"Pokoknya loe mesti nikah sama gue hari ini, Tha!" desak Indra Gustavo masih mendekap tubuh polos yang baru saja digumulinya di atas ranjang. Hari sudah pagi jelang siang, tetapi kedua anak manusia itu abai akan aktivitas rutin mereka masing-masing. Thalita bolos kuliah dan belum pulang ke rumahnya sejak semalam, sedangkan Indra tidak berangkat ke kantornya juga. Namun, bukan masalah bagi Indra karena dia sendiri bos di tempat kerjanya. Perusahaan kontraktor dan properti itu milik keluarga Gustavo yang diwariskan mutlak kepadanya karena dia anak tunggal tanpa saudara kandung."Loe ini beneran sedeng deh, Ndra!" tukas Thalita yang sontak mendapat jitakan di kepalanya oleh kepalan tangan Indra."Jangan asal panggil gue pake nama! Loe tuh jauh lebih muda dibanding gue keleus. Panggil Mas Indra Sayaaang gitu kek!" tegur Indra sambil mencubiti pipi Thalita dengan gemas hingga jadi kemerahan.Wajah Thalita mencebik menatap pria itu. "Emang loe siapa gue kok ngatur-ngatur?!" tolaknya judes.
Malam pertama yang tak terlupakan bagi Suzy Malika juga membuat tubuhnya serasa tak memiliki tenaga untuk bangun dari ranjang ketika pagi tiba. Semalam-malaman suaminya bercinta seperti banteng lepas yang terus menerus menyeruduknya tiada henti. Sepasang mata cokelat keemasan itu memang terbuka, tetapi ia hanya bisa berbaring lemas memandangi sosok maskulin di sebelahnya yang masih terlelap tanpa busana di bawah selimut dengan lengan kekar yang memeluknya.Ketika Suzy bergerak pelan, suaminya pun terbangun dari tidurnya. Brian menguap dengan kelopak mata yang berat. Ia pun berkata, "Pagi, Sayang. Sudah bangun duluan rupanya! Apa kau lapar?""Selamat pagi, Mas Brian. Iya sih ... Suzy lapar," jawab wanita itu jujur. Siapa yang tidak akan merasa lapar bila dihajar di atas ranjang semalaman?Stamina Brian begitu prima, dia bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju ke meja kerjanya di dekat jendela kamar tidurnya. Dia menelepon ke bagian dapur rumahnya dengan pesawat telepon, "Halo, Chef
"Suzy, lusa kita akan terbang ke Bali. Kan ini weekend, jalan ke mall aja yuk. Aku mau beliin kamu perhiasan mewah dan asesoris branded buat memoles penampilan kamu," ujar Brian sambil menikmati rib eye steak brown sauce di piringnya.Sedikit kebingungan Suzy akhirnya harus jujur kepada Brian, "Mas, sebenarnya aku masih punya jadwal perform di The Glam Expat Club untuk nanti malam dan besok malam juga lho. Gimana ya?""Batalkan semua jadwal manggung kamu, Suz. Pekerjaanku jauh lebih berharga nilainya. Apa kamu ada nomor kontak manager night club tempat kamu kerja?" ujar Brian meletakkan pisau dan garpunya di piringnya."Aku ambil ponselku di tas dulu ya, Mas!" pamit Suzy lalu beranjak menuju ke sofa dimana tas kuliahnya tergeletak. Ketika dia membuka layar ponselnya ada puluhan missed call sejak semalam. Dia lupa bahwa seharusnya dia tampil semalam untuk menggantikan rekannya yang jatuh sakit.Dia pun bergegas kembali ke meja makan lalu duduk di samping Brian. "Aduh, Mas, aku pasti di
Senyuman lebar tersungging di wajah Brian yang bercambang tipis saat dia melihat penampilan Suzy Malika dalam gaun selutut berkerah sabrina yang dibelikan oleh asisten pribadinya pagi ini."Cantik! Aku suka wanita yang anggun, Suz. Yuk kita berangkat sebelum tambah siang," ujar Brian seraya mengulurkan lengan ke istri kontraknya.Pasangan pengantin baru itu pun menuruni tangga dari lantai 2. Pak Seno telah menunggu di mobil sedan Maybach hitam yang akan mengantarkan mereka ke mall. Awalnya Suzy dan Brian duduk dengan jarak setengah meter di bangku belakang, tetapi itu tak berlangsung lama karena tangan Brian segera meraih lekuk pinggang wanita sexy itu hingga menempel ke tubuhnya. "Suz, ingat 'kan pesanku?" ucapnya lalu berbisik di tepi daun telinga istrinya, "yang mesra biar semua percaya kita pengantin baru!""Ehh ... iya, Mas. Maaf, masih belum terbiasa—"Namun, Brian tak menginginkan alasan apa pun. Dia melumat habis bibir berlipstick merah jambu itu dengan penuh napsu. Setelah m
