, Savana pun segera duduk, dan langsung to the poin."Apa yang kamu lakuin benar-benar keterlaluan kak," ketus Savana sambil mengerutkan keningnya.
"Keterlaluan?" tanya Aksa keheranan.
"Kenapa kamu gak bilang dari dulu kalo kamu pernah berhubungan dengan Maura kak? Kamu udah merusak hubungan persaudaraan aku sama Maura kak dan Mama udah marah besar sama aku kak," tutur Savana.Akhirnya Aksa paham kenapa Savana bersikap dingin kepadanya. Aksa pun tertunduk dan menyesali perbuatannya. "Aku minta maaf karena telah berbohong, seharusnya dari awal aku cerita ini semua sama kamu, tapi kalo aku jujur pernah punya hubungan dekat dengan Maura sebelumnya, aku yakin kamu pasti menghindar, kamu pasti menjauh, aku takut, aku cinta sama kamu Savana," ucap Aksa sambil memegang lembut tangan Savana.
"Karena buat aku, cinta bukan siapa yang datang pertama tapi cinta itu siapa yang menetap dan tidak pergi sama sekali, aku nyaman sama kamu Sava," sambung Aksa.Sementara itu Savana hanya menatap dan mendengarkan penjelasan Aksa.
"Aku mohon maafkan aku, aku janji gak akan pernah menutupi segala sesuatu dari kamu," kata Aksa sambil menggenggam tangan Savana di atas meja.
"Aku harap ini yang terakhir kamu bohongin aku," sahut savana dengan muka kecutnya.
Aksa mencoba menggenggam tangan kekasihnya dan mencoba meyakinkannya bahwa ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. "Aku janji sayang, aku janji enggak akan pernah bohong sama kamu, tolong kamu kasih kepercayaan sama aku.
Savana terlihat menganggukkan kepalanya sambil menatap tangan Aksa yang terus menggenggamnya. "Papa udah merestui hubungan kita Kak, tapi aku enggak tahu gimana Mama sama Maura kayaknya mereka enggak merestui hubungan kita Kak," ujar Savana sambil menatap mata Aksa.
Aksa menatap mata Savana. "Aku janji sama kamu aku akan memperjuangkan kamu, aku akan berusaha keras agar pernikahan kita tetap bisa terlaksana, aku sayang sama kamu, aku enggak mau kehilangan kamu," sahut Aksa sambil tersenyum manis menatap wajah sang kekasih.
"Aku pegang omongan kamu kak," ucap Savana ketika mendengarkan apa yang diucapkan oleh kekasihnya.
Aksa pun menceritakan kepada Savana kenapa hubungannya dengan Maura bisa putus, ia menceritakan jika Maura selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, Maura juga sering mengekang Aksa, itu semua membuat Aksa tidak merasa nyaman. "Aku harap kamu percaya sama aku," ucap Aksa sambil menatap mata Savana.
Savana bangun dari tempat duduknya. "Aku mau pulang," ujar Savana.
Aksa pun segera bangun dari tempat duduknya ia segera berdiri dan menggenggam tangan kanan Savana. "Aku anterin," sahut Aksa.
Aksa pun mengandeng mesra tangan Savana untuk masuk kedalam mobil BMW mewah miliknya. "Sekali lagi aku minta Maaf," ucap Aksa sambil menyalakan mesin mobilnya.
Sementara itu Savana hanya dapat terdiam ia tampak masih kecewa dengan kekasihnya itu, ia juga sangat bingung apakah ia haru melanjutkan hubungannya dengan Aksa atau harus berpisah.
