Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
Sellandra menggenggam erat tangan keriput kakeknya yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Dia sedang berada di kantor saat menerima kabar dari ibunya kalau sang kakek tiba-tiba terkena serangan jantung dan kini berada di UGD. Sellandra sangat menyayangi kakeknya, sudah pasti hal ini menjadi pukulan berat baginya. Sambil menahan tangis, Sellandra terus memanggil sang kakek yang tak kunjung membuka mata meskipun dia sudah menunggu selama hampir dua jam lamanya. "Kakek, ini Sellandra. Aku mohon sadarlah, buka mata Kakek." Tak ada sahutan. Hal itu membuat airmata Sellandra akhirnya menetes keluar. Dia begitu sedih melihat keadaan pria yang selama ini begitu perhatian padanya dan juga pada ibunya. Dari semua anggota keluarga Latief, hanya kakeknya saja yang masih menganggap Sellandra dan ibunya sebagai anggota keluarga setelah ayahnya meninggal. Sellandra dan ibunya bagaikan orang asing, bahkan sang nenek pun memandang mereka hanya dengan sebelah mata. Jika bukan karena permintaan
🍀 Happy Reading 🍀 Langit seolah ikut bersedih ketika orang-orang mengantarkan Kakek Latief ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Nampak di sana tamu-tamu dari berbagai macam kalangan ikut menyaksikan bagaimana pria pendiri dari Group Latief itu disemayamkan. Sementara keluarga dan sanak saudara berbaris rapi di samping makam sembari menabur bunga beserta doa untuk mengiringi kepergian sang Kakek menuju pangkuan Sang Khalik. Sellandra, gadis itu menjadi sangat pendiam sejak dokter menyatakan kalau kakeknya sudah meninggal dunia. Dia kembali kehilangan satu orang yang begitu menyayanginya setelah kepergian ayahnya sepuluh tahun yang lalu. Di samping Sellandra berdiri ibunya yang masih terisak lirih sambil menatap sendu ke arah makam yang masih basah. Nadia, dia kehilangan sosok pahlawan yang selalu mengayomi dan melindungi dia dan juga putrinya selama ini. "Sell.... "Iya Bu," sahut Sellandra lirih. "Bagaimana nasib kita ke depannya nanti. Ayah dan Kakekmu sudah meninggal, I
🍀 Happy Reading 🍀 Semua keluarga Latief memperhatikan Ero yang sedang duduk sambil menundukkan kepala. Kedua tangannya saling bertaut, seolah menunjukkan kalau dirinya merasa cukup terintimidasi oleh tatapan orang-orang ini. "Sellandra, gembel mana yang kau bawa pulang kemari, hah!" tanya Kasturi dengan nada menyentak. "Dia bukan gembel, Nek. Namanya Ero," jawab Sellandra tak enak hati. "Dia adalah pria yang dipilih almarhum Kakek untuk menjadi suamiku." Ero langsung menatap Sellandra dengan raut wajah terkejut. Dia tidak menyangka kalau calon istrinya akan bicara dengan begitu jujur di hadapan semua orang. "Apa? Calon suamimu?" kaget Kasturi. "Dia? Aku tidak percaya. Kau jangan merendahkan selera suamiku, Sellandra. Kakekmu tidak mungkin memilih pria sembarangan untuk masuk ke keluarga ini. Kau pasti berkata bohong agar aku merasa iba padamu kan?" Dituduh seperti itu oleh sang nenek membuat dada Sellandra terasa semakin sesak. Susah payah dia menata hati untuk menerima keha