Pesawat yang membawa Brian, Suzy, dan Hendrawan mendarat di Bandara Ngurah Rai pada pukul 16.00 WITA. Kedatangan mereka dijemput oleh bawahan Mr. Rodrigo Albruch. Koper-koper mereka dimasukkan ke bagian belakang mobil Alphard hitam dan mereka pun naik ke mobil tersebut untuk diantar ke resort pribadi milik tycoon asal Italia itu."Sudah pernah berkunjung ke Bali 'kan, Suzy Sayang?" tanya Brian berusaha mencairkan suasana sekaligus berlatih kemesraan bersama istri bayarannya."Baru kali ini aku mengunjungi Pulau Bali, Mas. Selama ini memang sibuk sekolah dan kerja. Tradisinya masih kental sekali terlihat ya di sini," jawab Suzy dengan senormal mungkin. Brian pun menyahut, "Wah, berarti kita perlu jalan-jalan nanti ya buat melihat-lihat pantai yang indah. Menonton tari Kecak saat matahari terbenam itu sangat seru. Mungkin besok sore ya kuajakin ke salah satu pantai buat nonton pertunjukan itu!""Wow, asik! Aku pasti suka banget, Mas. Aku memang penggemar segala jenis seni pertunjukan,
"Sayang, kamu sudah siap belum?" seru Brian dari kamar tidur setelah mengenakan baju santai tapi sopan untuk makan malam bersama klien exclusivenya.Setelah memakai make up natural di wajahnya, Suzy pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri Brian. "Sudah kok Mas. Ini aku pakai sandal cantik aja ya, nggak usah sepatu high heels?" jawabnya sedikit salah tingkah diamati begitu intens oleh suaminya dengan tatapan berbinar nakal.Sebuah ciuman bibir yang dalam memagut bibir Suzy hingga napasnya terengah saat ciuman itu usai. Wajahnya pun menghangat, tersipu malu ketika ibu jari tangan Brian membelai bibir bawahnya."Boleh, Suz. Kamu cantik mau pakai apa pun. Yuk kita berangkat sekarang dari pada aku mendadak ganas sama kamu," ajak Brian seraya melingkarkan lengannya mesra di pinggang istrinya meninggalkan paviliun mewah itu.Malam musim panas di Ubud, Bali bertabur bintang yang nampak jelas di angkasa. Pasangan pengantin baru itu mengobrol sambil tertawa cekikikan bersama melewati jalan
Paviliun di resort milik Mister Rodrigo sangat nyaman dan menyatu dengan suasana alam di tengah hamparan sawah yang berlokasi di daerah Ubud, Bali.Malam itu suara binatang malam seperti simfoni nan merdu yang mengiringi kedua insan yang sedang terbakar gairah bercinta. "Mass ...," desah Suzy dengan mata berkabut hasrat menatap wajah ganteng suaminya yang berpeluh. Kedua tangannya mengalungi leher Brian yang tengah menindihnya sembari memacu badan kekarnya tanpa kenal lelah ke dalam tubuh molek Suzy.Bibir Brian melumat bibir Suzy hingga membengkak saking bernapsunya dia. "Apa, Suzz? Kok panggil-panggil?" balas Brian menyeringai sambil menggeram sesekali."Apa Mas Brian nggak capek? Suzy lemes banget deh, udah lewat tengah malam ... aahh!" Wanita itu mendesah kencang ketika dibawa ke puncak sekali lagi oleh suaminya. Brian tak lama setelahnya menyusul menuju ke puncak kenikmatan yang sama dengan istrinya lalu dia ambruk mendekap wanita itu, napasnya terengah-engah nyaris putus.Tela
Brian menjatuhkan kecupannya di pipi halus istrinya lalu berbisik di tepi daun telinga Suzy Malika, "Cantik, ayo bangun ... sudah pagi!"Rasa dingin basah di pipinya membuat mimpi indah Suzy menghilang dan dia kembali ke alam nyata. Kelopak matanya masih terasa berat, tetapi dia memaksa dirinya untuk terbangun. "Pagi, Mas Brian. Kita mau kemana pagi ini?" balasnya bersitatap dengan suaminya."Lihat sunrise yuk ke pantai dekat sini, Suz?" ajak Brian duduk di tepi tempat tidur. "Ayo aja kalo aku, Mas. Mandi dulu nggak nih?" balas Suzy beranjak bangkit dari kasur yang berantakan akibat pergulatan panas mereka semalam."Nggak usah, baru beberapa jam lalu juga mandinya. Cuci muka sama gosok gigi aja ya? Kubantuin buat beresin kopermu, sana ke kamar mandi, Suz!" ujar Brian lalu berjalan ke tempat dimana koper mereka berdua tergeletak bersebelahan dekat meja rias bercermin lebar.Suzy menuruti perintah suaminya lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Dia berseru, "Mas, ambilin baju ganti buat p