“Mulai hari ini dan seterusnya jangan datang ke sini lagi! Kalian dipecat!” seru Niko. Suaranya lantang menggema di ruangan tersebut.Semua orang, baik nasabah dan teller terkejut. Sesaat suasana menjadi hening, sebelum akhirnya tawa keras menggema.Mereka menertawakan Niko yang berlagak seperti Bos yang hendak memecat karyawannya. Sepertinya lelaki itu adalah orang dengan gangguan jiwa.“Aduh orang mana dia sih? Kok sampai lepas dari pengawasan keluarganya?” kata salah satu teller sambil menahan tawanya.“Kasian. Mentalnya udah kenak. Mana masih mudah lagi.” seorang nasabah ikut nimbrung mengejek Niko. “mungkin cita-citanya jadi Bos gak kesampaian, makanya gila kayak gini.”“Lihat tuh ekspresinya, mendalami peran jadi manajer bank!”Tawa semua orang semakin keras. Mata mereka memandang Niko dengan tatapan mengejek.Satu sudut bibir Niko terangkat, “Perbaiki sikap kalian, atau aku akan buat kalian dipecat dari sini!” tantangnya. Bukan hanya mengultimatum para teller, Niko juga menata
“Sudah, cukup!” Seru Niko sambil menatap Sindy dengan dingin. “Aku ke sini untuk menarik uang! bukan memancing keributan seperti ini! Insiden berdarah yang menimpa teller bank itu karena ulahnya sendiri yang menghina dan tak mau melayani nasabahnya!”Sindy balik memarahi Niko, “Oh, ya jelas … kami hanya menerima dan melayani nasabah. Bukan melayani seorang pengemis maupun orang gila!”“Aku tidak menyangka orang hebat seperti anda ternyata memiliki hati yang sangat busuk,” sindir Niko.“Aku cuma menjalankan tugasku sebagai manajer untuk mengawasi setiap aktivitas di bank ini. Kenapa? Tidak boleh? Tidak suka?” Echa menatap Niko dengan tatapan menantang. “Perlu aku jelaskan lagi, orang yang masuk ke sini adalah orang yang memiliki saldo rekening miliaran! Aku ulangi, Miliaran! Bukan belasan ribu!”Niko mencoba mengendalikan emosinya. Dia lebih memilih mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Danang tentang kejadian yang dia alami.Sindy tampak geram melihat Niko yang dihina-hina malah
Setelah melihat jelas kartu berwarna hitam milik lelaki itu, Sindy tercengang bukan main, begitu pula dengan teman-temanya. Bagaimana mana tidak, Kartu hitam berlogo khusus itu bukan sembarangan orang yang bisa memiliknya, dan hanya beberapa buah saja di dunia. Bukan hanya 100 juta, saldo rekening di dalamnya bisa tak terbatas nilainya.Mereka terbengong-bengong. Bagaimana mungkin orang yang mereka anggap ODGJ bisa memegang Supreme black card itu? Siapa sebenarnya Niko?“Bagaimana bisa?” Selain terbengong-bengong, pastinya mereka semua merasa ketakutan karena telah bersikap keterlaluan kepada Niko. Tentu sebagian besar orang segera meminta maaf.Bahkan seorang teller wanita datang mendekat dan memperlakukan Niko dengan sangat hormat, “Tuan, biar saya yang mengurusnya,” ucapnya sambil memungut kartu hitam itu di lantai.Jika semua orang mulai ketakutan, tapi tidak dengan Sindy, “Di mana kamu membuat kartu tiruan ini? Sangat persis sih, tapi tidak akan bisa menipu mataku! Supreme black
Danang mengangguk setuju. Dia kemudian menatap semua petugas bank dengan dingin, “Hukuman kalian aku tambah jadi lima bulan!”Selagi Danang berbicara, Niko beranjak ke arah meja teller, sedangkan semua petugas bank menangis sejadi-jadinya setelah mendengar putusan yang lebih kejam dari sang atasan.Tangisan mereka semakin histeris kala anak buah Danang mulai masuk dan melakukan tugasnya.“Pak, berikan kesempatan sekali lagi! Tolong ampuni aku!”Tapi Danang dan Niko sama sekali tidak peduli.Begitu ruangan itu sunyi, Danang terus-terusan meminta maaf kepada Niko, “Niko, aku menyesal atas kejadian yang tidak menyenangkan ini. Aku siap dibebastugaskan.”Niko yang duduk di meja teller satu, menatap Danang yang berdiri di sampingnya. Dia ingin mengevaluasi kinerja lelaki itu.“Ceritakan kepadaku, kenapa kamu bisa diberikan tanggung jawab memegang dua perusahaan besar sekaligus? Atau mungkin lebih?” tanya Niko santai.“Tuan Abraham memintaku menjadi penanggung jawab dua perusahaan. Awalnya