🍀 Happy Reading 🍀 Kepala Sellandra tertunduk memandangi dua buah buku yang ada di tangannya. Matanya memanas, ingin sekali dia menjerit, tapi tidak bisa. Pernikahan ini dia sendiri yang memutuskan, tapi kenapa dia tidak merasa bahagia seperti pengantin-pengantin lainnya? Batin Sellandra bergejolak, dia kecewa, tapi tidak tahu pada siapa. Pada almarhum kakeknyakah? Atau pada Ero, pria asing yang kini menjelma jadi suaminya. Pantaskah? Ero tidak tahu apapun, dia sama sepertinya yang tidak bisa menolak surat wasiat itu. Ero tidak salah. Lalu siapa yang salah? "Nona Sellandra.... Mendengar namanya disebut, Sellandra akhirnya mengangkat kepala. Manik matanya berpapasan dengan manik mata Ero yang sedang menatapnya. Dia lalu membuang muka ke arah lain. "Kita sudah menikah, jangan memanggilku Nona" jawab Sellandra berusaha untuk tabah. Ero canggung. Dia tahu kalau gadis ini merasa sangat tersiksa dengan pernikahan mereka. "Kita bercerai saja. Aku tidak tega melihatmu terluka begini
🍀 Happy Reading 🍀 Plaakk! "Nyonya!" teriak Ero kaget saat istrinya ditampar hingga jatuh terduduk di lantai. "Diam kau gembel tidak berguna!" maki Kasturi meneriaki pria kumuh yang baru saja menikah dengan cucu sulungnya. "Sellandra, kau ini benar-benar j*lang murahan. Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak menikahi gembel ini, tapi kenapa kau tidak mau mendengarkan aku? Kehadiran Ibumu saja sudah mencoreng darah ningrat di keluarga Latief, kenapa kau juga ikut-ikutan melakukan hal bodoh seperti Ayahmu hah? Dasar tidak tahu diri. Anak dan Ibu sama-sama tidak ada yang mempunyai rasa malu. Cihh!" Nadia menangis tertahan. Meskipun sudah berulang kali direndahkan oleh ibu mertuanya, dia tetap saja merasa sakit. Apalagi sekarang dia harus menyaksikan putrinya mendapat perlakuan kasar hanya karena menikah dengan pria yang telah diwasiatkan oleh almarhum ayah mertuanya. Semakin sakitlah hati Nadia. "Pria itu bukan gembel, Nek. Dia suamiku," sahut Sellandra sembari terisak lirih. "Er
🍀 Happy Reading 🍀 "Sell, kau mau pergi kemana?" tanya Nadia seraya memperhatikan penampilan putrinya yang sudah terlihat rapi. Lesu, itu yang terlihat di wajah Sellandra. Jika biasanya dia akan merasa begitu bersemangat setiap kali akan bertemu dengan Davis, kali ini dia tidak merasakan hal itu. Langkahnya terasa berat, tapi dia harus tetap pergi untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi dengan hubungan mereka. Awalnya Sellandra enggan untuk menemui kekasihnya itu, tapi setelah melihat Ero yang sedang terlelap di sofa dengan punggung terluka parah membuat Sellandra berubah pikiran. Ya, sekarang dia sudah menjadi seorang istri. Akan sangat tidak pantas jika Sellandra masih memiliki hubungan dengan pria yang bukan suaminya. Meski tak siap, Sellandra harus rela untuk melepaskan Davis, pria yang sudah lima tahun menjalin hubungan dengannya. "Davis sedang menungguku, Bu." Nadia menghela nafas. Dia tahu hal ini sangatlah sulit untuk putrinya. Karenanya dia segera memberi pelukan hanga
🍀 Happy Reading 🍀 Davis diam termenung di dalam mobil. Sungguh, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar di dalam cafe tadi. Sellandra, gadis yang lima tahun ini menjalin hubungan dengannya tiba-tiba berkata kalau dia sudah menikah. Kenyataan ini terlalu sulit dicerna dengan akal fikiran Davis. Dia hanya pergi selama dua bulan untuk menyelesaikan urusan pekerjaan di negara lain dan konsekuensi yang harus dia terima adalah kehilangan cintanya dalam sekejap. Benarkah ini nyata? "Tidak, aku yakin Sellandra mengatakan itu semua hanya untuk memberiku kejutan saja. Dia dan aku saling mencintai, mana mungkin Sellandra mau menikah dengan pria lain," ucap Davis bermonolog sendiri. "Iya, ini pasti hanya akal-akalannya saja. Sellandra tidak mungkin mengkhianati aku, dia mencintaiku. Ya, begini baru benar. Lebih baik sekarang aku kembali lagi ke dalam, aku harus segera memberi gadis nakal itu sebuah hukuman. Beraninya dia membuat aku hampir mati jantungan," ucap Davis sambil terkekeh luc