Setelah sampai di rumahnya Savana membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia sangat bingung dengan perasaannya saat ini. "Aku harus ketemu Maura," gumam Savana pelan.Ia pun langsung bangun dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamar sang adik, Maura. Savana mengetuk pintu adiknya. "Tok ... Tok ... Tok ..." Meskipun hatinya bergetar ia mencoba memberanikan diri untuk masuk ke kamar adiknya dan membicarakan permasalahannya."Iya masuk," sahut Maura yang tidak mengetahui jika yang akan masuk ke kamarnya adalah Savana, orang yang sangat ia benci.Savana segera masuk kedalam kamar Maura dengan jantung yang berdetak kencang. Ketika Savana masuk kedalam kamar Maura ia melihat adiknya tengah menangis dengan muka tertutup bantal. Savana menghela nafasnya. "Maura ..." ucap Savana pelan.Maura tampaknya sudah hafal dengan suara sang Kakak, ia langsung membanting bantal yang ia pegang. "Ngapain Lo kesini Kak, belum puas bikin gue hancur," bent
Savana menggeliat ketika membuka matanya, tubuhnya terasa lumayan sakit, matanya sembab karena ia sering menangis akhir-akhir ini. Savana terlihat sedang memijat keningnya karena kepalanya terasa pusing. Savana duduk di atas ranjangnya. "Aduh! Kepala aku pusing banget," gumam Savana sambil terus memijat keningnya.Savana melihat kearah jarum jam yang terpasang cantik di kamar mewahnya, sekarang sudah menunjukkan pukul 07.15. Waktu dimana biasanya ia sudah bersiap - siap untuk pergi ke kantor. "Aku udah kesiangan," lirih Savana.Savana mencoba berdiri dan mencoba mengambil obat pereda pusing yang ada di laci mejanya. Savana berjalan perlahan menghampiri meja itu, untungnya didalam kamarnya masih tersedia satu gelas air putih, meski tidak banyak namun itu cukup untuk ia minum ketika memakan obatnya. Setelah memakan obat, Savana dengan perlahan berjalan kearah kamar mandi yang ada didalam kamarnya untuk bersih - bersih dan bersiap pergi ke kantor.Savana mema
Kehadiran mantan pacarnya membuat mood Savana kembali turun seketika. "Erik?" tanya Savana dengan wajah kecutnya.Erik tersenyum penuh kemenangan. "Iya," sahut Erik sambil menatap mata Savana yang terlihat tegang."Kamu ngapain sih pake ikutin aku terus! Kita itu udah enggak ada hubungan apa - apa lagi Erik!" ketus Savana.Tiba - tiba Erik memegang tangan Savana hingga membuat Savana merasa risih dengan kehadirannya. "Savana aku enggak akan berhenti ikutin kamu sebelum kamu mau balikan lagi sama aku!" ujar Erik dengan nada memohon.Savana mengerutkan keningnya. "Erik kamu itu udah gila atau gimana sih? Udah berapa kali aku bilang kalau aku enggak mau balikan lagi sama kamu!" ketus Savana yang merasa geram dengan tingkah laku mantan kekasihnya itu."Awas! Aku mau kerja!" bentak Savana sambil mencoba melepaskan diri dari genggaman tangan mantan kekasihnya."Erikkkk!" teriak Savana hingga membuat pada karyawan memperhatikannya.Sem
Mama Maia datang dan menarik tangan Savana dengan kasar. "Savana kamu cuci semua pakaian Mama sama Maura sekarang juga!" bentak Mama Maia.Savana mengerutkan keningnya. "Apa Mah? Kan ada Bibi yang biasa nyuci baju - baju ini," ujar Savana.Savana mengernyitkan keningnya ia benar - benar kesal dengan Mama Maia yang menyuruhnya mencuci semua pakaian Maura. "Baru aja aku mau istirahat, kepala aku pusing, badan aku juga pegel - pegel banget," batin Savana dalam hatinya.Mukanya memerah ia menatap tajam mata Savana. "Jadi kamu melawan permintaan Mama! Savana?" bentak Mama Maia."Apa kamu enggak kasian sama Maura! Savana? Maura baru aja pulang kerja dari pagi dia baru pulang dan baru aja selesai pemotretan! Sementara kamu? Kamu kan cuma manager perusahaan yang kerjaannya cuma duduk - duduk doang sambil ngadep laptop!" bentak Mama Maia sambil menatap sinis mata bening Savana.Savana merasa geram dengan apa yang diucapkan oleh Mama Maia kepadanya, namun ia