Aldi dan pacarnya terkesiap begitu lama menatap ke arah uang-uang yang dipungut Niko.“Oh my God …. Uang siapa yang kamu curi?” tuding Aldi.Pacarnya pun juga berpendapat demikian, “Jadi kamu datang ke sini bukan ngelamar pekerjaan? Tapi kamu nyolong uangnya nasabah Permata Bank?”“Nggak bisa dibiarin nih. Hei, kalian semua ….” Saat Aldi membuka pintu masuk, kalimatnya terhenti kala melihat dalam gedung itu tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia satu pun.“Kenapa, sayang?” tanya pacarnya.“Loh kok nggak ada orang sama sekali, ya? Apa mungkin petugasnya masih istirahat dan pelayanan ditutup?” ucap Aldi sambil melangkah maju lebih dalam. “Hallo?”“Masa jam segini udah tutup?” Pacarnya juga ikut mengintip ke dalam.Aldi dan pacarnya saling menoleh satu sama lain. Mereka lalu menatap ke arah Niko kala sejenak.“Dasar maling! Kamu ngambil kesempatan pas lagi sepi-sepinya buat nyuri uang bank, ‘kan?!” tuding Aldi penuh sarkas.“Nggak salah lagi!” Pacarnya kemudian berteriak kencang. “Bapa
“Jadi siapa yang harus dihakimi?!” tanya Danang sekali lagi. Kalimatnya penuh penekanan. “nasabah kami atau kedua orang ini yang main-main tuduh tanpa bukti?!” jari telunjuknya menunjuk ke arah Aldi dan pacarnya.Semua orang yang tak ingin terkena imbasnya, mereka bergegas meminta maaf kepada Niko dengan penuh penyesalan.Setelahnya, mereka pun mulai mengomeli balik Aldi dan pacarnya.“Kalian sengaja ya mau bikin teman sendiri celaka?”“Tuduhan itu lebih kejam dari pembunuhan. Bahaya banget loh ini.”Begitu seterusnya yang menyoraki Aldi dan pacarnya, bahkan ada beberapa yang melempari kedua pasangan itu dengan gulungan kertas, kerikil, dan benda apapun yang bisa diambil.“Hampir kami salah sasaran!” Ada satu orang lelaki yang maju memukuli Aldi dan pacarnya, hingga mengundang yang lainnya ikut memberikan hadiah yang sama.“Sakit! Hentikan!”Aldi dan pacarnya tak hentinya menjerit kesakitan. Bahkan lelaki itu mencari perlindungan di belakang tubuh Danang, tanpa memedulikan pacarnya ya
Tabrakan tak terhindarkan. Beruntung sebelum mobil itu menyerempet, Niko segera melompat dari motornya ke samping. Jelas ini faktor kesengajaan!“Woi!” teriak Niko.Sesaat itu juga dia memperhatikan plat nomor mobil itu dan mengingatnya. Dia sekilas menyeringai kala melihat sebuah cctv yang menggantung di tiang pinggir jalan.‘Kalian tidak akan bisa lolos dariku!’ Niko membatin.Orang-orang langsung mengerumuni Niko dan menanyakan keadaannya.“Gimana, Mas? Ada yang terluka, nggak? Mau dianterin ke rumah sakit, nggak?”“Laporkan ke polisi saja, Mas. Banyak kok saksi matanya. Mobil itu kayaknya memang sengaja mau mencelakaimu.”“Aku baik-baik saja, dan aku tidak terluka.” jawab Niko dengan senyuman ramah.Niko kemudian menghampiri sepedanya yang rusak parah, dan meminta bantuan salah satu orang untuk membawa motornya ke bengkel dengan memberikan imbalan 500 ribu. Setelahnya, Niko pergi menghindari kerumunan untuk mengirim pesan kepada Danang.[Tolong periksa semua cctv yang berada di s
“Pembantu kurang ajar! Nggak tahu diri!” Hesti masih meluapkan segala amarahnya dengan memaki-maki Niko habis-habisan.Echa yang tak ingin Mamanya dan Niko terus bertengkar, lantas dia pun berkata kepada suaminya, “Bukannya kamu mau keluar, ya?”“Echa, bicaranya nggak usah dilembut-lembutin!” cerocos Hesti.Dengan menahan amarah, Niko bangun dan berkata, “Aku keluar dulu.”“Nggak usah balik sekalian!” Hesti masih menatap Niko dengan mata melotot. Tanpa memedulikan tatapan sinis Mama mertuanya, Niko bergegas keluar. Sepuluh menit berjalan kaki menjauh dari rumah tersebut, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di sampingnya. Tanpa menunggu, dia pun segera memasuki mobil itu.“Jalankan mobilnya!” Karena suasana hatinya memburuk karena Mama mertuanya, Niko memukul-mukul jok mobil dengan penuh emosi. Danang yang duduk di sampingnya pun bertanya, “Ada apa, Niko?”Niko menghela napas panjang, “Tidak penting,” ucapnya kemudian menoleh ke samping. “Sudah kamu temukan orang itu?”“Sudah. Mereka a