Suara dentingan lift mengingatkan Savana kalau ia sudah sampai di lantai dua, Savana langsung keluar dari lift itu ia berjalan kearah tangga sehingga pemandangan hilir - mudik para karyawan kantor berseliweran di depan matanya.Hari ini Savana memang sangat sibuk di kantornya karena perusahaan tempatnya bekerja akan bekerjasama dengan perusahaan besar asal Amerika."Savana!" seseorang memanggilnya sambil menepuk punggungnya dari belakang."Gimana? Udah selesai?" tanya orang itu lagi. Savana mengangguk dengan senyum tipis."Acc tapi masih ada yang harus di revisi," ucap Savana kepada partner kerjanya, siapa lagi kalau bukan Randi. Randi merupakan sahabat dekat dari CEO tempat Savana bekerja, namun ia juga berteman baik dengan Savana.Randi terlihat menundukkan kepalanya untuk melihat kearah jam tangannya. "Lima menit lagi istirahat, kamu mau makan sama saya enggak? Sekalian kita bahas kerjaan?" tanya Randi.Savana terlihat dia
"Lagi - lagi yang ditanayain sama cowok - cowok tampan itu Savana," batin Maura dalam hatinya."Gue enggak tahu Savana ada atau enggak," ketus Maura sambil mengerutkan keningnya.Erik mengakat aslinya. "Lo jangan bohong ya!" ancam Erik.Maura semakin kesal ketika Erik terus menanyakan keberadaan Savana. "Gue enggak tahu! Udah sini ada yang mau Lo titip enggak buat Savana?" tanya Maura ketika ia melihat ada satu bucket bunga yang sangat cantik didalam mobil sport milik Erik.Erik terdiam sejenak sebelum akhirnya ia mau menitipkan bucket bunga untuk Savana. "Yaudah nih gue titip bunga ini buat Savana," ujar Erik sambil mengambil satu bucket bunga yang sangat cantik itu dari dalam mobilnya."Sini!" ketus Maura sambil merampas bucket bunga itu dari tangan Erik."Awas Lo kalau bunga itu enggak sampai ditangan Savana!" seru Erik sambil menjulurkan jari telunjuknya dihadapan wajah Maura."Iya! Lo enggak usah bawel, cuman bunga murahan kayak
Sekarang adalah hari weekend dan saat ini matahari mulai mencapai puncak keperkasaannya. Bias sinarnya menembus jendela - jendela rumah dengan yang begitu memancar ke area kulit.Menebarkan keengganan pada setiap orang untuk sekedar melangkahkan kaki mereka untuk keluar rumah, mengusik kenyamanan pada mereka yang masih terbalut dalam selimut untuk segera bangun dan beranjak dari singgasana peraduan malam.Namun pemandangan itu tidak terlihat sedikitpun didalam kamar perempuan cantik ini. Perempuan dengan rambut hitam sedikit bergelombang, kulit putih mulus seputih salju, dan bibir tipis merah merona seperti buah ceri nampak masih terbuai dalam mimpi di atas tempat tidurnya.Nampaknya ia sangat kelelahan dengan semua pekerjaannya hingga ia tertidur hingga siang hari."Savana!" Suara wanita yang begitu menggelegar terdengar dari luar kamar perempuan cantik ini. Teriakan yang selalu berhasil membuat perempuan cantik ini terbangun dari buaian mimpinya.&
"Ada apa ini Tante? Kok Tante kasar sama Savana?" tanya Aksa sambil mengerutkan keningnya dan menatap mata Mama Maia."Mau kemana kamu Savana? Kamu itu ada tugas nyuci dari Mama!" bentak Mama Maia sambil mengerutkan keningnya."T-tapi Mah aku udah selesai nyuci semua baju - bajunya kok," lirih Savana.Mama Maia terlihat tidak terima Savana jalan berduaan dengan Aksa, laki - laki yang sangat di dambakan oleh Maura, anak kesayangannya."Aku mau minta izin sama Tante aku mau ngajak Savana keluar," ucap Aksa sambil menatap wajah Mama Maia."Enggak! Enggak boleh! Savana masih banyak pekerjaan rumah yang harus kamu selesaikan!" bentak Mama Maia."Tapi tadi aku udah minta izin lewat telpon sama Om Rangga untuk mengajak Savana keluar dan ia mengizinkannya," sanggah Aksa yang mampu membuat Mama Maia terdiam.Aksa segera membawa Savana untuk masuk kedalam mobil mewahnya dan Mama Maia pun tidak dapat berbuat apa - apa karena suaminya telah mengi